BerandaIndie Mania
Jumat, 2 Mei 2019 09:10

Merayakan Hari Puisi Nasional, KMSI Undip Singgung Perempuan dalam Kepenyairan

Salah satu pertunjukan teatrikal puisi di acara dalam memperingati hari puisi oleh KMSI Undip. (Inibaru.id/ Audrian F)

Setiap tanggal 28 April diperingati sebagai Hari Puisi Nasional. Keluarga Mahasiswa Sastra Indonesia(KMSI) Undip merayakannya dengan mengangkat isu seputar perempuan dalam pusaran puisi.

Inibaru.id - Keluarga Mahasiswa Sastra Indonesia (KMSI) Universitas Diponegoro menyelenggarakan peringatan Hari Puisi Nasional, Minggu (28/4). Berlangsung di Ruang Teater FIB Undip, acara yang sebagian besar dihadiri oleh mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya(FIB) sendiri itu tampak penuh meskipun sebelumnya hujan sempat mengguyur.

Acara yang bertajuk “Enigmawar” ini mengangkat isu seputar kepenyairan perempuan yang nggak semasif laki-laki. Semua penampilan pada acara ini menyinggung soal bagaimana perempuan dibatasi ruang geraknya bahkan yang baru-baru ini marak beredar kabar tindakan pelecehan  seksual di kampus-kampus.

Penampilan Dani Wahyana, salah satu mahasiswa Sastra Indoneisa saat membaca puisi turut mewarnai jalannya acara. (Inibaru.id/ Audrian F)

Selian pertunjukan teatrikal puisi dan musikalisasi, poin utama pada acara kali ini terletak pada diskusi yang mengangkat tema “Perempuan, Puisi dan Stigma yang Melingkupinya.”

“Isu ini kami angkat berawal dari keresahan kami yang mengamati betapa tersisihnya gerak atau suara perempuan dalam berkarya, pada kali ini khususnya kepenyairan,” tutur Umar Hasan, sebagai ketua acara peringatan hari puisi, Minggu(28/4). 

Umar menambahkan isu tersebut juga masih relevan dengan peringatan hari Kartini beberapa hari lalu yang menyinggung mengenai bagaimana suara perempuan pada masa kini.

Menyoal Kepenyairan Perempuan

Sulis Bambang dan Himas Nur, selaku pembicara pada diskusi ini mengungkapkan banyak hal seputar tema tersebut.

Himas Nur berpendapat sebetulnya kiprah perempuan dalam dunia satra nggak redup-redup amat. Namun di dunia kepenyairan memang sedikit, sebab lebih banyak di prosa. Namun dia mengatakan kalau sebetulnya yang menjadi permasalahan adalah keberadaan perempuan yang selalu dilebih-lebihkan. Hal itu sebetulnya secara nggak langsung malah akan terus menganggap perempuan rendah.

“Pasalnya kita masih membuat dikotomi antara pria dan dan perempuan. Perempuan selalu dikhususkan. Misalnya ada perempuan berkumpul dikatakan “Forum Penulis Perempuan” atau ada sebutan “satu-satunya sutradara perempuan”. Memang kenapa kalau perempuan?” Ujar Himas Nur. 

Bagi Himas sudah saatnya orang menilai karya atau teks-nya saja tanpa harus menyorot siapa penulisnya yang perempuan itu. "Kita manusia ya. Berhenti memandang ini perempuan dan ini pria,” tukas wanita alumnus Universitas Negeri Semarang (Unnes) yang juga menjadi bagian dari Women March tersebut.

Sulis Bambang dan Himas Nur ketika menjadi pembicara saat diskusi yang bertemakan "Perempuan, Puisi dan Stigma yang Melingkupinya". (Inibaru.id/ Audrian F)

Sementara Sulis Bambang, penyair perempuan di Semarang yang juga punya komunitas bernama Bengkel Sastra tersebut menyampaikan keresahan terhadap keberadaan perempuan dalam karya sastra. “Memang kita hidup di dunia laki-laki. Patriarkis masih mengelilingi kita. Itulah sebabnya keadaan seperti ini dimana perempuan tersisih masih saja terjadi," katanya.

Kedua pembicara tersebut masing-masing memberikan solusi terhadap permasalahan yang cukup klasik di negara Indonesia ini. Himas Nur beropini kalau ini semua adalah tugas mahasiswa untuk menyediakan privilege kepada perempuan agar nggak selalu terpinggirkan. Kalau Sulis Bambang lebih menyarankan, jika perempuan nggak memiliki ruang untuk berkarya, ya kenapa nggak bikin ruang sendiri?

Hmm, jadi begitu ya, Millens. Kamu sendiri bagaimana memosisikan perempuan? (Audrian F/E05)

 

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: