Inibaru.id - Pada suatu sore beberapa hari lalu, di rumah sekaligus bengkel berkaryanya, Inggit Art sedang sibuk memilah-milah daun pisang kering. Saya yang kala itu ada di sana terpaksa hanya mengamati karna tak bisa ikut membantu. Pasalnya, lelaki bernama asli Eko Budiono itu tidak sedang membersihkan sampah-sampah. Dia sedang mencari bahan untuk lukisannya, yang tentu saja hanya dia yang paham.
Inggit Art adalah seorang pelukis dari Desa Dukun, Kecamatan Karangtengah, Kabupaten Demak. Hasil lukisannya unik karena terbuat dari debog (pelepah pisang) dan klaras (daun pisang kering). Karena tak menggunakan warna-warni dari cat atau pewarna buatan lainnya, semua karya Inggit Art yang kebanyakan berbentuk sketsa wajah adalah kombinasi dari warna coklat muda, coklat tua, putih, dan hitam.
Tapi jangan salah, meski terbuat dari potongan-potongan pelepah pisang kering, objek yang dia reka selalu bagus dan identik. Paduan warna alam membuat lukisannya tampak estetik dan eksklusif.
Lukisan yang menggunakan teknik kolase itupun berhasil memikat peminat seni dari luar negeri. Katanya, beberapa lukisannya terjual sampai ke Taiwan. Pelanggannya secara online memesan lukisan melalui akun Facebook miliknya.
"Sebenarnya orang Indonesia yang bekerja di Taiwan. Dia minta dibuatkan lukisan dari pelepah pisang," kata laki-laki 32 tahun itu.
Selain pesanan sketsa wajah para klien, wajah publik figur juga menjadi yang paling sering dia garap. Bahkan setiap Inggit membuat postingan hasil karya lukisan ulama atau tokoh terkenal, like dan comment selalu membanjiri media sosialnya.
"Kebanyakan itu pada suka sketsa wajah ulama, seperti Gua Dur, KH Maimoen Zubair, Habib Luthfi, dan lain-lain. Terus tokoh publik seperti presiden, itu ramai sekali yang like, " sebutnya.
Keunggulan Pelepah Pisang
Nah soal kenapa menggunakan bahan baku pelepah pisang, Inggit punya alasan yang menurut saya menarik. Katanya, pelepah pisang kering menjadi sampah yang tidak dibutuhkan orang sehingga dia memiliki ide untuk mengubahnya menjadi sesuatu yang lebih bernilai.
Alih-alih menggunakan media kanvas dan cat akrilik yang mengandung bahan kimia, limbah dari pohon pisang jauh lebih aman karena alami. Tidak hanya itu, pelepah pisang juga murah dan tahan lama terhadap cuaca. Sementara lukisan dari media canvas bahannya cepat rusak dan mencemari lingkungan jika tidak bisa mengolah sisa penggunaannya.
Dalam berkarya, Inggit tak ingin menumpuk bungkus-bungkus cat akrilik yang terbuat dari plastik. Dia sadar, plastik adalah bahan yang sulit terurai oleh tanah. Oleh sebab itu, dia memilih pelepah pisang untuk berkarya.
Jika bahan alami seperti pelepah pisang bersisa, dia tidak khawatir. Pelepah pisang yang tidak terpakai bisa menjadi kompos yang membuat tanah subur dan baik untuk pertumbuhan tunas pisang.
Yap, saya rasa langkah Inggit Art ini dapat ditiru oleh pelukis-pelukis lainnya di Indonesia. Jadi, tak hanya hasil karyanya yang memukau, pesan di baliknya juga patut untuk kita teladani. (Ayu Sasmita/E10)