Inibaru.id - Kalau kamu pernah mampir ke Alun-alun Kendal, pasti tahu betapa ramainya kawasan ini setiap sore. Siapa sangka, kawasan yang jaraknya sekitar 5 kilometer dari laut itu diprediksi bakal terendam banjir rob pada tahun 2030 nanti.
Ya, prediksi ini bukan asal-asalan. Menurut pengamatan sejumlah pegiat lingkungan dan peneliti pesisir, abrasi dan penurunan muka tanah di pesisir Kendal kian parah dari tahun ke tahun. Bahkan, gelombang pasang air laut (rob) kini sudah bukan lagi kejadian musiman, tapi datang hampir setiap bulan.
Salah satu orang yang paling merasakan dampak perubahan itu adalah Wasito, pegawai Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Kendal. Rumahnya di Desa Kartikajaya, Kecamatan Patebon, sudah berulang kali terendam air rob.
“Kalau dulu empat tahun sekali baru banjir besar, sekarang hampir tiap bulan,” keluhnya sebagaimana dinukil dari Bbcindonesia, (7/10/2025).
Wasito bukan sekadar mengeluh. Ia memilih melawan keadaan dengan cara yang sederhana tapi berdampak besar, yaitu dengan menanam mangrove. Awalnya ia menanam sendirian di lahan yang dulu gundul akibat abrasi. Namun setelah melihat pohon yang ditanamnya tumbuh subur dan menahan sedimen pasir, warga lain mulai ikut membantu.
Kini, pesisir Kendal dari Pantai Ngebum sampai muara Sungai Waridin mulai kembali hijau oleh ribuan pohon mangrove jenis Avicennia spp.
“Kalau bukan kita yang peduli, siapa lagi?” ujar Wasito. Ia tahu betul bahwa upaya kecil ini bukan sekadar menahan ombak, tapi juga menahan harapan agar Kendal tak tenggelam lebih cepat.
Sayangnya, perjuangan itu tak mudah. Pesisir Kendal yang dulu dipenuhi hutan mangrove kini banyak berubah jadi kawasan industri dan tambak modern. Proyek reklamasi dan pembangunan pelabuhan di sekitar Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Kendal disebut Wasito sebagai salah satu penyebab abrasi makin parah.
“Di mana ada reklamasi, di situ abrasi pasti ikut datang,” katanya.
Hilangnya kawasan hijau membuat laut makin leluasa “menyapa” daratan. Kalau kondisi ini terus berlanjut, para ahli memperkirakan rob bisa menjangkau Alun-Alun Kendal hanya dalam waktu lima tahun ke depan. Padahal, lokasi tersebut berjarak cukup jauh dari bibir pantai, yaitu sekitar 5 kilometer. Itu artinya, ikon kebanggaan warga Kendal berpotensi ikut tergenang air laut di masa depan.
Selain ancaman rob, warga juga menghadapi tantangan lain, yakni minimnya ruang terbuka hijau dan fasilitas drainase yang memadai. Jika hujan deras dan pasang laut datang bersamaan, genangan bisa lebih cepat datang dan meluas.
Pemerintah daerah sebenarnya sudah berupaya melakukan penataan wilayah pesisir, termasuk dengan memperkuat tanggul dan memperbanyak penanaman mangrove. Namun, tanpa kesadaran bersama untuk menjaga lingkungan, hasilnya tentu sulit terasa.
Di tengah kekhawatiran itu, Wasito tetap menaruh harapan. “Saya akan terus menanam mangrove. Mungkin tidak bisa hentikan rob sepenuhnya, tapi setidaknya kita berusaha,” ujarnya tegas.
Semoga saja apa yang diupayakan Wasito, warga lain dan pemerintah Kendal, yaitu mengatasi masalah banjir rob, bisa terpenuhi. Setuju, kan, Gez? (Arie Widodo/E07)
