Inibaru.id – Kalau nggak cempiang bikin sensasi, itu bukan Donald Trump namanya. Atau, lebih pasnya, kalau nggak pintar bikin sensasi yang menyakiti orang lain, itu bukan Donald Trump orangnya.
Catatan sensasi bikinan dia yang terkategori blunder sejak dia Presiden ke-45 Amerika Serikat pada 20 Januari 2017 itu banyak banget.
Mari sama-sama ingat-ingat ya, Millens.
Sudah terpilih tapi belum dilantik sebagai Presiden AS, dia keluarkan statement: muslim dilarang masuk AS. Beberapa bulan sebelumnya, saat kampanye, Trump sebut Hillary Clinton, lawannya dalam pemilihan presiden, sebagai iblis. Hillary juga disebut hanya akan jadi presiden yang lemah lantaran dia perempuan.
Dengan negara lain, catatan “ujaran kebencian”-nya juga nggak sedikit. Februari 2017, belum juga dua bulan menjadi presiden, Trump menyakiti orang dan negara Swedia. Ketika berpidato di Kota Melbourne, Brevard County, Negara Bagian Florida, Trump bilang bahwa teror di Swedia baru saja terjadi, yakni pada Jumat malam (17/2/2017). Kata Trump, Swedia jadi sasaran terorisme lantaran negara itu membuka keran besar untuk para pengungsi dan imigran.
Itu hanya beberapa contoh ucapan Trump yang bikin illfeel orang banyak. Dan semuanya dikecam.
Yang soal Swedia, ramai banget kecamannya.
“Swedia? Aksi teror? Apa yang baru saja dia isap? Tanda tanya besar,” tulis mantan Perdana Menteri (PM) Swedia Carl Bildt pada akun Twitter-nya.
Dalam hitungan detik setelah ucapan Trump soal teror yang terjadi di Swedia itu, tagar #lastnightinSweden alias Swedia semalam langsung menjadi topik hangat dunia maya. Para pengguna Twitter langsung mengunggah kejadian-kejadian Jumat malam di Swedia. Tentu saja, kejadian tidak penting. Tujuan mereka hanya menyindir Trump.
Baca juga:
Lebih Teliti Menyeleksi Pendakwah di Televisi
Swafoto Boleh, Teledor Jangan!
Lagi-Lagi Trump
Nah, omongan terbaru Trump yang menyakitkan banyak pihak barusan meluncur dari mulutnya. Reaksi warganet yang mengecam pun jadi viral.
Di Gedung Putih, Rabu (6/12/2017), didampingi Wakil Presiden AS Mike Pence, Donald Trump mengeluarkan statement bahwa AS secara resmi mengakui Yerusalem sebagai ibukota Israel.
Reaksi keras segera mengalir deras. Selain statement para pemimpin dunia, demontrasi besar-besaran pun merebak.
"Donald Trump sedang menyulut perang di Timur Tengah. Ia mendeklarasikan perang terhadap 1,5 miliar muslim dan ratusan juta umat nasrani yang tak akan menerima kota suci itu berada di bawah hegemoni Israel," kata Diplomat Palestina untuk Inggris, Manuel Hassassian, seperti dikuti Independent, Rabu (6/12/2017).
Raja Abdullah dari Yordania menyatakan hal senada. Ia menilai, apa yang dilakukan Trump akan menyakiti hati umat Islam dan Kristiani. Sementara, Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz al Saud mengatakan, keputusan miliarder nyentrik itu akan memprovokasi muslim di seluruh dunia. Kecaman keras juga datang dari Iran.
Sementara itu dari Vatikan, Paus Fransiskus mengatakan, “status quo” terkait Yerusalem harus dihormati. "Dialog hanya akan mungkin dilakukan dengan mengakui hak semua orang di wilayah tersebut,” katanya seperti dikutip dari BBC. Pemimpin umat Katolik dunia itu meminta semua pihak bijaksana demi mencegah pertumpahan darah.
"Apa yang dilakukan oleh Donald Trump akan menghancurkan proses perdamaian secara utuh," kata penasihat kepresidenan Palestina Mahmoud Habash, yang berbicara mewakili Presiden Mahmoud Abbas. "Dunia akan membayar mahal harganya."
Bahkan Presiden Prancis Emmanuel Macron pun angkat suara. Dalam pembicaraan telepon dengan Donald Trump, dia menekankan bahwa status Yerusalem harus ditentukan sebagai bagian dari solusi dua negara.
"Warga Israel dan Palestina hidup berdampingan dengan damai dan aman, dengan Yerusalem sebagai ibu kota mereka," kata Macron, dalam pernyataan yang dikeluarkan Kementerian Luar Negeri Prancis seperti dikutip dari NPR.
Kota Suci Tiga Agama
Perlu kamu ketahui, Yerusalem adalah kota suci bagi tiga agama: Islam, Kristen, dan Yahudi. Situs-situs suci berada di sana, terutama di Yerusalem Timur.
Israel menganeksasi Yerusalem Timur seusai Perang Enam Hari pada 1967. Negara itu secara sepihak mengklaim Yerusalem secara utuh sebagai ibukotanya yang “abadi”.
Negeri zionis itu telah membangun selusin permukiman, rumah bagi sekitar 200.000 orang Yahudi di Yerusalem Timur. Itu dianggap ilegal menurut hukum internasional, namun Israel tetap cuek.
Kedaulatan Israel atas Yerusalem nggak pernah diakui secara internasional dan semua negara memilih mempertahankan kedutaan mereka di Tel Aviv.
Jadi, dengan mengakui kota suci itu sebagai ibukota Israel, AS akan memperkuat dalih sekutunya itu yang mengklaim bahwa permukiman di Yerusalem Timur adalah tempat tinggal bagi komunitas negeri zionis yang sah.
Nah, jelas banget ucapan resmi Donald Trump kali ini telah menyakiti banyak pihak.
Akankah hal ini hanya akan mirip gelembung sabun semata seperti beberapa kali ucapan kotroversial Trump sebelumnya? Ataukah, bakal memperkeruh suasana perdamaian yang sedang dibangun antara Palestina dan Israel dan bakal memicu konflik lebih besar seperti yang dicemaskan Paus?
Baca juga:
Yuk Berwisata di Lajur Penyeberangan Jalan
Peta Indonesia di Casing Ponsel Jokowi
Tim Millens Inibaru.id jelas berharap Trump segera meminta maaf dan meralat ucapannya. Kalau nggak, benarlah apa yang ditulis Lili Anolik dalam Vanity Fair Edisi Summer 2017 bahwa Trump hanyalah seorang aktor, bukan presiden. Trump hanyalah mimpi buruk buat siapa pun.
“He’s president of the United States. It’s his nightmare. Our worst nightmare,” tulis Lili di akhir tulisannya yang bertajuk “Donald Trump’s Biggest Mistake Might Have Been Getting Elected”
Kalimat Lili itu kalau diterjemahkan: “Dia Presiden AS. Negara itulah mimpi buruknya. Mimpi buruk paling buruk buat kami.”
Adapun tentang Palestina, sikap kita sudah jelas. Kita di pihak Palestina. Itu sudah ditegaskan Presiden Jokowi. Itu pula sikap Inibaru.id. (EBC/SA)