BerandaInspirasi Indonesia
Sabtu, 28 Apr 2023 18:00

Cerita Kegigihan Nani, Penyandang Disabilitas yang Dirikan Sekolah di Boyolali

Nani, pendiri PAUD Inklusi Tersenyum di Boyolali. (Kasihinfo)

Tatik Isnani paham betul sulitnya anak-anak berkebutuhan khusus (ABK) sepertinya mencari sekolah inklusi saat masih kecil. Kini, dia pun mendirikan PAUD Inklusi Tersenyum bagi anak-anak tersebut mendapatkan pendidikan formal.

Inibaru.id – Siapa bilang menjadi seorang difabel adalah akhir dari segalanya? Perempuan berusia 46 tahun bernama Tatik Isnani membuktikan kalau keterbatasan fisik nggak menghalanginya membuat hal besar. Meski nggak bersekolah, Nani justru mampu mendirikan sekolah pendidikan anak usia dini (PAUD) yang mampu menampung anak dengan kebutuhan khusus (ABK) di Boyolali, Jawa Tengah.

Nama dari sekolah yang eksis di Ringinlarik, Kecamatan Musuk tersebut adalah PAUD Inklusi Tersenyum. Lokasinya persis di halaman rumah Nani. Pada tahun ajaran 2022/2023, sekolah yang sudah berdiri sejak 2015 tersebut mengajar tujuh orang siswa. Tiga di antaranya berstatus ABK.

Menurut cerita Nani, PAUD tersebut punya kurikulum yang berbeda bagi siswa ABK dan non-ABK.

“Kalau untuk anak-anak non-ABK, kurikulumnya sama dengan yang didapat di PAUD-PAUD lainnya. Tapi bagi anak ABK, akan diajari tentang cakap diri, bisa BAK (buang air kecil) dan BAB (buang air besar) sendiri, serta mengurus diri sendiri,” ujarnya sebagaimana dilansir dari Solopos, Kamis (21/4/2023).

Salah satu alasan yang membuat Nani mantap mendirikan sekolah inklusi ini adalah agar anak-anak di sekitar tempat tinggalnya tahu seperti apa cara berinteraksi dengan tepat sekaligus berempati kepada para penyandang disabilitas sejak dini.

Lebih dari itu, ternyata keberadaan sekolah ini mampu membuat orang tua dari anak-anak ABK dan non-ABK berinteraksi sembari menunggu anak-anaknya belajar. Para orang tua pun akhirnya juga ikut ‘belajar’ memahami manusia dengan kebutuhan khusus.

Nggak Pernah Mendapatkan Pendidikan Formal

PAUD Inklusi Tersenyum menerima anak berkebutuhan khusus (ABK). (Kasihinfo)

Ada yang menarik dari pendirian PAUD ini. Seperti yang sudah disinggung di awal, Nani nggak pernah mendapatkan pendidikan formal. Yap, Nani nggak pernah bersekolah. Alasannya tentu saja karena kondisi fisiknya dan sulitnya menemukan sekolah yang menampung anak-anak spesial sepertinya.

Menurut ceritanya, dia belajar membaca dari mengamati murid-murid ayahnya yang bertandang untuk belajar di rumah.

Nasibnya berubah setelah Nani mengirimkan surat ke Rehabilitasi Centrum (RC) Rumah Sakit Ortophedi Prof Dr R Soeharso Surakarta, Jawa Tengah. Di usianya yang baru 21 tahun kala itu, suratnya yang berisi keluhan sebagai penyandang disabilitas mendapatkan sambutan positif banyak pihak. Dia pun akhirnya mendapatkan sejumlah pelatihan yang membuat skillnya meningkat.

Dengan bekal berbagai pelatihan itulah, Nani kemudian memberanikan diri mendirikan PAUD Inklusi Tersenyum. Dia ingin anak-anak yang mengalami nasib sepertinya tetap bisa bersekolah.

Gayung bersambut, orang tua dari belasan anak-anak ABK mau menyekolahkan anaknya di PAUD tersebut sejak sekolah tersebut berdiri. Anak-anak ini seperti mendapatkan harapan baru dan melihat masa depan yang lebih cerah.

“Anak saya dulu sering takut dan mudah menangis kalau ketemu orang lain. Kini dia jadi lebih pede. Pokoknya, Bu Nani sudah seperti pahlawan bagi kami karena sudah mendirikan tempat bagi anak-anak seperti anak saya,” ucap salah satu orang tua murid PAUD tersebut yang menyandang autisme, Ika.

Salut dengan kegigihan Nani ya, Millens. Semoga saja semakin banyak sekolah inklusi yang tersedia di Indonesia. (Arie Widodo/E05)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024