BerandaIndo Hayati
Jumat, 28 Des 2017 22:47

Gandaria, Si Asam Manis yang Makin Langka

Gandaria, Si Asam Manis yang Makin Langka

Gandaria. (seputarbuah.com)

Lebih dikenal sebagai nama kawasan di Ibukota, Gandaria merupakan tanaman asli Indonesia yang makin langka. Menjadi flora identitas Jawa Barat, Gandaria memiliki rasa asam dan manis.

Inibaru.id - Menyebut nama Gandaria, mungkin kamu akan langsung tertuju pada kawasan Gandaria yang berada di Jakarta Selatan. Padahal Gandaria merupakan nama buah yang keberadaannya sudah sangat langka. Mempunyai nama ilmiah Bouea Marophylla Griffith, buah Gandaria menjadi flora identitas Provinsi Jawa Barat.

Nama Gandaria dalam bahasa Sunda berarti "ungu". Memiliki wilayah penyebaran yang sempit, Gandaria banyak ditemukan di Sumatra, Jawa, Kalimantan, dan Maluku. Tanaman ini satu spesies dari suku Anacardiaceae dan memiliki nama yang berbeda-beda di beberapa daerah lain di Indonesia. Sebut saja jatake, gandaria (Sunda), remieu (Gayo), barania (Dayak ngaju), dandoriah (Minangkabau), wetes (Sulawesi Utara), Kalawasa, rapo-rapo kebo (Makasar), buwa melawe (Bugis).

Memiliki tajuk yang membulat, rapat dengan untaian daunnya yang berjuntai, pohon Gandaria menyerupai pohon mangga. Rata-rata pohon Gandaria memiliki tinggi sekitar 8 meter dan bisa mencapai sekitar 20 meter. Termasuk pohon dengan pertumbuhan yang lambat, semua bagian dari pohon gandaria dapat dimanfaatkan mulai dari buah, daun, hingga batangnya, lo. Buahnya bisa dikomsumsi sebagai rujak, manisan atau campuran sambal. Daun gandaria pun bisa dimakan sebagai lalapan. Adapun batang pohonnya bisa dijadikan papan.

Gandaria memiliki daun tunggal, berbentuk bundar telur memanjang, sampai bentuk lanset atau jorong. Permukaan daun mengilat dan ujungnya runcing. Ukuran daunnya berkisar antara 11-45 cm (panjang) dan 4–13 cm (lebar). Waktu muda daunnya berwarna putih, kemudian berangsur ungu tua, lalu menjadi hijau tua.

Baca juga:
Kepel (Bukan) Deodoran Alami Milik Putri Keraton
Lobi-lobi eh Tomi Tomi, Si Kecut yang Semakin Langka

Untuk perbungaannya, bunga Gandaria berbentuk malai dan muncul di ketiak daun. Awalnya bunganya berwarna kekuningan kemudian berubah kecokelatan. Buahnya berbentuk agak bulat dengan diameter 2,5-5 cm. Memiliki daging buah yang mengeluarkan cairan kental, saat masih muda buahnya berwarna hijau. Namun warnanya akan berubah menjadi kuning sampai jingga jika sudah matang. Daging buahnya tebal dan rasanya ada yang asam hingga yang manis. Buah Gandaria memiliki aroma yang khas agak menyengat mendekati bau terpetin. Lalu keping bijinya berwarna ungu.

Adapun untuk kandungan nutrisinya, buah gandaria per 100 gramnya menurut Divisi Nutrisi Departemen Kesehatan (Depkes) memiliki kadar air 86.6 g, protein 40 mg, lemak 20 mg, karbohidrat 11.3 g, serat 150 mg, calcium 9 mg, phosph 4 mg, zat besi 0.3 mg, Beta karotin 23 mg, thiamine 0.11 mg, riboflavin 0.05 mg, niacin 0.5 mg dan vitamin C 100 mg.

