BerandaInspirasi Indonesia
Sabtu, 24 Feb 2023 17:25

Gus Ammar, Penyair Asal Kota Kacang yang Suka Melukis Wayang

Kata Gus Ammar, kamu bisa memahami pesan suatu karya jika merasakan kisahmu sendiri di dalamnya. (Inibaru/ Rizki Arganingsih)

Nggak hanya gemar berpuisi, penyair asal 'Kota Kacang' Pati yang akrab disapa Gus Ammar ini juga suka melukis wayang. Lukisannya yang bernilai jutaan rupiah itu bahkan banyak diburu kolektor, lo!

Inibaru.id - Semalam cinta hadir, di sudut ketersisihanku dari laju zaman. Belum ia dekat, ku cegah, “biarkan aku sendiri”. Ia menjelma jadi nafas lalu masuk ke dadaku. Hingga, entah cinta jadi aku, Atau aku jadi cinta.

Melalui gugus kata puitis dalam buku Semalam Cinta Hadir itu, Ammar Abdillah, sastrawan sekaligus seniman asal Pati, menumpahkan keresahannya tentang cinta. Gus Ammar, begitu dia biasa disapa, mencoba mengajak pembaca memandang cinta dari sudut pandang berbeda.

Lelaki yang menekuni sastra dan seni sejak 2014 itu mengaku nggak setuju dengan pandangan kebanyakan orang tentang cinta. Menurutnya, cinta telah difitnah orang-orang sebagai hubungan yang membuat cowok dan cewek bisa melakukan penyelewengan norma agama.

Alih-alih menerjemahkan cinta sebagai hubungan sejoli, dalam buku tersebut, yang diangkat dari pengalaman pribadinya, Ammar memilih mengungkapkan cinta sebagai hubungan antara dirinya dengan cinta itu sendiri.

“Jika kita bisa melihat cinta bukanlah suatu hubungan laki-laki dan perempuan, harusnya nggak ada objek apa pun untuk dicintai, karena sejatinya kita tengah bergelut dengan cinta itu sendiri, ” tutur Gus Ammar saat ditemui di kediamannya, belum lama ini.

Syair Rumi dan Wayang

Dua buku karya Gus Ammar. (Inibaru/ Rizki Arganingsih)

Berkat kecintaannya akan dunia sastra, lelaki yang gemar menulis sejak kecil itu pernah menerjemahkan syair cinta Jalaluddin Rumi langsung dari bahasa Persia ke Indonesia. Buku tersebut berjudul Sekar Sufi Maulawi: Pilihan 120 Ruba'iyat Maulana Jalaluddin Muhammad Balkhi Rumi.

Gus Ammar memang cukup fasih berbahasa Persia lantaran pernah tujuh tahun kuliah di Iran. Ini pulalah yang membuat karya-karyanya banyak dipengaruhi budaya Timur Tengah. Nggak hanya Persia, Ammar juga menguasai bahasa Arab dan Hindi laiknya bahasa Inggris, Indonesia, atau Jawa.

Terus, kalau sempat bertandang ke rumah Gus Ammar, kamu juga bakal melihat banyak lukisan wayang dan kaligrafi di dinding rumahnya. Jadi, selain gemar membuat syair, lelaki berkulit cokelat itu juga mahir melukis, dengan tema utama wayang dan kaligrafi.

Kenapa wayang? Ammar mengatakan, sebagai orang Jawa, wayang punya tempat spesial di hatinya. Wayang itu, lanjutnya, adalah owahe tiyang atau laku seseorang. Bisa dikatakan keberadaan wayang bagi orang Jawa adalah semacam cerminan hidup manusia.

"Cerita wayang bisa jadi pelajaran hidup karena ia merefleksikan diri kita," terang Amar sembari memamerkan lukisan-lukisannya yang berharga jutaan rupiah.

Selain mencintai budaya wayang, dia mengaku memilih menjadi pelukis wayang karena peran tersebut nggak banyak dipilih seniman Indonesia.

Seni sebagai Peran Kehidupan

Lukisan wayang karya Gus Ammar sebagai pengingat akan prinsip hidup manusia. (Inibaru/ Rizki Arganingsih)

Menurut Ammar, sastra dan seni budaya adalah suatu bentuk peran kehidupan. Dia menggemari keduanya lantaran risalah hidupnya memang ada di situ. Karena itulah dia senantiasa membagi waktu yang seimbang antara berkarya dengan bekerja.

"Saya sering membagi waktu; berkarya pada malam hari dan mengurus usaha bingkai pigura pada siang hari," beber Ammar. “Orang seni itu ndak bisa kalau ndak berkarya. Kalau dilarang melukis, saya bisa bingung berhari-hari karena rasanya ada lapisan dalam diri yang berontak."

Sebagai orang Timur, dia percaya bahwa rezeki itu pandum (pemberian) yang sudah ditentukan oleh Tuhan. Maka, kalau seni yang digeluti terarah, penghidupan juga akan terjamin. Selain itu, seni juga merupakan obat yang menimbulkan kelegaan setelah mencurahkan isi hati lewat kesenian.

"Karena seni itu obat, maka ketika sedang nggak baik-baik saja, lampiaskanlah emosi dan perasaan menjadi karya, apa pun bentuknya; entah seni lukis, musik, atau sastra," tandasnya.

Hm, wejangan yang menarik ya, Millens? Oya, kalau kamu pengin bersua dengan Gus Ammar, boleh banget kepoin penyair yang pernah beberapa kali duet bareng seniman nyentrik Sudjiwo Tejo ini di kanal Youtube Ammar Abdillah, ya! (Rizki Arganingsih/E03)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024