BerandaIndo Hayati
Selasa, 15 Jan 2018 23:22

Cendana, Si Wangi yang Hampir Punah

Cendana (alampriangan.com)

Memiliki aroma kayu yang wangi dan bisa bertahan hingga ratusan tahun, pohon cendana sudah menjadi primadona sejak zaman dahulu. Sayang, kini pohon dengan banyak manfaat tersebut sudah diambang kepunahan.

Inibaru.id - Sobat Millens, pasti pernah mendengar tentang kayu cendana dan minyak cendana. Tahukah kamu, kayu cendana memiliki bau harum yang khas? Wajarlah kayu itu sering digunakan orang untuk rempah-rempah, bahan dupa, aromaterapi, campuran parfum, hingga sabun. Kayunya pun dapat dimanfaatkan sebagai bahan bangunan, furnitur, seni kriya atau kerajinan tangan, karya seni, hingga tasbih.

Nggak hanya itu saja, pohon cendana ini juga kerap kali dimanfaatkan juga sebagai bumbu makanan dan minuman, dan obat tradisional. Ini karena cendana memiliki sifat antiplogistik (anti-inflamasi), antiseptik, antispasmodik, karminatif, astringen, diuretik, emolien, ekspektoran, relaksan dan tonik.

Disebut juga sebagai sandalwood dalam bahasa Inggris, pohon dengan nama ilmiah Santalum album ini juga dikenal dengan beberapa nama lain di beberapa daerah di Indonesia.

Ada yang menyebutnya candana (Minangkabau) tindana, sindana (Dayak), candana (Sunda), candana, candani (Jawa), candhana, candhana lakek (Madura), candana (BeIitung), ai nitu, dana (Sumbawa), kayu ata (FIores), sundana (Sangir), sondana (Sulawesi Utara), ayu luhi (Gorontalo), candana (Makasar), ai nituk (Roti), hau meni, ai kamelin (Timor), kamenir (Wetar), dan maoni (Kisar).

Baca juga:
Burung Merak Hijau, Si Cantik yang Hampir Punah
Manggis “Bersolek” yang Semakin Langka

Karakteristik Cendana

Cendana termasuk famili Santalaceae dari ordo Loranthaceae. Diperdagangkan sejak dahulu kala karena keharuman kayu dan kemampuan pengobatannya, pohon cendana memiliki umur yang sangat panjang. Pohon ini bisa mencapai umur maksimal ratusan tahun, namun biasanya baru dipanen saat umur 40 tahun.

Mengutip alamendah.org, pohon cendana memiliki tinggi rata-rata 4-9 meter dan bahkan bisa mencapai 20 meter. Batangnya berukuran kecil hingga sedang dengan diameter mencapai 40 cm dan kerap menggugurkan daunnya. Bentuk batangnya bulat agak berlekuk-lekuk dengan kulit yang kasar dan berwarna mulai cokelat keabu-abuan hingga cokelat merah. Cabang mulai tumbuh pada bagian setengah pohon. Jika sudah tua, batangnya berbau harum.

Pohon cendana memiliki tajuk ramping atau melebar. Daunnya tunggal, berhadap-hadapan dengan bentuk elips hingga lanset (bulat telur). Ujung daun runcing meskipun terkadang membulat. Akar cendana tanpa banir. Cendana memiliki perbungaan yang terminal atau eksiler yang tumbuh di ujung dan ketiak daun. Bunganya berwarna merah dan mempunyai  4 sampai 5 kelopak bunga. Adapun buahnya berbentuk bulat dan berwarna hitam saat masak.

 

Habitat Cendana

Di Indonesia, habitat cendana ditemukan di NTT khususnya di Pulau Timor. Bahkan cendana menjadi flora identitas NTT. Pulau Sumba pun mendapat julukan Sandalwood Island karena menjadi tempat bertumbuh paling banyak pohon cendana. Selain itu, pohon ini juga tersebar secara alamiah di Larantuka (Flores Timur), Adonara, Solor, Lomblen, Alor, Pantar, Rote, Timor Barat, dan Wetar.

Namun saat ini pohon cendana juga tersebar ke berbagai pulau di Indonesia termasuk Jawa, Sulawesi, dan Maluku, bahkan hingga di beberapa negara seperti India, Tiongkok, dan Filipina.

Pohon ini dapat tumbuh di ketinggian 1.500 meter di atas permukaan laut. Ia dapat tumbuh di lahan subur, namun dapat pula bertahan di daerah berbatu. Supaya tumbuh maksimal, pohon cendana membutuhkan penyinaran sepanjang hari.

 

Terancam Punah

Menjadi daya tarik bagi bangsa Eropa sejak abad ke-15, sayang banget kini pohon cendana sudah mulai langka. Bahkan IUCN REdlist memasukkannya sebagai spesies vulnerable (terancam punah). Ini berarti jika nggak dilakukan tindakan penyelamatan yang serius, pohon cendana di alam liar akan  menghadapi risiko kepunahan.

Pemberian status tersebut oleh IUCN itu nggak berlebihan, karena menurut data Dinas Kehutanan Kabupaten Timor Tengah Utara, pada tahun 2012 tercatat hanya terdapat 45.428 pohon saja di kabupaten tersebut. Jauh menurun dibandingkan pada tahun 1980-an yang jumlahnya nggak terhitung.

Apa penyebabnya?

Menjadi primadona karena memiliki berbagai manfaat dan kegunaan dari kayu dan minyak cendananya, pohon ini pun banyak diburu. Populasi pohon cendana pun semakin banyak berkurang karena terjadi banyak penebangan dan eskploitasi besar-besaran yang nggak diimbangi dengan pembudidayaan yang baik.  Apalagi pohon cendana ini termasuk susah untuk dikembangbiakkan.

Asal kalian tahu nih, pohon cendana merupakan tumbuhan hemiparasit (setengah parasit) yaitu bersifat parasit hanya dalam sebagian tahap perkembangannya. Jadi pada awal masa pertumbuhannya kecambah pohon cendana membutuhkan pohon inang untuk mendukung pertumbuhannya.

Baca juga:
Maleo, Burung Antipoligami
Gandaria, Si Asam Manis yang Makin Langka

Memiliki keharuman kayu yang bisa bertahan hingga ratusan tahun, semoga saja ada upaya penyelamatan cendana dari kepunahan. Sayang sekali bukan jika pohon yang memiliki banyak manfaat ini harus punah. (ALE/SA)

 

Klasifikasi Ilmiah

Kerajaan : Plantae

Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua/dikotil)

Ordo : Santalales

Famili : Santalaceae

Genus : Santalum

Spesies : Santalum album

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: