BerandaTradisinesia
Selasa, 11 Nov 2024 11:16

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

Penampakan bukit karst di Gunungkidul yang dulunya adalah dasar lautan. (Javlec Indonesia)

Kalau kamu melihat bebatuan karst di perbukitan Gunungkidul, itu dulunya adalah dasar lautan, Millens.

Inibaru.id – Pernah nggak terpikir adanya ironi yang sangat menarik di balik wisata pantai di Gunungkidul yang sangat populer? Yap, kok bisa ya di sebuah wilayah yang dengan nama ‘gunung’ malah memiliki 104 pantai yang dikenal dengan keindahannya. Lebih dari itu, belakangan juga terkuak fakta baru yang lebih mengejutkan: dulu Gunungkidul ternyata adalah dasar lautan!

Sebenarnya, kalau kita menilik sebagian lokasi-lokasi pantai di Gunungkidul, terdapat keseragaman yang unik, yaitu untuk mencapai pantainya, kita harus melewati bukit-bukit karang yang cukup terjal dan terlihat tandus. Nah, kalau dilogika, bukit karang seharusnya ada di lautan, bukan?

Nah, hal inilah yang ternyata bikin penasaran banyak peneliti di bidang geologi. Keberadaan perbukitan kapur atau karst yang bikin Gunungkidul jadi tandus dan kerap mengalami kekeringan, serta tingginya kandungan bebatuan gamping di begitu banyak kawasan perbukitan di sana membuat mereka yakin jika wilayah ini dulunya adalah dasar lautan yang terangkat berkat mekanisme uplift selama ribuan atau bahkan jutaan tahun.

Hal ini dibuktikan dengan hasil penelitian yang dlakukan di Telaga Luweng Lor, Desa Panggang, yang berada di ketinggian sekitar 200-300 meter di atas permukaan laut (mdpl) dan berjarak kurang lebih 10 kilometer dari Pantai Selatan. Di sana, bebatuan gamping bahkan masih memiliki rasa asin!

“Rasa asin pada bebatuan di sini jadi bukti kalau wilayah ini memang dulunya adalah lautan,” ungkap salah seorang peneliti dari Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada sebagaimana dilansir dari Liputan6, (2/6/2012).

Bebatuan karang yang dulu adalah dasar lautan. (Rebowagen/Edi Padmo)

Lantas, kapan sebenarnya Gunungkidul berubah status dari dasar lautan menjadi daratan, hingga kemudian malah jadi kawasan perbukitan? Para peneliti meyakini jika hal ini mulai terjadi pada masa Ploisen akhir alias 2,5 juta tahun yang lalu sampai masa Pleistosen atau 700 ribu tahun yang lalu. Penyebabnya adalah pergerakan lempeng tektonik Indo-Australia yang menumpuk lempeng Eurasia dan berimbas pada terangkatnya daratan di Gunungkidul.

Makanya, jangan heran jika saat kamu main ke kawasan perbukitan karst yang ada di ketinggian lebih dari 500 mdpl di Gunungkidul, bisa jadi malah menemukan sisa-sisa koral atau fosil makhluk laut, deh.

Sayangnya, karena di bawah tanah Gunungkidul sebagian adalah karst yang berpori, air hujan nggak bisa tertahan diserap di tanah melainkan tersimpan di sungai-sungai bawah tanah. Hal ini berdampak pada keringnya daerah tersebut dan membuat pertanian dengan sistem yang bisa dilakukan di Tanah Jawa jadi sulit untuk dilakukan.

Sebaliknya, sungai-sungai bawah tanah yang sudah tersingkap justru jadi tempat wisata populer karena kaya akan air. Nggak percaya? Tengok deh Gua Pindul dan Gua Kalisuci, Millens.

Nggak disangka ya, meski namanya Gunungkidul, ternyata dulunya adalah dasar lautan? (Arie Widodo/E10)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: