BerandaHits
Kamis, 27 Nov 2024 10:00

Tantangan Jurnalisme Lingkungan: Bikin Konten Menarik dan Berdampak

Talkshow Green Press Community (GPC) pada Sabtu (23/11/2024) tentang jurnalisme lingkungan. (Green Press Community)

Jurnalis lingkungan sekarang dituntut untuk bisa mengemas informasi yang menarik sekaligus berdampak bagi masyarakat. Beberapa media daring sudah melakukannya dengan memanfaatkan perangkat (tools) digital.

Inibaru.id - Untuk menyebarkan informasi tentang lingkungan, jurnalis nggak bisa mengabaikan majunya dunia digital. Awak media jusru harus bisa mengoptimalkan perangkat (tool) yang kian canggih agar pemberitaan bisa dijangkau oleh masyarakat.

Narasinewsroom, salah satu industri media yang memanfaatkan media sosial guna menyebarkan kesadaran akan isu lingkungan melalui program Buka Mata. Adaptasi terhadap preferensi audiens sekaligus pemanfaatan teknologi secara kreatif menjadi kunci keberhasilan jurnalisme lingkungan di era digital.

Head of Narasi Newsroom Laban Saisila dalam talkshow Green Press Community (GPC) di M Block, Jakarta Selatan, Sabtu (23/11/2024) menceritakan bagaimana newsroom-nya menghasilkan produk jurnalisme yang memanfaatkan teknologi.

"Dalam liputan program Buka Mata yang menceritakan bagaimana pencurian ikan di perairan laut Philipina dihasilkan dari pengolahan data atas tool dari sinyal kapal-kapal yang beroperasi di perairan tersebut," ucapnya.

Laban juga mengungkapkan pentingnya media beradaptasi akan ruang pembacanya. Narasi newsroom telah memproduksi konten-konten jurnalisme lingkungan di berbagai platform media sosialnya.

"Narasi newsroom juga memperkaya konten media sosial dengan liputan investigas lingkungan tersebut," ucapnya.

Teknologi pun akan memudahkan awak media (jurnalis) menyajikan data lingkungan yang kompleks, tampilan menarik, dan mudah dipahami, seperti kaya akan infografis, peta interaktif, dan video menarik. Seperti teknologi remote sensing drone yang memungkinkan tampilan visual perubahan lingkungan tampak lebih apik. Teknologi virtual reality atau VR juga eugemented reality (AT) juga akan menghasilkan karya jurnalistik yang lebih mendalam bagi audiens.

Tantangan Jurnalisme Lingkungan

Ilustrasi: Jurnalis lingkungan sebaiknya mengemas informasi secara menarik untuk target audiens milenial dan gen Z. (Istimewa)

Penggunaan teknologi dalam menghasilkan jurnalisme lingkungan juga dilakukan oleh Betahita.id. Head of Newsroom Betahita.id Yosep Suprayogi berbagi pengalaman bagaimana liputan investigasi lingkungan yang dihasilkan juga berbasis teknologi dan data.

Dalam memproduksi liputan investigasi degradasi hutan dan lahan yang diperoleh dari proses membaca peta-peta perubahan kawasan adalah salah satu contoh. "Tentu dengan liputan demikian, akan lebih menarik dan kaya informasi," ujarnya.

Yosep juga mengungkapkan jurnalisme lingkungan kerap dinilai sebagai pemberitaan yang tidak cukup populer dan rumit dan jika dibandingkan dengan informasi hiburan. Sehingga tantangannya saat ini, media pun perlu menjadikan karya jurnalisme lingkungan dengan daya tarik lebih.

Perwakilan Newsroom Unggla.id, Febrianti menceritakan bagaimana Unggla hadir dari semangat jurnalisme warga yang kemudian diperkuat pada konten lingkungan dan budaya.

"Niat awalnya, bagaimana warga bisa bersuara, menjadi ruang bagi warga menceritakan apa yang dialami dan terjadi atas situasi di lingkungan sekitarnya yang dikemas dalam produk jurnalisme," ucapnya.

Aspek kelokalan yang dekat dengan kehidupan masyarakat akan membuat media lebih mudah menghadirkan jurnalisme lingkungannya.

Content Manager Earth Journalism Network Dewi Laila Sari juga menambahkan isu lingkungan menjadi isu kelima yang disukai milenial dan generasi Z. Dengan potensi demikian, sebenarnya isu lingkungan akan mudah dihubungkan pada generasi muda.

"Tapi mengapa isu lingkungan ternyata tidak cukup populer-populer? Makanya kita harus memanfatkan media sosial dan platform lainnya. Tipsnya, tolong bikin konsep yang memang menarik untuk target audiens milenial serta gen Z," imbuh Dewi.

Ya, tantangan jurnalis sekarang memang lebih beragam. Tak hanya dituntut untuk menghasilkan berita yang berimbang dan mengedukasi, tapi juga mengemasnya menjadi menarik sehingga pesannya sampai ke masyarakat. Semoga para jurnalis lingkungan tetap bersemangat dan nggak mudah menyerah, ya! (Siti Khatijah/E07)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT