Inibaru.id - Mbah Min, panggilan akrab Sarimin pemilik warung makan yang populer dengan sebutan warteg sampah, pagi itu menyambut saya. Disebut warteg sampah karena lokasinya berada di tengah tumpukan sampah yang nggak jauh dari TPA Jatibarang Kota Semarang. Setiap hari, para pemulung serta pekerja dinas kebersihan kerap mampir di warung yang juga kediaman Mbah Min ini.
Suyatmi, istri Mbah Min juga ikut menyambut saya. Perempuan paruh baya ini bertugas memasak dan melayani pembeli. Di bangunan semipermanen yang nggak terlalu besar tersebut, mata saya menatap plakat lusuh di tengah meja warung. Di dinding juga tergantung karikatur Mbah Min dan suyatmi. Plakat dan karikatur tadi merupakan kenang-kenangan dari stasiun televisi swasta yang pernah meliput warteg ini.
“Jadi artis Mbak, artis sampah,” seloroh Sarimin saat saya menanyakan perihal penghargaan tersebut.
Siapa sangka warung ini sudah wira-wiri di beberapa saluran berita. Suyatmi bahkan sudah pernah diundang ke acara Deddy Corbuzier. Warung ini memang unik. Bukan cuma letaknya yang dekat dengan tempat pembuangan sampah, keunikan juga ada pada sistem pembayarannya.
Di sini nggak cuma uang tunai yang berlaku. Para pembeli yang sebagian besar adalah pemulung boleh membayar dengan sampah. Uang nggak ada, sampah belum dapat? Tenang, boleh nge-bon kok. Wah, menyenangkan sekali ya?
Meskipun sudah terkenal, Suyatmi dan Mbah Min tetaplah seseorang yang sederhana dan rendah hati. Mereka menerima semua orang dengan ramah dan apa adanya.
Berkat keramahannya, warungnya yang sederhana tetap ramai hingga kini. Suyatmi bahkan mengaku bahwa sering kehabisan sehingga beberapa pembelinya terpaksa menelan kekecewaan. Selain itu, pemberitaan tentang warungnya bikin masyarakat penasaran dan sengaja datang untuk mencoba bersantap di warungnya tersebut.
“Ya pada penasaran. Kalau ada tamu (dinas) yang ngurus sampah pada mampir nyobain makan di sini,” ungkapnya. Dia juga bercerita kalau Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi pernah bersantap di warung ini sekitar empat tahun yang lalu.
Antarkan Anak Hingga Sukses
Apa pun pekerjaan yang pasangan istri suami ini lakukan, mereka senantiasa bersyukur. Berangkat merantau dari Rembang, keduanya meneruskan usaha sebagai pengepul sampah di Kota ATLAS.
Inovasi pasangan ini untuk membuka warung dan menerapkan pembayaran dengan sampah ini ternyata efektif untuk menarik pelanggannya yang rata-rata merupakan pemulung. Keuntungan usaha mereka nyatanya cukup untuk membiayai hidup mereka dan anak-anaknya.
FYI, pasangan ini memiliki dua orang anak, Millens. Anak tertuanya kini bekerja sebagai sopir truk di dinas kebersihan Kota Semarang, sementara si bungsu masih kuliah di Universitas Pandanaran.
“Saya dulu di sini cari sampah 2 tahun, kepengin anak-anak sukses,” suara perempuan 48 tahun ini bergetar.
Sebagai orang tua, Suyatmi dan suaminya selalu berharap agar anak-anaknya bisa lebih sukses darinya. Nggak heran, kebanggaan Suyatmi terus terpancar ketika menceritakan anak keduanya yang kini berkuliah sambil menjadi seorang penerjemah bahasa Inggris.
“Pokoknya yang penting anak-anak sukses,” tandasnya.
Wah, salut banget dengan perjuangan Suyatmi dan Sarimin ya, Millens! (Zulfa Anisah/E05)