BerandaInspirasi Indonesia
Jumat, 12 Des 2024 16:32

Ruang Baca dan Diskusi Literasi di Kudus, Klub Buku Maossae

Diskusi Klub Buku Maossae biasa dilakukan di tengah permukiman warga yang berada di Perumahan Muria Indah, Kecamatan Bae, Kabupaten Kudus. (Inibaru.id/ Imam Khanafi)

Nggak hanya menjadi ruang baca untuk berbagai kalangan, Klub Buku Maossae juga menjadi tempat diskusi literasi yang membahas berbagai tema, dari sastra, sejarah, olahraga, hingga isu lingkungan.

Inibaru.id – Di tengah upaya mempertahankan minat baca yang terus tergerus arus informasi berbasis audio visual, muncul sebuah komunitas inspiratif bernama Klub Buku Maossae. Berbasis di Kudus, komunitas ini menjadi semacam oase bagi mereka yang pengin menjadikan membaca sebagai bagian dari keseharian.

“Saya melihat bagaimana orang yang awalnya tidak tertarik membaca, akhirnya menjadi antusias setelah ikut diskusi dan berkumpul dengan orang-orang yang memiliki minat serupa di sini,” kenang Faizal, salah satu dari dua pendiri Klub Buku Maossae, menyoal cikal bakal berdirinya komunitas tersebut.

Akademisi di Universitas Muria Kudus bernama lengkap Faizal Adi Surya ini mendirikan Klub Buku Maossae bersama Aan Triyanto, mantan pengelola sebuah toko buku yang kini bekerja di sebuah perusahaan swasta. Keduanya berangkat dari dua latar berbeda, tapi satu visi dalam keinginan untuk berkomunitas.

“Nama Maossae diambil dari toko buku yang pernah saya kelola. Semangat dari nama itu ingin saya hidupkan kembali melalui komunitas ini,” sahut Aan yang ditemui Inibaru.id saat keduanya tengah menggelar diskusi di Perumahan Muria Indah, Kecamatan Bae, Kabupaten Kudus, beberapa waktu lalu.

Membangun Literasi, Bukan Hanya Membaca

Selain kegiatan membaca, Klub Buku Maossae juga banyak diisi dengan diskusi literasi lintas tema, mulai dari sastra hingga sepak bola. (Inibaru.id/ Imam Khanafi)

Meski bertajuk "klub buku", komunitas ini nggak hanya membatasi diri pada kegiatan membaca, tapi juga menelaah isinya. Dalam pandangan Faizal, membaca adalah jendela dunia yang dapat membuka wawasan, meningkatkan kemampuan berpikir kritis, dan merangsang kreativitas.

"Jadi, Klub Buku Maossae tidak hanya berfokus pada membaca, tetapi juga diskusi yang memancing ide-ide baru," jelasnya. “Kami ingin menciptakan lingkungan di mana membaca menjadi kegiatan yang menarik dan menyenangkan, terutama untuk anak-anak.”

Selain menawarkan ruang untuk membaca, Klub Buku Maossae juga rajin mengadakan berbagai diskusi menarik yang relevan dengan isu-isu kontemporer. Salah satu acara yang baru-baru ini diadakan adalah diskusi tentang "Kemandirian Pangan Berbasis Sumber Daya Lokal".

"Dalam diskusi itu, kami mencoba menggali peran masyarakat adat dalam menjaga kedaulatan pangan dan bagaimana kita dapat belajar dari kearifan lokal untuk mencapai ketahanan pangan yang berkelanjutan," ujar Faizal.

Dari Sastra hingga Sepak Bola

Mendiskusikan isu-isu yang berkembang di daerah menjadi salah satu kegiatan rutin yang dilakukan para anggota Klub Buku Maossae. (Inibaru.id/ Imam Khanafi)

Nggak hanya mendiskusikan isu lokal yang berkembang di daerah, Klub Buku Maossae juga rutin mendiskusikan karya-karya yang menurut mereka cukup menggugah pikiran. Aan mengatakan, suatu kali komunitas ini pernah mengupas karya sastrawan Seno Gumira Ajidarma dalam diskusi “Politik dan Sastra”.

"Kami diskusikan bagaimana sastra mampu menjadi alat perlawanan dan sarana menyuarakan kebenaran; karena saat sastra menyentuh ranah politik, cerita menjadi senjata,” kata Aan.

Kemudian, dia melanjutkan, pada lain waktu komunitas yang terbuka untuk umum ini juga mendiskusikan buku Memahami Dunia Lewat Sepak Bola (How Football Explains The World) karya jurnalis senior AS Franklin Foer. Dalam diskusi ini, peserta diajak memahami globalisasi melalui kacamata sepak bola.

"Kami mencoba memberikan sudut pandang baru tentang bagaimana olahraga dapat mencerminkan dinamika dunia," terangnya.

Mengakomodasi Kegelisahan

Klub Baca Maossae adalah komunitas literasi yang didirikan Faizal Adi Surya dan Aan Triyanto. (Inibaru.id/ Imam Khanafi)

Penulis kontemporer AS Stephen King pernah mengatakan, buku bagus nggak mengungkapkan semua rahasianya sekaligus. Inilah yang membuat diskusi diperlukan, karena acap kali ada kegelisahan selepas membaca satu buku. Nah, di ranah itulah Faizal merasa wadah diskusi diperlukan.

"Kami pernah menjelajahi sejarah lewat diskusi buku Napak Tilas Jalan Daendels karya Angga Indrawan, yang menggali lebih dalam tentang pembangunan Jalan Raya Pos dan dampaknya terhadap masyarakat serta lingkungan sejak era kolonial hingga kini," paparnya.

Setelahnya, belum lama ini Maossae juga mengangkat isu lingkungan saat membahas buku Untuk Keindahan Kini dan Nanti serta Potret Desa dan Rehabilitasi Lahan bersama Vuvut Zery Haryanto dari Yayasan Konservasi Alam Nusantara; yang menyoroti gimana konservasi dan pemberdayaan komunitas lokal bisa menciptakan perubahan positif bagi alam dan masyarakat.

"Menurut kami, membaca adalah pintu menuju masa depan yang lebih cerah. Nah, kami ingin menjadi bagian dari perjalanan itu,” tandasnya.

Inspiratif banget, kan? Untuk kamu yang tinggal di Kudus dan sekitarnya, boleh banget gabung bareng Klub Buku Maossae. Kegiatan mereka selalu ramai kok, karena banyak mendapatkan dukungan dari komunitas literasi lain di Kudus seperti Nomizo.co, Lumbungbaca Kampung Budaya Piji Wetan, dan Pojok Kliping. (Imam Khanafi/E03)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT