Inibaru.id – Erupsi Semeru menyisakan duka. Per Senin (6/12/2021) malam, setidaknya, 22 orang dipastikan meninggal dunia, 27 masih hilang, dan 2.004 orang harus tinggal di pengungsian. Selain itu, banyak misteri yang belum terpecahkan dari erupsi kemarin yang masih jadi pembahasan banyak orang.
Yang lebih mengenaskan, ada banyak korban meninggal dunia yang masih belum bisa diidentifikasi karena kondisi tubuh yang terkena awan panas. Bahkan, sebenarnya lebih dari 5 ribu jiwa terdampak bencana ini.
“Jumlah korban meninggal per 17.30 WIB adalah 22 orang, 13 sudah dikenali, tujuh proses identifikasi, 12 sudah teridentifikasi itu sudah dimakamkan,” ujar Plt Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan Abdul Muhari, Senin (6/12).
Misteri Truk Kosong
Selain jumlah korban yang terus bertambah, warganet juga banyak yang membahas tentang misteri truk kosong. Truk-truk ini bisa dilihat di banyak gambar atau video yang diambil di Desa Sumberwuluh, Lumajang, Jawa Timur. Namun, ada truk yang jadi perbincangan banyak orang, yakni yang dikemudikan Guntur Handoko dan Bagong saat erupsi berlangsung.
“Pelat nomor dan truknya sudah ditemukan, namun orangnya masih belum,” ujar Sekretaris Badan Penanggulangan Bencana dareah (BPBD) Jember Heru Widagdo, Senin (6/12).
Guntur dan Bagong sama-sama berasal dari Kecamatan Jombang, Jember. Keduanya masuk dalam daftar orang hilang sejak erupsi Semeru pada Sabtu (4/12) lalu. Keduanya sedang berada di dalam truk yang mengangkut pasir dari sungai yang ada di wilayah Desa Sumberwuluh.
Usai erupsi, yang tersisa hanya truk tersebut. Keduanya hingga kini raib nggak berbekas. Pencarian keduanya pun masih dilakukan hingga sekarang.
Ada Tanda-Tanda Erupsi Sebelumnya?
Sebenarnya ya, erupsi Semeru nggak tiba-tiba muncul begitu saja. Warga Desa Supiturang, Kecamatan Pronojiwo, Lumajang, salah satu wilayah paling parah terdampak erupsi, mengaku sudah melihat tanda-tandanya.
Marsid, warga desa tersebut, mengaku sebelum erupsi air di wilayahnya berubah jadi keruh. Warga tahu kalau hal ini adalah tanda-tanda kalau lahar bakal turun. Apalagi, sebelumnya hujan terus.
Dia menyebut air keruh ini adalah tanda kalau di daerah hulu sungai sudah ada pencemaran abu letusan. Selain itu, warga juga sudah melihat goresan lava putih di gunung beberapa hari sebelumnya. Hal ini membuat banyak warga sudah bersiap untuk melakukan evakuasi.
“Saya sempat melihat awan panas. Waktu itu alirannya masih kecil. Kalau keluarga saya sudah mengungsi. Saya masih di sini melihat datangnya, tapi sudah ada sepeda motor buat kabur,” terang Musid, warga lainnya.
Masalahnya, warga mengeluhkan pemerintah nggak mengeluarkan peringatan atau imbauan untuk waspada. Hal inilah yang membuat banyak korban ditemukan usai erupsi.
Sudah Ada Peringatan dari PVMBG, Tapi Diabaikan
Yang lebih ironis, sebenarnya Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) sudah mengeluarkan peringatan dini sebelum erupsi terjadi. Hal ini diungkap Kepala Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Eko Budi Lelono, Senin (6/12). Sayangnya, Eko menyebut pihak BPBD dan pemerintah daerah di wilayah Semeru nggak menanggapi dengan serius.
Dia menyebut PVMBG sudah memberikan peta rawan bencana yang termasuk dalam sistem peringatan dini kepada BPBD dan pemerintah setempat. PVMBG juga sudah merekomendasikan area-area yang kini terdampak erupsi untuk disterilkan dulu.
Semoga menjadi evaluasi pemerintah daerah ya, agar akibat bencana ini bisa diminimalisasi, Millens. (Cnn,Kom/IB09/E05)
