BerandaIndo Hayati
Minggu, 25 Nov 2017 15:53

Dari India, Mangga Mendunia

Mangga (bukalapak.com)

Ahli botani meyakini mangga berasal dari India yang sudah tertanam abad ke-4 atau ke-5 SM. Aleksander Agung sosok paling tua dalam sejarah yang pernah melihat kebun mangga di Lembah indus, India.

Inibaru.id – Siapa yang tidak kenal mangga. Selain dibudidayakan, mangga adalah tanaman buah di pekarangan atau halaman rumah. Jenisnya sangat beragam. Tapi apakah ini tanaman asli Indonesia?

Dikutip dari laman bestbudidayatanaman.com, buah mangga bukan tanaman asli Indonesia. Berdasarkan sejarah penyebarannya, buah mangga yang ada di Indonesia berasal dari Negara India.

Karena iklim dan suhu di Indonesia sangat cocok dengan tanaman buah mangga, maka tanaman tersebut cepat berkembang dan tumbuh dengan baik, sehingga menghasilkan buah yang memiliki kualitas yang baik.

Di India, ada cerita rakyat mengenai asal-usul buah mangga. Cerita itu menyebutkan bahwa mangga adalah penjelmaan Dewa Prajapati. Mangga diperkirakan telah tumbuh di India sekitar abad ke-4 atau ke-5 SM. Orang asing yang pertama kali melihat kebun mangga yang indah di lembah Indus adalah Alexander Agung dari Makedonia pada 327 SM. Penulis tentang buah mangga di India yang pertama diperkirakan adalah Huien T’Sang, pada 632-45 SM.

Baca juga:
Mangga Avocado: Hasil Persilangan Tiga Induk
Kesemek: Substropis Oke, Tropis pun Oke

Ahli botani Rumphius (1741) menyimpulkan bahwa tanaman mangga baru beberapa abad ditanam di Kepulauan Asia. Adapun di India bagian timur yang berbatasan dengan Burma (Myanmar), mangga telah ditanam lebih dari empat ribu tahun, bahkan enam ribu tahun lalu. Dia berpendapat bahwa mangga berasal dari daerah perbatasan India-Birma.

Istilah mangga berasal dari Bahasa Tamil di India yaitu mankay atau man-gas. Dalam bahasa botani, mangga disebut Mangifera indica L., yang berarti tanaman mangga berasal dari India.

Pada kenyataannya hampir di seluruh negara bagian India terdapat tanaman mangga. Sebutan mangga dalam Bahasa Indonesia mirip sekali dengan bahasa Tamil: man-gas.

Dari India mangga menyebar ke Semenanjung Malaysia, kemudian ke Indonesia dan sekitarnya. Penyebaran itu mungkin karena dibawa pedagang India dan penyebar Agama Hindu dan Budha sekitar abad keempat atau kelima sebelum Masehi.

Mangga mulai ditanam di Kepulauan Maluku pada tahun 1665. Di Filipina, mangga ditanam kali pertama di Kepulauan Sulu dan Mindanao sekitar tahun 1400 dan 1450 dan di Pulao Luzon sekitar tahun 1600 dan 1650.

Ke Negara Barat

Penyebaran mangga di negara barat baru terjadi pada abad pertengahan, yaitu pada pertengahan abad ke-18 di Lisabon dan Brasil oleh bangsa Portugal. Lalu, sekitar abad ke-19 diperkirakan bangsa Portugal membawa tanaman mangga dari India ke Afrika Timur sampai akhirnya menyebar hingga Somalia (Afrika Barat) dan Kepulauan Canari. Selanjutnya penyebaran buah ini tercatat di beberapa negara barat, yakni Meksiko pada 1779. Bibit mangga ditanam untuk kali pertama oleh orang Spayol yang membawa bibit mangga dari Filipina. Sementara itu, di Italia bagian selatan untuk kali pertama mangga masuk pada 1870, diikuti oleh Inggris pada 1890 yang kali pertama menanamnya di rumah kaca.

Baca juga:
Kesemek: Jadi “Genit” agar Tak Sepat
Kecapi: Buah yang (Telah) Langka

Di Amerika Serikat, buah ini kali pertama ditanam di Florida pada 1833. Bibit mangga yang ditanam berasal dari Meksiko. Selanjutnya pada 1885, AS mendatangkan bibit mangga okulasi dari India, tetapi semuanya mati. Sebanyak 35 bibit pohon mangga sambung lengkung kembali didatangkan, dan akhirnya semua tanaman berhasil ditanam. Hingga saat ini, Florida dikenal sebagai salah satu produsen mangga dengan daerah pemasaran Florida dan California.

Di Indonesia mangga memiliki banyak nama lain berbeda di setiap daerah seperti mamplam (Aceh), pao (Makasar), amplem (Bali), ampelam (Banjarmasin), dan masih banyak lainnya. (EBC/SA)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024