Namun sayangnya keberadaan buah yang cukup segar dan banyak manfaatnya ini, kini bisa dikatakan sebagai buah yang cukup langka. Popularitas buah yang masih berkerabat dengan mangga dan jambu mete ini pun masih terbatas. Hal ini disebabkan karena distribusi, produksi dan upaya budidaya serta terbatasnya penelitian yang dilakukan terhadap Gandaria. Padahal potensi yang dimilikinya cukup besar jika pengembangan komoditas ini terus ditingkatkan.

Perlu kamu ketahui pula, tanaman Gandaria ini adalah tumbuhan asli Indonesia yang juga terdapat di semenanjung Malaysia dan Thailand. Pohon ini tumbuh di daerah tropis yang basah dan akan tumbuh baik di daerah dengan ketinggian 300 meter di atas permukaan laut, pada tanah yang ringan. Meskipun demikian, pohon ini jika dibudidayakan masih bisa tumbuh dengan baik hingga ketinggian 850 mdpl.

Baca juga:
Kokoleceran, Maskot Banten yang Terancam Punah
Jangan Cari Menteng di Kawasan Elite Menteng Jakarta

Cara pengembangbiakan pohon ini adalah dengan menanam bijinya atau dicangkok dari batangnya. Biasanya untuk Gandaria dari hasil budi daya akan menghasilkan buah dengan rasa manis. Berbunga pada Agustus hingga September, buahnya baru matang pada Desember sampai dengan Januari. (ALE/SA)

Klasifikasi Ilmiah

Kerajaan: Plantae
Subkerajaan: Tracheobionta
Superdivisi: Spermatophyta
Divisi: Magnoliophyta
Kelas: Magnoliopsida
Subkelas: Rosidae
Bangsa: Sapindales
Suku/Famili: Anacardiaceae
Genus/Marga: Bouea
Spesies: Bouea macrophylla griffith

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Iri dan Dengki, Perasaan Manusiawi yang Harus Dikendalikan

27 Mar 2025

Respons Perubahan Iklim, Ilmuwan Berhasil Hitung Jumlah Pohon di Tiongkok

27 Mar 2025

Memahami Perasaan Robot yang Dikhianati Manusia dalam Film 'Companion'

27 Mar 2025

Roti Jala: Warisan Kuliner yang Mencerminkan Kehidupan Nelayan Melayu

27 Mar 2025

Jelang Lebaran 2025 Harga Mawar Belum Seharum Tahun Lalu, Petani Sumowono: Tetap Alhamdulillah

27 Mar 2025

Lestari Moerdijat: Literasi Masyarakat Meningkat, tapi Masih Perlu Dorongan Lebih

27 Mar 2025

Hitung-Hitung 'Angpao' Lebaran, Berapa Banyak THR Anak dan Keponakan?

28 Mar 2025

Setengah Abad Tahu Campur Pak Min Manjakan Lidah Warga Salatiga

28 Mar 2025

Asal Usul Dewi Sri, Putri Raja Kahyangan yang Diturunkan ke Bumi Menjadi Benih Padi

28 Mar 2025

Cara Menghentikan Notifikasi Pesan WhatsApp dari Nomor Nggak Dikenal

28 Mar 2025

Hindari Ketagihan Gula dengan Tips Berikut Ini!

28 Mar 2025

Cerita Gudang Seng, Lokasi Populer di Wonogiri yang Nggak Masuk Peta Administrasi

28 Mar 2025

Tren Busana Lebaran 2025: Kombinasi Elegan dan Nyaman

29 Mar 2025

AMSI Kecam Ekskalasi Kekerasan terhadap Media dan Jurnalis

29 Mar 2025

Berhubungan dengan Kentongan, Sejarah Nama Kecamatan Tuntang di Semarang

29 Mar 2025

Mengajari Anak Etika Bertamu; Bekal Penting Menjelang Lebaran

29 Mar 2025

Ramadan Tetap Puasa Penuh meski Harus Lakoni Mudik Lebaran

29 Mar 2025

Lebih dari Harum, Aroma Kopi Juga Bermanfaat untuk Kesehatan

29 Mar 2025

Disuguhi Keindahan Sakura, Berikut Jadwal Festival Musim Semi Korea

29 Mar 2025

Fix! Lebaran Jatuh pada Senin, 31 Maret 2025

29 Mar 2025