BerandaIndo Hayati
Minggu, 23 Des 2017 21:33

Kepel (Bukan) Deodoran Alami Milik Putri Keraton

Kepel atau burahol (Stelechocarpus burahol) (infoherbalis.com)

Dipercaya sebagai buah kegemaran para putri keraton, orang kebanyakan nggak mau menanam atau mengonsumsinya lantaran takut kualat. Pola berpikir yang seharusnya “dibuang ke laut” ya, Millens…

Inibaru.id – Kamu tahu buah apa yang paling digemari para putri keraton di Jawa? Buah ini jarang ada di pasaran dan nggak banyak orang menanam pohonnya. Padahal selain banyak manfaatnya, buah ini unik karena berada di batang pohon.

Namanya kepel atau burahol (Stelechocarpus burahol). Disukai putri keraton lantaran memiliki nilai filosofi sebagai perlambang kesatuan dan keutuhan mental dan fisik. Selain itu, buah kepel juga dipercaya mempunyai berbagai khasiat di bidang kecantikan.

Dikutip dari laman mekarsari.com, buah Kepel telah menjadi deodoran (penghilang bau badan) bagi para putri keraton. Sayang banget, justru karena itulah masyarakat kebanyakan nggak berani menanam pohon ini sehingga menjadi langka. Ini lantaran mereka percaya bahwa meniru apa yang dilakukan orang keraton bisa kualat. Cara berpikir yang kayaknya perlu dibuang pada zaman milenial ini ya, Millens.

Pohon kepel mempunyai tinggi hingga 25 m dengan diameter batang mencapai 40 cm. Pada kulit batangnya terdapat benjolan-benjolan. Benjolan-benjolan ini merupakan bekas tempat bunga dan buah karena bunga dan buah kepel memang muncul di batang pohon bukannya di pucuk ranting atau dahan.

Daun kepel berbentuk tunggal, lonjong meruncing dengan panjang berkisar 12 – 27 cm dan lebar 5 – 9 cm. Warna daun Kepel hijau gelap. Bunganya berkelamin tunggal dan beraoma harum. Bunga jantan terdapat pada batang bagian atas atau cabang yang tua bergerombol antara 8 sampai 16. Sedangkan bunga betina hanya terdapat pada batang bagian bawah.

Baca juga:
Lobi-lobi eh Tomi Tomi, Si Kecut yang Semakin Langka
Kokoleceran, Maskot Banten yang Terancam Punah

Buah Kepel tumbuh memenuhi batang pohonnya. Bentuk buah Kepel bulat lonjong dengan bagian pangkal agak meruncing. Besarnya sekepalan orang dewasa dan dari situlah namanya diberikan karena kepal dalam bahasa Jawa adalah “kepel”.

Warna buah Kepel cokelat agak keabu-abuan, dan ketika sudah tua akan berubah menjadi cokelat tua. Daging buahnya berwarna agak kekuningan sampai kecokelatan membungkus biji yang berukuran cukup besar. Rasa buahnya manis.

Langka

Pohon kepel Burahol tersebar di kawasan Asia Tenggara mulai dari Malaysia, Indonesia hingga Kepulauan Solomon bahkan Australia. Di Indonesia, terutama di Jawa, pohon itu mulai jarang dan langka. Pohon Kepel dapat tumbuh di habitat yang berupa hutan sekunder yang terdapat di dataran rendah hingga ketinggian 600 mdpl.

Perlu kamu tahu, kelangkaan tanaman ini lebih disebabkan oleh adanya anggapan pohon ini sebagai pohon keraton yang hanya pantas ditanam di istana. Rakyat kebanyakan, khususnya masyarakat Jawa akan merasa takut mendapatkan celaka (kualat) jika menanam pohon ini.

Selain itu, sebagian masyarakat juga malas membudidayakannya. Meskipun memiliki rasa yang manis tetapi sebagian besar isi buah dipenuhi biji sehingga mengurangi minat orang untuk membudidayakannya.

Kini, pohon langka ini masih dapat ditemui di kawasan keraton Yogyakarta, TMII, Taman Kiai Langgeng Magelang, Kebun Raya Bogor, dan Taman Buah Mekarsari.

Baca juga:
Benar Nggak Keong Sawah Bisa Gantikan Daging Sapi?
Jangan Cari Menteng di Kawasan Elite Menteng Jakarta

Di Taman Buah Mekarsari pohon kepel sudah ditanam sejak awal tahun 1995 bertepatan denan peresmian tempat tersebut. Lokasi tanamannya berada di kebun buah Blok C.  Jumlahnya 30 pohon.

Nah Millens, meski masih dijumpai di beberapa tempat, pohon kepel termasuk langka karena alasan-alasan yang sudah disebutkan di atas. Dengan banyak manfaat yang terkandung di dalam buah kepel, ironis ya. Maka kamu yang jadi bagian era mileniel mesti mengubah pola pikir itu. Kamu punya peran untuk tetap melestarikan tanaman yang terancam eksistensinya itu. (EBC/SA)

 

Klasifikasi ilmiah

Kingdom: Plantae

Filum: Magnoliophyta

Kelas: Magnoliopsida

Ordo: Fabales

Famili: Annonaceae

Genus: Stelechocarpus

Spesies: Stelechocarpus burahol

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024