BerandaIndo Hayati
Sabtu, 26 Jan 2018 02:31

Purwaceng: Populasi Rendah, Permintaan Tinggi

Tanaman purwaceng (Pimpinella pruatjan) (herbalfitria.net)

Di Dataran Tinggi Dieng, tanaman purwaceng ditemukan tanpa sengaja. Kini tanaman itu dibudidayakan dan dijadikan komoditas dengan pasar tinggi.

Inibaru.id – Pernah dengar tentang purwaceng? Apa yang kamu dengar? Soal khasiatnya sebagai obat kuat kaum lelaki?

Hmm, mitos itu memang yang paling banyak disebut ketika membicangkan tananam bernama ilmiah Pimpinella pruatjan ini. Okelah, tapi masih banyak khasiat purwaceng lainnya.

 Di mana dijumpai tanaman purwaceng? Yang paling moncer disebut bahwa tanaman ini hanya ada di Dataran Tinggi Dieng, Jawa Tengah. Seperti ditulis indonesiakaya.com, pada awalnya, tanaman yang hanya dapat tumbuh di ketinggian di atas 2.000 meter di atas permukaan laut ini hanyalah tanaman liar. Khasiat purwaceng pun ini diketahui tanpa sengaja, lo. Bagaimana ceritanya?

Menurut penuturan warga di Pegunungan Dieng, khasiat purwaceng diketahui tanpa sengaja. Seorang petani yang kelelahan beristirahat setelah menggarap lahan. Iseng dia memetik selembar daun tanaman liar yang merambat dan mengunyahnya.  Dia merasa tubuhnya jadi hangat dan tenaganya pulih setelah mengunyah selembar tanaman itu tanpa sengaja.

Ya, dari mulut petani itulah khasiat tanaman yang lalu dikenal bernama purwaceng itu tersebar. Kini, purwaceng bahkan dibudidayakan dan dijadikan komoditas bahan bubuk minuman.

Baca juga:
Aturan Baru, Impor Mainan Diperketat
Buah Gowok, Si Kecil Hitam yang Semakin Langka

Bagaimana cara masyarakat Dataran Tinggi Dieng mengonsumsi purwaceng? Mereka merebusnya dan meminum air rebusannya. Namun selanjutnya purwaceng diolah menjadi serbuk sehingga dapat dikonsumsi kapan saja dan di mana saja. Perlu kamu ketahui, saat ini purwaceng sudah dicampur dengan bahan minuman lain seperti kopi, susu, dan teh sehingga lebih enak ketika dikonsumsi. Bahkan, sudah ada dalam bentuk kapsul dan dijual, bahkan via toko daring seperti Bukalapak atau Tokopedia.

Ya, dari ketidaksengajaan itu, purwaceng dibudidayakan. Nggak seperti gingseng yang hanya diambil akarnya, semua bagian purwaceng dimanfaatkan, meskipun berdasarkan banyak penelitian, akarnyalah yang paling berkhasiat.

Tanaman purwaceng bisa dipanen setelah berusia sekitar satu tahun. Tanaman dicabut, dibersihkan dari tanah yang menempel, dikeringkan di oven sebelum dihaluskan sebagai serbuk. Tereret, jadilah serbuk purwaceng siap seduh.

Oya Millens, menurut laman indonesiakaya.com, di Dataran Tinggi Dieng, hanya empat desa yang penduduknya membudidayakan purwaceng. Keempat desa itu: Patok Benteng, Sikurang, Sembungan, dan Dieng. Ada juga yang membudidayakan di luarDieng, yapi hasilnya tak sebagus yang di Dieng.

Dikutip dari Wikipedia, purwaceng yang punya nama lain antanan gunung hanya ditemukan di Jawa. Nah, inilah persoalannya. Karena populasi rendah sementara permintaan industri tinggi, saat ini tanaman ini semakin semakin langka. Wajar saja, purwaceng hanya bisa tumbuh di tempat tinggi.

Selain di Dataran Tinggi Dieng, tempat tumbuh tanaman purwaceng di Pegunungan Hyang (purwaceng di sini dinamai suripandak abang) dan Pegunungan Tengger (dinamai gebangan dhepok).

Jadi, benarkah tanaman purwaceng ini asli Indonesia? Hmm, ada info lain yang dikutip dari direktori-wisata.com, bahwa purwaceng kali pertama ditemukan di Pegunungan Alpen di Swiss dengan ketinggian 2.000-3.000 di atas permukaan laut.

Baca juga:
Kura-Kura Bermoncong Babi: Lestarikan!
Cendana, Si Wangi yang Hampir Punah

Yap, benar nggaknya kali pertama ditemukan di Pegunungan Alpen, yang pasti di Dieng, purwaceng ditemukan tanpa sengaja. Okelah. Yang mengkhawatirkan justru populasinya yang rendah padahal permintaan pasarnya tinggi.

Semoga selanjutnya ditemukan pembudidayaan alternatif purwaceng bisa ditanam selain hanya di beberapa tempat yang sudah disebutkan. (EBC/SA)

Klasifikasi ilmiah

Kingdom: Plantae

Divisi: Magnoliophyta

Kelas: Magnoliopsida

Ordo: Apiales

Famili: Apiaceae

Genus: Pimpinella

Spesies:  Pimpinella pruatjan

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Cantiknya Deburan Ombak Berpadu Sunset di Pantai Midodaren Gunungkidul

8 Nov 2024

Mengapa Nggak Ada Bagian Bendera Wales di Bendera Union Jack Inggris Raya?

8 Nov 2024

Jadi Kabupaten dengan Angka Kemiskinan Terendah, Berapa Jumlah Orang Miskin di Jepara?

8 Nov 2024

Banyak Pasangan Sulit Mengakhiri Hubungan yang Nggak Sehat, Mengapa?

8 Nov 2024

Tanpa Gajih, Kesegaran Luar Biasa di Setiap Suapan Sop Sapi Bu Murah Kudus Hanya Rp10 Ribu!

8 Nov 2024

Kenakan Toga, Puluhan Lansia di Jepara Diwisuda

8 Nov 2024

Keseruan Pati Playon Ikuti 'The Big Tour'; Pemanasan sebelum Borobudur Marathon 2024

8 Nov 2024

Sarapan Lima Ribu, Cara Unik Warga Bulustalan Semarang Berbagi dengan Sesama

8 Nov 2024

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024