BerandaIslampedia
Selasa, 24 Sep 2018 16:49

Masjid Patimburak, Masjid Kuno di Tanah Papua yang Ajarkan Toleransi

Masjid Patimburak terletak di Provinsi Papua Barat. (goodnewsfromindonesia.id)

Dibangun persis di bibir pantai Kampung Patimburak, Distrik Kokas, Kabupaten Fakfak, Provinsi Papua Barat, Masjid Patimburak berdiri. Masjid kuno ini menawarkan arsitektur unik sekaligus nilai filosofis yang dalam. Konon, masjid ini merupakan masjid pertama di tanah Papua.

Inibaru.id –  Kalau kamu jalan-jalan ke Papua Barat, jangan lupa mampir ke Masjid Patimburak atau masjid Al Yasin. Masjid ini dibangun pada 1870 persis di bibir pantai Kampung Patimburak, Distrik Kokas, Kabupaten Fakfak, Provinsi Papua Barat. Paling nggak kamu butuh 2 jam dari Fakfak untuk mencapai masjid. Lumayan jauh ya. Tapi selama perjalanan kamu bisa merasakan hawa sejuk pegunungan. Setelah sampai, kamu bakal menemukan hamparan laut di belakang masjid. Wah, paket dobel ya?

Masjid Al Yasin didirikan seorang imam yang ditugaskan untuk menyebarkan Islam ke Papua. Imam tersebut bernama Abuhari Kilian dari kesultanan Ternate.

Arsitektur Unik dan Filosofi Dalam

Meskipun sudah direnovasi berkali-kali, arsitektur asli masjid ini masih dipertahankan, lo. Masjid Patimburak memiliki pengaruh arsitektur Belanda dan Jawa yang harmonis. Contohnya kubah masjid yang menyerupai kubah gereja di Eropa, ventilasi berbentuk lingkaran, serta aksen kayu di dinding seperti bangunan kolonial.

Empat buah tiang penyangga di dalam bangunan menjadi salah satu ciri khas arsitektur Jawa. Bangunan ini juga mencolok karena dindingnya berwarna hijau, merah, dan kuning.

Filosofi dari bentuk bangunan yang berusia lebih dari satu abad ini tentunya nggak lepas dari ajaran Islam. Dilansir dari Detik.com (8/6/2017) bangunannya yang khas berbentuk segi enam melambangkan rukun iman, sebagai pondasi dalam beragama. Sedangkan alas kubahnya yang bersegi delapan melambangkan 8 arah mata angin. Mata angin barat ditandai dengan mihrab sebagai kiblat salat.

Nggak cuma itu, Millens. Karena dibangun secara gotong royong, masjid ini menjadi wujud dari konsep filosofi "satu tungku tiga batu". Arkeolog Papua, Hari Suroto, menjelaskan kepada tajuktimur.com, "satu tungku tiga batu" mengandung arti tiga posisi penting dalam keberagaman dan kekerabatan etnis di Fakfak. Satu tungku tiga batu artinya tungku tersusun atas tiga batu berukuran sama.

Nah, tiga batu menjadi lambang tiga agama yaitu Islam, Protestan, dan Katolik. Tiga batu tersebut menjadi tungku dan diletakkan secara melingkar dan berjarak. Ketiganya harus seimbang untuk menopang kehidupan dalam keluarga yang diibaratkan sebuah periuk.

Wah, ternyata nggak main-main ya nilai filosofisnya. Semoga tetap rukun ya semua umat beragama di sana. (MG13/E05)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakal Diisi Siswa Pintar dan Berprestasi, Apa Itu SMA Unggulan Garuda?

17 Jan 2025

Mencari Tahu Sejarah Nama Kecamatan Kunduran di Blora

17 Jan 2025

204 Pendaftar Pelatihan Keterampilan Gratis di BLK Rembang, Bakery Jadi Kejuruan Favorit

17 Jan 2025

Fenomena 'Sad Beige Mom', Benarkah Warna Netral Bisa Mempengaruhi Perkembangan Anak?

17 Jan 2025

Mulai Hari Ini, Kamu Bisa Wisata Perahu di Kali Pepe di Gelaran Grebeg Sudiro Solo!

17 Jan 2025

'Asura', Serial Keluarga Terbaru dari Koreeda Hirokazu

17 Jan 2025

Memasak Wajik untuk Hajatan; Lelaki Mengaduk, Perempuan Meracik

17 Jan 2025

Setelah Jadikan Ratu Kalinyamat sebagai Pahlawan Nasional, Apa Langkah Lestari Moerdijat Selanjutnya?

17 Jan 2025

Untuk Mental yang Lebih Sehat, Ayo Lakukan Decluttering di Rumah!

18 Jan 2025

BPS: Pengeluaran Harian Lebih dari Rp20 Ribu Nggak Tergolong Orang Miskin

18 Jan 2025

Swedia Kembali Gunakan Buku Cetak untuk Pendidikan

18 Jan 2025

Jalan Kaki Seru bareng Komunitas Mlaku Magelang

18 Jan 2025

Lebih Nyaman, Tiga KA di Daop 4 Semarang Beroperasi dengan Sarana Terbaru

18 Jan 2025

Memahami 'Dark Feminine Energy'; Apakah Baik Dimiliki Perempuan?

18 Jan 2025

Sajian Khas Imlek, Berapa Lama Kue Keranjang Bisa Awet?

19 Jan 2025

Membesuk Penjara Mlaten Semarang, si Tua Renta yang Sekarang Malih Rupa

19 Jan 2025

Mengapa Saat Hujan Kita Pengin Makan Mi Kuah?

19 Jan 2025

Healing Seru dengan Main ke Green Kayen Yogyakarta

19 Jan 2025

Tangan Istimewa Rory Delap dan Pratama Arhan di Dunia Sepak Bola

19 Jan 2025

Menilik Tradisi Nyadran Rejeban Plabengan di Lereng Gunung Sumbing

19 Jan 2025