Inibaru.id - Kalau disebut kecapi dan sentul, apa yang terbayang di benak Anda? Kemungkinan untuk yang pertama, Anda akan segera membayangkan alat musik yang mirip biola dan menjadi bagian dari instrumen tradisional pengiring gamelan di Sunda dan Jawa.
Untuk yang kedua, kemungkinan Anda akan membayangkan suatu sirkuit balapan yang populer dengan nama Sirkuit Sentul.
Anda tak keliru. Tapi tahukah bahwa kecapi dan sentul itu dua nama untuk satu jenis buah yang mulai langka?
Ya, seperti dilansir Allfresh.co.id, Pada 1970 – 1980-an buah ini banyak dijual orang, dan di Jakarta, tidak sedikit pedagang menjual buah ini di kala musim. Tetapi sekarang, tidak banyak orang menjual, mungkin juga sulit untuk didapatkan.
Bukan cuma menjual di beberapa tempat di Jakarta atau wilayah di sekitar Jakarta banyak orang menanam pohon kecapi. Seakan-akan buah ini begitu memasyarakat, sehingga siapa saja bisa menanamnya.
Baca juga: Cari dan Santaplah Kecapi, lalu Rasakan Khasiatnya
Buah kecapi, ternyata bukan cuma langka dan sulit diperoleh, tapi tidak banyak juga orang yang mengetahui nama lain buah ini. Selain sentul, ada orang yang menyebut kecapi dengan nama santu, sentulu, dan ketuat. Nama ilmiahnya adalah Sandoricum koetjape (Burm.f.) Merr.
Kecapi diperkirakan sebagai tanaman asli kawasan Asia Tenggara. Kemudian buah ini masuk ke India, Indonesia (Borneo/Kalimantan, Maluku), Mauritius, dan Filipina. Tidak heran bila saat ini banyak orang di wilayah-wilayah itu mengonsumsi buah tersebut. Penanaman pohon kecapi bertujuan untuk mendapatkan buahnya yang manis namun ada rasa masamnya.
Kecapi berbentuk bulat pipih. Ukuran diameternya mencapai 5 cm – 6 cm dengan warna kulit kuning keemasan, memiliki bulu halus. Bila orang memegang buah ini, dia akan tampak seperti memegang bola tenis. Tetapi bulu buah kecapi jauh lebih halus dan lembut dibanding bola tenis. Terkadang orang menyantap buah kecapi dengan cara dipotong kulit luar, namun masih menyisakan kulit dalam yang membungkus isi buah itu.
Tetapi ada pula yang menyantap tanpa dipotong kulit luarnya, tetapi kecapi dijepit di pinggir pintu, tepat di dekat engsel pintu. Dijepit hingga buah itu terbelah dan terlihat isi daging kecapi. Daging buah di bagian luarnya agak tebal dan berwarna kemerahan dengan rasa sedikit masam. Sedangkan daging buah yang ada di dalamnya lunak dan berwarna putih, rasanya asam, namun tidak sedikit yang manis. Tidak sedikit daging buah kecapi dijadikan manisan.
Rimbun Pohonnya
Dilansir Wikipedia, pohon kecapi merupakan pohon yang rimbun dan besar, dapat mencapai tinggi 30 m, meski umumnya di pekarangan hanya mencapai sekitar 20-an meter. Batang dapat mencapai diameter 90 cm, bergetah seperti susu.
Daun majemuk berselang-seling, bertangkai hingga 18 cm, menyirip beranak daun tiga, bentuk jorong sampai bundar telur, 6-26 × 3-16 cm; membulat atau agak runcing di pangkal, meruncing di ujung; hijau berkilat di sebelah atas, hijau kusam di bawahnya. Anak daun ujung bertangkai panjang, jauh lebih panjang dari tangkai anak daun sampingnya.
Bunga dalam malai di ketiak daun, berambut, menggantung, sampai dengan 25 cm. Bunga berkelamin dua, bertangkai pendek; kelopak bertaju 5; mahkota 5 helai, kuning hijau, lanset sungsang, 6-8 mm; samar-samar berbau harum.
Baca juga: Durian Terong, Kecil-kecil Menggiurkan
Pohon ini ditanam terutama karena diharapkan buahnya, yang berasa manis atau agak masam. Kulit buahnya yang berdaging tebal kerap dimakan dalam keadaan segar atau dimasak lebih dulu, dijadikan manisan atau marmalade.
Adapun kayunya pun bermutu baik sebagai bahan konstruksi rumah, bahan perkakas atau kerajinan, mudah dikerjakan dan mudah dipoles.
Berbagai bagian pohon kecapi memiliki khasiat obat. Rebusan daunnya digunakan sebagai penurun demam. Serbuk kulit batangnya untuk pengobatan cacing gelang. Akarnya untuk obat kembung, sakit perut dan diare; serta untuk penguat tubuh wanita setelah melahirkan.
Kecapi ada dua macam, yakni dengan daun tua sebelum gugur berwarna kuning dan yang berwarna merah. Dahulu, kedua varietas ini dianggap sebagai spesies yang berbeda (Sandoricum indicum berdaun kuning dan S. nervosum berdaun merah). (EBC/SA)