BerandaKulinary
Sabtu, 13 Mei 2022 11:56

Cara Unik Sultan Yogyakarta Tangkal Wabah; Konsumsi Sayur Lodeh Selama 49 Hari!

Sayur lodeh, masakan yang dipercaya bisa menangkal wabah penyakit. (selerasa.com)

Sayur lodeh memiliki sejarah yang unik sehingga kerap dianggap sebagai masakan penangkal wabah penyakit. Seperti apa sih cerita dari sayuran ini sehingga sampai dianggap memiliki khasiat tersebut?

Inibaru.id – Ada sebuah cerita terkait dengan sayur lodeh yang dipercaya oleh masyarakat Jawa. Pada zaman dahulu, tatkala wabah penyakit datang, Sultan Yogyakarta meminta warganya memasak sayur lodeh dan hanya berada di rumah saja selama 49 hari. Setelahnya, wabah itu berakhir.

Gara-gara kepercayaan ini pula, banyak orang Jawa yang percaya jika sayur lodeh bisa menangkal wabah. Pada saat pandemi Covid-19 memasuki Indonesia pada pertengahan 2020, saran untuk memasak sayur lodeh pun berseliweran di media sosial.

Pakar budaya Jawa Revianto Budi Santoso pada Maret 2021 menyebut orang Jawa memang memiliki kepercayaan dan simbol-simbol yang ditunjukkan dalam banyak hal, termasuk pada masakan.

“Seperti banyak aspek kepercayaan orang Jawa, tujuannya adalah untuk menghindari kemalangan,” terang Revianto.

Banyak makanan khas Jawa yang dijadikan simbol untuk kebutuhan tradisi. Salah satu contohnya, nasi tumpeng berbentuk seperti menara kerucut dianggap sebagai simbol tatanan dunia yang berbasis Ketuhanan. Aroma nasi kuning yang menggoda dianggap sebagai pembawa berkah. Karena alasan inilah, nasi ini selalu disajikan saat syukuran atau pembukaan usaha.

Lalu bagaimana dengan lodeh mengingat bahannya cukup sederhana? Seperti yang kamu tahu, bahannya adalah sayur-sayuran seperti melinjo, daun melinjo, kacang panjang, terong, nangka, tempe, labu siam, dan juga santan. Meski begitu, semuanya merupakan simbol dalam hal menangkal wabah penyakit.

Terong ungu bisa diartikan sebagai simbol untuk ‘bangun’ dari keterpurukan selama pandemi. Sementara itu, ‘lanjar’ dari kacang lanjar (kacang panjang) menjadi simbol berkah. Intinya, sayuran ini simbol sebagai kepasrahan dan meminta pertolongan terhadap Sang Pencipta.

Lodeh dianggap sebagai simbol penangkal wabah. (sajiansedap.grid.id)

“Menariknya, sayur lodeh tidak bersifat individual. Ini adalah respons terhadap kemalangan yang sepertinya akan menimpa semua orang. Ini adalah upaya untuk mengurangi, menghindari sesuatu yang sepertinya tak terhindarkan,” ungkap Revianto.

Nggak hanya simbol, sebenarnya bahan-bahan sayur lodeh yang kaya akan gizi memang bisa mendukung sistem kekebalan tubuh. Empon-empon seperti lengkuas di dalamnya punya kandungan anti-inflamasi. Jadi, makan sayuran ini memang bisa membantumu lebih cepat sembuh dari penyakit.

Sejarah Lodeh Dijadikan Masakan Penangkal Wabah

Ada sejumlah versi sejarah tentang sayur lodeh yang dijadikan masakan penangkal wabah. Tapi, intinya mirip, Sultan Yogyakarta dulu meminta masyarakat memasaknya sebagai solidaritas menghadapi wabah penyakit. Jika semua orang memakan makanan yang sama di masa sulit, maka rasa kebersamaan akan terpupuk sehingga semuanya bisa saling mendukung satu sama lain.

Lantas, kapan wabah atau bencana yang memulai tradisi unik ini? Kabarnya sih pada abad ke-10, tepatnya saat Gunung Merapi meletus dengan sangat hebat dan membuat banyak warga mengungsi. Meski begitu, sejarawan Fadly Rahman menduga tradisi ini dimulai pada akhir abad ke-19.

Kala itu, Mataram yang dipimpin oleh Sultan Hamengku Buwono VIII dilanda wabah pes selama sekitar dua dekade. Nah, pada 1931, warga diminta untuk memasak sayur lodeh dan berdiam di rumah selama 49 hari. Tujuannya tentu demi mencegah penularan wabah semakin merebak. Selain itu, sayur lodeh bisa dimasak dengan bahan-bahan yang ada di sekitar rumah saja.

Menariknya, ada catatan lain yang menyebut bahwa perintah yang sama juga keluar saat krisis terjadi pada 1876, 1892, 1946, 1948, serta 1951 di Tanah Air.

Memang, kini sayur lodeh bisa dimasak dan dinikmati kapan saja. Tapi, sejarah dan cerita tentang sayuran ini memang cukup menarik, ya Millens? (Bbc/IB09/E05)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: