BerandaHits
Rabu, 14 Feb 2023 11:14

Walhi Jateng: Penanganan Sampah di Bibir Pantai Tambakrejo Harus Diseriusi

Kondisi bibir pantai Tambakrejo di Kecamatan Gayamsari dipenuhi beraneka ragam sampah.

Masalah penumpukkan sampah di bibir pantai Tambakrejo bisa jadi bom waktu jika tidak ditangani secara serius. Sampah yang didominasi plastik tersebut bisa berdampak buruk terhadapan kehidupan satwa di laut.

Inibaru.id - Masalah penumpukkan sampah di bibir pantai Tambakrejo, Kecamatan Gayamsari, Kota Semarang bukan hal baru. Masalahnya, jika hal ini tetap dipandang sebelah mata, bisa menjadi bom waktu di kemudian hari.

Seorang nelayan setempat bernama Charis menuturkan bahwa menumpuknya sampah-sampah di Tambakrejo bukan karena ulah warganya, melainkan kiriman dari sungai Banjir Kanal Timur (BKT).

Meski sudah beberapa kali dibersihkan oleh Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Semarang dan pegiat lingkungan. Nyatanya, sampah-sampah di bibir pantai terus berdatangan.

"Tumpukkan sampah itu saya lihat mulai banyak tahun 2016," terang pemuda berusia 24 tahun saat dihubungi Inibaru.id belum lama ini.

Selain mengotori bibir pantai, sampah-sampah yang didominasi plastik tersebut juga telah mencemari perairan laut di Tambakrejo.

"Pernah saat melaut mesin perahu saya terhenti akibat tersangkut sampah. Terus, pernah juga satu jaring bukan dapat ikan, tapi sampah semua. Kejadian ini nggak sering sih," lanjut Charis.

Perlu Ditangani Secara Serius

Sampah plastik berserakan di bibir pantai Tambakrejo dan dibiarkan begitu saja.

Menyikapi pendapat Charis, Manager Kajian dan Kampanye Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Jawa Tengah Patria Rizki Ananda mengungkap hal serupa. Menurutnya, tumpukan sampah di bibir pantai Tambakrejo merupakan kiriman dari sungai.

Perempuan yang akrab disapa Patria ini mengaku sudah sering bertolak ke kawasan Tambakrejo untuk mengecek hal tersebut. "Selain kebanyakan sampah plastik, saya pernah lihat ada tas bekas, boneka, kursi, dan beragam macam sampah lainnya," ucapnya.

Mengingat masalah ini semakin parah, Patria pun menyarankan pemerintah untuk melakukan penanganan jangka pendek seperti dengan mengangkut sampah tersebut secara berkala ke tempat pembuangan yang semestinya. Jika hal ini nggak dilakukan, dikhawatirkan sampah ini akan mencapai laut dan akhirnya mencemari habitat hidup mahluk yang ada di sana.

"Untuk penanganan jangka pendek, ya pemerintah harus rutin membersihkan tumpukkan sampah itu," ungkapnya.

Sayangnya, menurut pengamatan Patria, pemerintah belum secara rutin melakukan pengangkutan sampah. Hal ini membuat sampah yang terus berdatangan pun semakin menumpuk.

Aturan Penggunaan Sampah Plastik Sekali Pakai

Sampah plastik sekali pakai mendominasi tumpukkan sampah di bibir pantai Tambakrejo.

Di sisi lain, pemerintah Kota Semarang sebenarnya sudah mengeluarkan kebijakan yang diharapkan bisa memberikan efek terhadap masalah sampah plastik sekali pakai. Sayangnya, menurut Patria, kebijakan ini belum memberikan efek positif.

"Terbukti masih banyak cafe, rumah makan, angkringan yang masih menggunakan sedotan dan cup plastik. Harusnya persoalan ini perlu ditindak tegas," keluh Patria.

Maka dari itu, perempuan yang masih aktif kuliah di Universitas Diponegoro (Undip) Semarang ini menyarankan pemerintah membuat kebijakan khusus untuk menangani sampah plastik.

"Saya rasa pemerintah pusat dan daerah harus tegas kepada produsen penghasil sampah plastik. Mereka harus bertanggungjawab mengurangi sekaligus mendaur ulang apa yang telah mereka produksi," tegas Patria.

Nggak hanya itu, Patria juga meminta masyarakat lebih berperan dalam mengatasi masalah ini jika ingin jumlah sampah plastik di Kota Semarang berkurang.

"Bank-bank sampah harus aktif dan berinovasi. Karena kita tahu sampah plastik sulit terurai. Jangan sampai lari ke lautan lepas dan malah jadi mikroplastik. Bahaya itu," tutup Patria.

Apa yang diungkap Patria ada benarnya, Millens. Untuk menangani sampah plastik, semua pihak harus ambil bagian. Semoga saja ada solusi efektif untuk mengatasi masalah sampah plastik di Kota Semarang ya? (Fitroh Nurikhsan/E07)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024