Inibaru.id – "Ngelmu iku kalakone kanthi laku, lekase lawan kas, tegese kas nyantosani, setya budya pangekese durangkara". Kamu pernah mendengar tembang macapat tadi nggak, Millens? Tembang macapat tersebut merupakan karya yang sangat terkenal dari Sri Susuhunan Paku Buwono IV bernama Serat Wulang Reh.
Saking terkenalnya, Serat Wulang Reh juga dibaca oleh orang-orang dari Tanah Pasundan. Katanya, serat ini terkenal karena menyajikan ajaran yang spesifik bagi siapa saja yang pengin mendapatkan kesempurnaan hidup di dunia dan di akhirat kelak.
Serat Wulang Reh dirilis oleh Sri Susuhuan Pakubuwono IV pada Minggu Kliwon, Wuku Sungsang, tanggal 19, bulan Besar 1735. Serat ini merupakan karya satra Jawa berbentuk puisi tembang macapat yang terdiri dari 13 pupuh, yaitu Dhandhanggula, Kinanthi, Gambuh, Pangkur, Maskumambang, Mehatruh, Durma, Wirangrong, Pucung, Mijil, Asmaradhana, Sinom, dan Girisa.
Dilansir dari Tirto, Kamis (29/12/2022), Serat Wulang Reh berasal dari dua kata, yaitu Wulang yang artinya ajaran, sedangkan Reh berasal dari bahasa Jawa kuno yang artinya jalan, aturan, dan laku cara mencapai tuntunan. Hal ini sesuai dengan isi dari Serat Wulang Reh yang memberikan piwulang atau ajaran moral tentang bagaimana manusia menjalani kehidupan sehari-hari yang baik.
Ajaran-ajaran yang ditorehkan Paku Buwono IV dalam Serat Wulang Reh adalah ajaran moral yang berlandasakan Syariat Islam. Penyampaian ajarannya pun dikemas dalam budaya Jawa yang berlaku pada masa itu, yaitu macapat. Harapannya tentu saja agar nilai-nilai yang terkandung di dalamnya bisa dengan mudah dikenal, dipahami, dihayati, dan diamalkan.
Omong-omong, dalam karya tersebut, Paku Buwono IV nggak menggunakan Bahasa Jawa kuno. Hal ini membuat Serat Wulang Reh istimewa karena karya sastranya memudahkan pembacanya dalam memahami ajaran-ajaran yang disampaikan.
Isi Serat Wulang Reh
Merujuk pada jurnal karya Sri Yulita berjudul Serat Wulang Reh: Ajaran Keutamaan Moral Membangun Pribadi yang Luhur (2019), upaya meraih kepribadian luhur dalam ajaran Serat Wulang Reh dirangkum dalam tiga bab utama. Pertama, manusia harus menyadari tujuan dan makna hidup untuk lepas dari segala kekurangan dan keburukan sebagai manusia.
Kedua, membangun kesadaran religius dengan menjalankan ajaran agama. Kesadaran religi yang dimaksud dalam Serat Wulang Reh yaitu sembah lima bakti (sembah kepada orang tua, mertua, saudara tua, guru, dan pemimpin atau Tuhan). Selain itu, manusia juga harus mampu menahan hawa nafsu, nggak melupakan salat lima waktu, dan memperhatikan hadist, ijma', kiyas, serta dalil.
Dalam serat tersebut, manusia diminta untuk selalu sadar bahwa segala kebaikan, keburukan, nikmat, dan cobaan berasal dari Tuhan. Tujuannya agar manusia selalu sadar untuk bersyukur dan mengingat Tuhan dalam keadaan apapun.
Ajaran ketiga dalam Serat Wulang Reh adalah manusia harus mengembangkan sikap budi luhur dalam lingkungan keluarga. Misalnya menghormati, rendah hati, berani, sabar, teliti, waspada, tekun, bertanggung jawab, loyal pada pemimpin, dan memahami tata krama pergaulan.
Nggak hanya itu, Serat Wulang Reh juga mengajarkan kewajiban serta tanggung jawab antara rakyat dan pemangku jabatan atau penguasa, termasuk bagaimana seseorang harus menjadi pemimpin yang bijaksana.
Gimana, kamu tertarik untuk mempelajari Serat Wulang Reh nggak nih, Millens? (Fatkha Karinda Putri/E07)