Inibaru.id - Nirma masih terlalu muda untuk menikah. Setidaknya, itulah yang dikatakannya. Namun begitu, keinginan untuk menjadikan skrining kesehatan sebagai salah satu syarat penting sebelum melangkah ke pelaminan sepertinya sudah bulat. Nggak hanya secara fisik, tapi juga mental.
"Menurutku, penting bagi pasangan untuk membicarakan ini sebelum menikah. Tujuannya bukan untuk menolak jika ada yang nggak sesuai, tapi justru saling menerima kekurangan atau mencari cara agar kemungkinan terburuk dari hasil tes itu bisa diantisipasi," tuturnya, Senin (4/8/2025).
Kebulatan tekad tersebut, lanjutnya, muncul setelah dia melakukan terapi mental selama tiga bulan di Kota Semarang, belum lama ini. Dalam terapi itu, mahasiswa jurusan Akuntansi di sebuah kampus negeri di Kota Lunpia itu akhirnya disadarkan bahwa memang ada yang "salah" dalam dirinya.
"Aku nggak bisa cerita, tapi aku pengin pasanganku nanti selesai dulu dengan masalahnya sebelum kami menikah atau minimal aku tahu apa masalahnya untuk dicari solusinya bareng-bareng. Inilah kenapa tes kesehatan pranikah, termasuk kesehatan mental, penting dilakukan," akunya.
Pentingnya Skrining Kesehatan Mental
Nggak hanya kebugaran fisik, memperhatikan kesehatan mental juga penting dilakukan. Nggak hanya untuk diri sendiri, tapi juga pasangan, karena dialah yang pada akhirnya akan menemani kita seumur hidup. Seperti yang dipikirkan Nirma, skrining kesehatan mental pranikah memang penting untuk dilakukan.
Sebuah studi menyebutkan, tekanan sosial dan tuntutan di media sosial membuat anak muda saat ini rentan mengalami masalah mental. Hampir 35 persen remaja dilaporkan mengalami penurunan kesehatan jiwa. Hal itulah yang membuat pemerintah memasukkan pemeriksaan mental dalam program Cek Kesehatan Gratis.
Maka, memeriksakan kesehatan mental sebelum menikah pun menjadi hal yang penting karena diyakini akan menentukan kesiapan pasangan mengarungi bahtera rumah tangga. Di banyak negara, tren ini bahkan meningkat cukup signifikan.
Dikutip dari CNA (5/2/2024), data dari klinik pranikah di Singapura menunjukkan adanya peningkatan pemeriksaan kesehatan hingga 15 persen pada 2022–2023. Ini mencerminkan tren bahwa pasangan sekarang lebih sadar pentingnya transparansi, baik fisik maupun mental, sebelum menikah.
Upaya Mitigasi Konflik
Psikolog Novita Tandry memperingatkan bahwa gangguan mental yang nggak ditangani bisa menular secara sosial atau genetik, bahkan memicu trauma keluarga berulang. Menurutnya, tes sebelum menikah penting untuk memutus rantai ini.
"Sudah benar ada aturan usia untuk menikah. Ini untuk kematangan fisiologis, reproduksi, dan psikologi," tuturnya, dikutip dari Bloomberg Technoz (11/6/2024). "Bahkan usia 27-30 tahun saja masih ada yang kayak anak kecil secara mental. Karena itulah harus di tes sebelum menikah."
Menurut penelitian dan catatan praktisi, pasangan yang menghadiri bimbingan pranikah memiliki tingkat stabilitas jangka panjang lebih baik. Dialog terbuka seputar tekanan emosional, stres, dan harapan dapat memperkuat fondasi rumah tangga.
Dilansir dari Kompas, Senin (4/8), psikolog klinis Maharani Galuh Safitri mengungkapkan pentingnya refleksi atas kondisi mental pribadi dan pasangan, termasuk cara mereka bereaksi terhadap tekanan dan emosi. Dengan memahami kondisi diri dan pasangan, keduanya akan lebih siap menghadapi ketegangan hubungan.
Menerima Hasil Refleksi
Menurut Maharani, tiap individu perlu mempunyai kesiapan mental yang cukup matang untuk menerima hasil refleksi ini tanpa bersikap defensif, saling menyalahkan, dan terburu-buru menarik kesimpulan. Dia menekankan, yang terpenting adalah mereka mengenali kondisi psikologis masing-masing.
"Mereka tahu, termasuk bagaimana mengelola emosi, stres, serta menyadari adanya gangguan psikologis seperti kecemasan atau gangguan makan. Memahami riwayat gangguan mental dalam keluarga juga penting sebagai langkah antisipatif," terangnya.
Skrining pranikah, imbuh Maharani, akan membantu menilai sejauh mana pasangan mampu berkomunikasi secara sehat, termasuk dalam menyelesaikan konflik dan mengekspresikan kebutuhan emosional; karena komunikasi yang terbuka dan efektif akan menjadi fondasi penting untuk keharmonisan.
"Skrining ini bukan untuk menentukan kelayakan menikah, tapi menilai kesiapan mental dan merencanakan intervensi jika diperlukan; termasuk membekali pasangan dengan pemahaman yang lebih dalam sebelum menjalani kehidupan pernikahan," tandasnya.
Buat kamu yang tengah merencanakan pernikahan, nggak ada salahnya untuk membicarakan tentang kemungkinan melakukan skrining kesehatan mental pranikah ini ya, Gez! (Siti Khatijah/E10)
