Inibaru.id – “Maskumambang” merupakan pembuka tembang Macapat yang berjumlah sebelas. Tembang Jawa ini menjadi tanda dimulainya kehidupan manusia di dunia yang tadinya hanya berupa ruh.
Tembang Macapat memberi gambaran tentang janin dalam kandungan sang ibu. Maskumambang memiliki arti emas yang terapung atau sering juga disebut sebagai maskentir (emas yang terhanyut). Masa kehamilan merupakan proses seluruh organ jiwa dan raga dibentuk hingga ia siap lahir ke dunia.
Proses ini berlangsung selama 280 hari atau 10 bulan atau 40 minggu yang dihitung dari hari pertama haid terakhir. Sebagian besar pemuka agama meyakini bahwa roh ditiukan pada janin ketika berusia 120 hari (dihitung sejak pembuahan terjadi).
Tembang “Maskumambang” juga ditafsirkan sebagai gambaran arwah di alam barzah yang masih penuh teka-teki. Dalam tembang ini banyak dijumpai perasaan nelangsa, sedih, ketidakberdayaan, dan juga harap-harap cemas dalam menyikapi kehidupan.
Contoh Tembang Maskumambang dan Artinya
Pada (bait) ke-58 sampai 66, Pupuh ke-5 Maskumambang, Serat Wulangreh karya SISK Susuhunan Paku Buwana IV.
Nadyan silih bapa biyung kaki nini (Walaupun ayah ibu kakek nenek,)
sadulur myang sanak (saudara dan kerabat)
kalamun muruk tan becik (kalau mengajarkan hal yang tidak baik)
nora pantes yen den nuta. (tidak pantas untuk diikuti)
Jika penulis interpretasikan bait di atas, penyair hendak memberi nasihat agar anak dalam kandungan nggak mengikuti perbuatan buruk yang dilakukan keluarga. Karena hal itu nggak pantas.
Apan kaya mangkono karepaneki (Memang seperti itulah yang seharusnya)
sanadyan wong liya (walaupun orang lain,)
kalamun watake becik (tetapi kalau memiliki watak yang baik,)
miwah tindake prayoga. (dengan kelakuan yang benar.)
Bait berikutnya berisi agar janin dapat belajar kebaikan dari orang lain sekali pun setelah dia lahir nanti. Jika orang lain itu memang berkelakuan baik, orang itu pantas dicontoh.
ku pantes yen sira tiruwa ta kaki. (Itu pantas kalau engkau ikuti, Nak.)
Miwah bapa biyung, (Begitu juga ayah ibu,)
amuruk watek kang becik, (jika mengajarkan watak yang baik,)
iku kaki estokena. (itu yang harus kau patuhi.)
Artinya, nggak masalah jika harus meniru perbuatan baik orang lain karena itu pantas. Pun demikian, anak harus patuh terhadap orang tua karena mengajarkan watak yang baik.
Wong tan manut pitutur wong tuwa ugi, (Juga orang yang tidak mentaati nasihat orang tua)
pan nemu duraka, (dia akan durhaka)
ing dunya praptaning akhir, (sejak hidup di dunia sampai di alam akhir)
tan wurung kasurang-surang. (pada akhirnya menderita)
Bait ini berisi ancaman anak yang nggak mematuhi orang tuanya tergolong durhaka dan akan selalu menderita baik di dunia maupun akhirat.
Maratani mring anak putu ing wuri, (Hingga ke anak cucu kelak)
den padha prayitna, (hendaknya berhati-hati)
aja sira kumawani, (jangan sampai engkau berani)
mring biyang tanapi bapa. (kepada ayah atau ibu)
Manusia diminta berhati-hati jangan sampai berani pada orang tuanya. Meski ia telah berumur bahkan sudah memiliki anak dan cucu, ia tetap harus hormat kepada orang tuanya.
Ana uga etung-etungane kaki, (Ada juga hitung-hitungannya)
lelima sinembah, (lima yang disembah),
dununge sawiji-wiji, (Tempat/caranya berbeda-beda)
sembah lelima punika. (sembah lima tersebut)
Ada 5 sosok yang harus disembah (dihormati) seseorang ketika hidup. Masing-masing dengan cara yang berbeda.
Kang dhingin rama ibu kaping kalih, (Pertama kepada ayah dan ibu/orang tua, yang kedua)
marang maratuwa, (kepada mertua)
lanang wadon kaping katri, (laki-laki maupun perempuan, yang ketiga)
ya marang sadulur tuwa. (ya kepada saudara yang lebih tua)
Pertama, seseorang harus menghormati orang tua yaitu ayah dan ibu, yang kedua mertua, suami atau istri, yang ketiga saudara yang lebih tua.
Kaping pate marang guru sayekti, (Keempat kepada guru,)
sembah kaping lima (sedangkan sembah kelima)
marang Gustinira yekti, (kepada Tuhan).
parincine kawruhana. (Ketahuilah penjelasannya)
Golongan keempat yang wajib dihormati adalah guru dan yang kelima Tuhan.
ramila rama ibu den bekteni, (Oleh karena itu kau harus berbakti kepada ayah dan ibu,)
kinarya jalaran, (yang menjadikan sebab)
anane badan puniki, (adanya tubuh ini)
kinawruhan padhang hawa. (hadir di terangnya dunia)
Oleh karena itu, seseorang harus senantiasa berbakti kepada ayah dan ibu. Dari ayah ibulah manusia lahir ke dunia.
Ciri Tembang Macapat Maskumambang
Setiap tembang Macapat memiliki ciri, Millens. Untuk tembang Maskumambang, ciri-cirinya memiliki Guru Gatra 4 baris pada setiap bait, jumlah Guru Wilangan 12, 6, 8, 8 (artinya baris pertama terdiri atas 12 suku kata, baris kedua berisi 6 suku kata, dan seterusnya).
Maskumambang juga memiliki Guru Lagu i, a, i, a. Artinya, baris pertama berakhir dengan vokal i, baris kedua berakhir vokal a, dan seterusnya.
Menarik ya. BTW, kamu dulu pernah diminta nembang Maskumambang nggak nih? (Tum/IB21/E03)