BerandaInspirasi Indonesia
Kamis, 20 Mar 2024 14:00

Para Sahabat Ingin Sastrawan Nh Dini Dibuatkan Museum atau Nama Jalan

Seorang pengunjung melihat pameran arsip dan foto-foto Nh Dini. (Inibaru.id/ Fitroh Nurikhsan)

Kota Semarang pernah melahirkan sosok sastrawan terkemuka, Nh Dini. Karyanya yang sarat dengan nilai positif banyak menginspirasi pembacanya. Nggak heran, sastrawan lain di Semarang bermimpi akan ada museum Nh Dini sebagai wujud penghargaan.

Inibaru.id - "Saya ingin mengembalikan Pondok Baca Dini, membangun Museum Dini, mewujudkan Jalan Dini, sampai terwujud Kota Dini," celetuk Sulis Bambang membuka obrolan ketika saya temui di salah satu coffee shop Kota Lama Semarang belum lama ini.

Sulis Bambang adalah sahabat dekat sastrawan masyhur Tanah Air Nurhayati Sri Hardini Siti Nukatin atau akrab disapa Nh Dini. Hari itu saya tak sengaja bertemu dengan pendiri Bengkel Sastra Maluku itu selepas menghadiri acara talkshow "Nh Dini di Mata Sahabat".

Oya, perempuan yang akrab disapa Sulis tersebut juga seorang penggerak terlaksananya peringatan hari ulang tahun Nh Dini ke-88. Sedangkan rangkaian acara mulai dari pemutaran film dokumenter, pameran, talkshow workshop kepenulisan dan lain-lainnya telah selesai digelar sejak 29 Februari sampai 3 Maret 2024.

Pernyataan pembuka yang disampaikan Sulit bikin hati saya bergetar. Sejurus kemudian saya semakin bersemangat mengulik lebih dalam siapa dan bagaimana keseharian Nh Dini dalam melahirkan karya-karyanya.

"Nh Dini selalu membawa buku-buku kecil. Semisal dia ketemu ide atau sesuatu, langsung ditulis di situ," kenangnya saat mengingat kebiasaan Nh Dini.

Kemeriahan acara talkshow 'Nh Dini di Mata Sahabat'. (Inibaru.id/ Fitroh Nurikhsan)

Bahkan kata Sulis, di tahun-tahun terakhir sebelum wafat, kesibukkan penulis novel Sebuah Lorong di Kotaku dan La Barka adalah terapi, olahraga, dan menulis.

"Nh Dini ini aset Kota Semarang. Nggak banyak penulis Indonesia yang diundang untuk mengisi acara di Frankfurt Book Fair," ungkapnya.

Mungkin tak banyak orang yang tahu, selain menulis, perempuan penyuka anggrek itu ternyata punya bakat melukis. Beberapa karya lukisan Nh Dini sempat dipamerkan di Collabox Creative Hub beberapa waktu lalu.

"Dia suka melukis pohon bambu menggunakan tinta China. Tapi saya tidak pernah melihat Nh Dini melukis (lainnya), mungkin hanya di waktu-waktu senggangnya," ucap Sulis.

Berharap Perhatian Pemerintah

Lukisan karya Nh Dini yang terpajang di sebuah acara pameran. (Inibaru.id/ Fitroh Nurikhsan)

Sejak Nh Dini meninggal dunia pada tanggal 4 Desember 2018 silam, para sahabat hingga pegiat sastra di Kota Semarang masih konsisten merayakan hari ulang tahun Nh Dini.

Mereka juga mendorong pemerintah Kota Semarang untuk mengapresiasi dedikasi Nh Dini. Sebab ibu dua anak itu nggak jarang melibatkan Kota Atlas dalam karya-karyanya seperti novel Sebuah Lorong di Kotaku, Padang Ilalang di Belakang Rumah, Langit dan Bumi Sahabat Kami, Sekayu, dan Gunung Ungaran.

"Kami tahu ini sulit, makanya setiap 4 tahun sekali kami akan selalu merevitalisasi ingatan tentang Nh Dini. Kami juga akan berusaha agar pemerintah mau mewujudkan impian kami," kata Sulis.

Untuk peringatan hari ulang tahun Nh Dini berikutnya. Sulis berjanji mempersiapkan acara lebih matang lagi. Dia juga terbuka kepada para sastrawan maupun musisi di seluruh Tanah Air yang ingin terlibat.

"Kalau Chairil Anwar mengatakan saya ingin hidup seribu tahun lagi. Saya kira Nh Dini juga akan hidup lama bersama karya-karyanya," tandasnya.

Itulah sekilas tentang sosok Nh Dini, penulis fiksi perempuan asal Kota Atlas. Dari perjuangan dan dedikasinya, bisakah nama Nh Dini diabadikan menjadi museum dan nama jalan seperi harapan Sulis Bambang? (Fitroh Nurikhsan/E10)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Jokowi dalam Jajaran Tokoh Terkorup di Dunia

1 Jan 2025

Menko Pangan Zulhas: 2025, Bulog akan Serap Hasil Pertanian Indonesia

1 Jan 2025

Untuk Perikanan Jateng, Menteri KKP Revitalisasi Tambak di Pantura Jawa

1 Jan 2025

Tahun Baru 2025, Begini Tantangan Berat Pers di Masa Depan Menurut Dewan Pers

1 Jan 2025

Tentang Dua Film 'Last Letter' yang Digarap Seorang Sutradara

1 Jan 2025

Libur Sekolah Selama Ramadan 2025; Mendikdasmen: Belum Jadi Keputusan

1 Jan 2025

AQ, Faktor Penting Penentu Kesuksesan Selain IQ

1 Jan 2025

Pemerintah Revisi Aturan PPN 12 Persen, Apa yang Terjadi?

1 Jan 2025

Kata Guru dan Orang Tua Siswa tentang Rencana UN yang Akan Diadakan Kembali

2 Jan 2025

Ttangkkeut, Tempat Warga Korea Melihat Matahari Terbit Pertama di Awal Tahun

2 Jan 2025

YOLO; Filosofi Hidup Sekali yang Memacu Kebahagiaan Plus Risiko

2 Jan 2025

Ada Sampah di Planet Mars, Arkeolog: Jangan Dibuang tapi Dilestarikan!

2 Jan 2025

Hari Pertama 2025: KAI Daop 4 Semarang Berangkatkan 25 Ribu Penumpang, Paling Banyak di Stasiun Tawang

2 Jan 2025

Memagari Kicau Merdu Burung Pleci di Pegunungan Muria

2 Jan 2025

Waktu Terbaik Mengunjungi Kebun Buah Mangunan Yogyakarta

2 Jan 2025

MK Hapus Presidential Threshold, Apa Dampak bagi Demokrasi Indonesia?

3 Jan 2025

Dampak Perkebunan Kelapa Sawit bagi Air dan Udara, Baik atau Buruk?

3 Jan 2025

Kemalasan Nobita, Antitesis Masyarakat Jepang dengan Tradisi Tahun Baru

3 Jan 2025

Pastikan Resolusi Tahun Barumu Bebas FOMO!

3 Jan 2025

Seperti Apa Mekanisme Tilang dengan Sistem Poin di SIM yang Berlaku Mulai 2025?

3 Jan 2025