Inibaru.id - Dalam novelnya yang bertajuk Sekayu, mendiang Nh Dini begitu banyak bercerita tentang masa kecil sastrawan terkemuka Tanah Air itu di Kota Semarang. Dia menulis, "Kepada kampungku Sekayu, dengan harapan dia tidak akan berganti nama di masa mendatang."
Semasa kecil, Nh Dini memang pernah tinggal di Kota Lunpia, tepatnya di sebuah kampung padat yang namanya dijadikan judul novel yang terbit kali pertama pada 1988 tersebut. Rumah yang didiami penulis bernama lengkap Nurhayati Sri Hardini Siti Nukatin itu bahkan masih kokoh berdiri hingga kini.
Oeti Siti Adiati, kerabat Nh Dini yang tinggal di rumah tersebut mengungkapkan, seusai berpisah dengan mantan suaminya, Yves Coffin yang berasal dari Prancis, Nh Dini sempat kembali ke Indonesia. Pada masa senjanya, dia bahkan pernah tinggal di Semarang, tapi bukan di Sekayu.
"Nh Dini sempat kembali ke Semarang dan membeli rumah di (Kecamatan) Ngaliyan," ujar perempuan paruh baya itu kepada Inibaru.id yang bertandang ke Sekayu beberapa waktu lalu. "Rumahnya seperti di sini (Sekayu). Sejuk. Tenang. Asri. Banyak tanaman, terutama anggrek."
Tinggal di Jakarta
Oeti bercerita, setelah pisah dari Yves Coffin, Nh Dini kembali ke Tanah Air dan tinggal bersama sepupunya di Jakarta. Namun, keinginannya adalah kembali ke Semarang, kota yang menjadi saksi perjuangan perempuan kelahiran Semarang, 29 Februari 1936 tersebut.
Singkat cerita, ibunda dari pembesut Minions Pierre Coffin itu berhasil kembali ke Semarang. Namun, pengalaman pahit menderanya. Oeti mengungkapnya, rumah Nh Dini di Ngaliyan yang berada di perbukitan terkena bencana tanah longsor.
"Baru kali itu saya lihat Dini menangis sebegitu rupa. Saya terkejut, karena Dini orangnya keras," beber perempuan berkacamata ini dengan mimik muka sedih.
Setelah itu, Oeti melanjutkan, peraih penghargaan SEA Write Award yang telah melahirkan banyak karya berkualitas seperti Hati yang Damai (1961), Pada Sebuah Kapal (1973), La Barka (1975), dan Namaku Hiroko (1977) tersebut sempat berpindah-pindah, termasuk ke Yogyakarta dan Ungaran.
"Saat pindah, buku-buku dan tanamannya juga dibawa semua," kenang Oeti.
Rumah Tanpa Nh Dini
Selain kesejukan dan keasriannya, rumah di Jalan Sekayu No 348, Kecamatan Semarang Tengah, yang banyak diceritakan dalam novel Sekayu itu tampak begitu lengang, tanpa sedikit pun jejak Nh Dini di dalamnya. Rumah tua ini hanya dihuni dua perempuan paruh baya, salah satunya Oeti.
Oeti mengatakan, nggak ada satu pun barang peninggalan Nh Dini yang tersisa di rumah tersebut. Menurut penuturannya, pihak keluarga bahkan sama sekali nggak memiliki barang peninggalan sastrawan yang mulai menggeluti dunia fiksi sejak duduk di bangku sekolah menengah tersebut.
"Barang peninggalan Dini menjadi milik anak angkatnya yang merawat Dini pada masa senjanya. Jadi, kami benar-benar nggak tahu barang-barangnya di mana, termasuk buku-bukunya," kata Oeti yang mengaku menyesalkan keputusan tersebut.
Oeti mengungkapkan, sebelum meninggal, Nh Dini pernah menulis wasiat ke notaris, mengatakan bahwa seluruh barang Nh Dini diserahkan ke anak angkatnya. Padahal, menurut dia, andai nggak sepenuhnya dilimpahkan ke anak angkat, barang-barang itu dapat disatukan kembali di rumah ini.
"Bukan maksud material, tapi untuk kenangan," tegas Oeti. "Sedih, tapi ya sudahlah, lupakan! Saya rasa Dini memang ingin dilupakan. Sekarang kami mikirnya begitu."
Oya, untuk yang belum tahu, Nh Dini meninggal pada 4 Desember 2018 lalu akibat kecelakaan di Jalan Tol Tembalang, Kota Semarang. Penulis yang pernah bercita-cita sebagai masinis ini mangkat pada usia 82 tahun.
Seperti harapan Nh Dini dalam novelnya, semoga pada masa mendatang Kampung Sekayu nggak berganti nama ya, agar seluruh kenangan sastrawan kebanggaan Indonesia ini terus terikat kuat di kampung tersebut. (Fitroh Nurikhsan/E03)