Inibaru.id – Bagi sebagian orang, rilisan fisik seperti kaset pita dan vinyl barangkali dianggap sebagai barang antik. Padahal, nggak begitu, lo. Kendati sudah tergerus oleh rilisan fisik modern seperti CD/DVD dan aplikasi streaming, peminat kaset pita dan vinyl masih banyak.
Perlu kamu tahu, kendati memiliki bentuk fisik, CD dan DVD termasuk rekaman digital. Sementara, kaset pita dan vinyl adalah rekaman analog yang bekerja secara mekanis dan nggak membutuhkan media optik yang menerjemahkan data biner.
Nah, menyoal tentang kaset pita dan vinyl itu, kenapa, ya, para kolektor masih menyukai keduanya?
Bukti Sejarah
Brury Prasetyo, salah seorang penggagas Komunitas Lapak024, mengatakan, kaset pita dan vinyl merupakan bukti otentik dari sejarah. Dulu, orang mendengarkan musik melalui vinyl, dan pemutaran musik dari radio pun berasal dari vinyl. Selain itu, kaset pita dan vinyl juga memudahkan masyarakat untuk memetakan musik di era tertentu.
“Maka dari itu, kalau ada vinyl yang harganya sampai jutaan, ya, nggak apa-apa. Itu, kan, barang langka,” tuturnya.
Dia bercerita, Seorang rekannya suatu kali pernah menjual vinyl berisi proklamasi seharga Rp 12 juta tanpa ditawar. Yap, harga itu bisa dibilang wajar kalau menilik nilai historisnya.
Paling Awet
Menurut Brury, vinyl atau piringan hitam adalah salah satu rilisan fisik paling awet dalam sejarah. Vinyl nggak akan rusak kecuali piringannya tergores oleh benda tajam.
Selain vinyl, kaset pita juga termasuk rilisan fisik yang cukup awet dengan kualitas yang bisa jadi nggak banyak berubah. Dia menerangkan bahwa kaset pita yang berjamur pun masih bisa bisa dibersihkan.
Brury, salah seorang penggagas Komunitas Lapak024. Brury juga merupakan pemilik Come Store, toko rilisan fisik di Semarang. (Inibaru.id/Ayu S Irawati)
Saking sukanya dengan kaset pita dan vinyl, kini Brury sudah mengoleksi setidaknya 1.000 kaset pita dan 300 vinyl. Koleksi-koleksi ini sama sekali nggak dijual dan “haram” untuk dipinjamkan, lo.
Ketika ada musikus yang mengeluarkan album, Brury juga memprioritaskan pembelian kaset pita atau vinyl, bukan CD/DVD.
“Ada kolektor-kolektor yang sampai beli 3 kaset pita yang sama persis. Yang satu di-play, satu masuk koleksi, satunya buat barter. Kalau kolektor itu biasanya maunya ditukar, bukan dibeli,” kisahnya.
Identitas Musikus
Nggak berbeda dari Brury, Rinaldy Yulian Bagaskara, alumnus Universitas Dian Nuswantoro Semarang, juga menemukan keistimewaan kaset pita dan vinyl. Dia bisa melihat identitas sebuah band dari artwork, cover, packaging, dan aspek lain dari album yang dirilis.
“Itu juga bisa didigitalkan. Jadi nggak perlu lagi pakai aplikasi musik yang penuh iklan itu,” kelakar dia.
Yap, ada banyak kolektor rilisan fisik yang melakukan ripping a.k.a. merekam lagu agar menjadi bentuk digital. Bagi Brury dan Rinaldy, cara ini sah-sah saja karena mereka sudah membeli album. Agar lebih kekinian, ada musikus yang juga menyertakan barcode pada albumnya agar pembeli bisa sekaligus mengunduh lagu secara gratis.
Tertarik mengikuti jejak keduanya? Kamu bisa, kok menjadi kolektor seperti mereka. Pemutar vinyl dan kaset pita juga masih banyak dijual, kok! (Ayu S Irawati/E03)