BerandaHits
Senin, 5 Apr 2020 12:00

Sistem Pembelajaran Daring, Efektif atau Nggak ya?

Persiapan guru yang akan memulai kegiatan belajar-mengajar daring. (Inibaru.id/ Rafida Azzundhani)

Sebagai upaya untuk mencegah wabah Covid-19, pemerintah mengeluarkan kebijakan agar sekolah-sekolah meminta siswanya untuk belajar di rumah. Mulai 16 Maret 2020 sekolah menerapkan metode pembelajaran siswa secara daring. Lalu, efektifkah pembelajaran jarak jauh ini?

Inibaru.id - Pembelajaran secara daring dianggap menjadi solusi kegiatan belajar mengajar tetap jalan di tengah pandemi corona. Meski telah disepakati, cara ini menuai kontroversi. Bagi tenaga pengajar, sistem pembelajaran daring hanya efektif untuk penugasan. Mereka menganggap untuk membuat siswa memahami materi, cara daring dinilai sulit.

Selain itu, kemampuan teknologi dan ekonomi setiap siswa berbeda-beda. Nggak semua siswa memiliki fasilitas yang menunjang kegiatan belajar jarak jauh ini. Koneksi lemot, gawai yang nggak mumpuni, dan kuota internet yang mahal menjadi hambatan nyata.

Meskipun begitu, pembelajaran harus terus berlanjut. Setiap sekolah memiliki kebijakan masing-masing dalam menyikapi aturan ini. Beberapa sekolah merombak jadwal mata pelajaran yang akan diberikan kepada siswa setiap harinya. Mata pelajaran yang diberikan dalam satu hari hanya tiga jenis, ditambah dengan lembar kegiatan yang harus diselesaikan siswa setiap hari.

Beberapa sekolah memberikan kebijakan agar siswa nggak hanya belajar materi pelajaran. Tetapi juga mengasah life skill dengan membantu kegiatan di rumah.

Rosyida Qonita salah seorang guru di sekolah swasta MTs Ma'ahid Kudus mengaku jika kegiatan pembelajaran daring ini nggak seefektif kegiatan belajar mengajar konvensional. Menurutnya, beberapa materi harus dijelaskan secara langsung.

“Kalau efektivitas, beda jauh dengan KBM secara langsung, karena materi yang disampaikan belum tentu bisa dipahami semua siswa," kata Qanita, "Ada keterbatasan untuk tanya jawab." Qanita juga membeberkan kalau nggak semua siswa punya handphone sehingga mereka nggak tahu cara mengerjakan tugas.

Berdasarkan pengalamannya mengajar secara daring, sistem ini hanya efektif untuk memberi penugasan. Hanya, karena tugas ini diberikan ketika siswa akan masuk, ada kemungkinan akan menumpuk.

Hasil cuplikan layar kegiatan belajar mengajar daring menggunakan aplikasi zoom dilakukan oleh Rafika bersama siswa SD Global Inbyra School. (Inibaru.id/ Rafida Azzundhani)

Berbeda dengan Geby pengajar di SD Islam Anajah yang sudah menggunakan aplikasi zoom untuk mengajar. Interaksi dalam pembelajaran tetap terjadi seperti biasanya. Meskipun terbatas dengan waktu. Dia mengajar mulai pukul 07.30 sampai 10.00 WIB.

Sekolah tempat dia mengajar mewajibkan adanya interaksi aktif dalam pembelajaran. Setiap hari, dia dan pengajar lain diwajibkan melaporkan hasil pembelajaran beserta buktinya, yang berisi progress serta kendalanya. Akan tetapi, dia pesimistis target kurikulum pembelajaran bisa tercapai karena terbatasnya waktu.

“Target kurikulum nggak bisa tercapai dengan baik, mungkin nanti solusinya, ujian ditunda sampai corona hilang. Karena menurut saya nggak efektif banget kalau maksain ujian kenaikan kelas secara online,” kata Geby.

Keraguan ini juga dirasakan Rafika Nurlisma. Meski begitu, dia akan tetap berusaha untuk memberikan yang terbaik. Apalagi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sudah memudahkan sistem pembelajaran dan penilaian. Saat ini guru dapat menilai siswa menggunakan riwayat nilai siswa selama lima semester ke belakang.

Hanya, pengajar di SD Global Inbyra School Tegal ini mengaku jika terkadang mengalami kendala dengan koneksi internet saat mengajar.

“Selama ini saya ngajar lewat zoom. Saya tanya ke anak-anak, mereka sebenernya paham nggak? Katanya nggak begitu, karena nggak tatap muka secara langsung," tutur Rafika via Whatsapp Rabu (1/4). Durasi mengajar yang pendek juga dirasa kurang. "Ya mereka jadi nangkep materi seadanya, sisanya mereka diberikan latihan soal lewat Google Classroom,” pungkasnya.

Sepertinya apa yang dirasakan para guru di atas juga dirasakan siswa. Fatiya kelas XI MA Ma'ahid Kudus mengaku nggak paham dengan model pembelajaran ini.

"Kan harusnya di kasih materi atau belajar online sedangkan cuma ngasih tugas tugas tugas," kata Fatiya via whatsapp, Selasa (31/3).

Selain itu, dia menyayangkan banyak siswa yang mengerjakan sendiri tugas-tugasnya.

Dia berpendapat sistem ini membuat para siswa tambah nggak paham pada pelajaran. "Mumet," tandasnya.

Senada dengan Fatiya, Maulana Lutvian, siswa kelas XI SMK Wisudha Karya Kudus.

Dia mengaku kurang paham dengan materi pembelajaran karena hanya disampaikan melalui video tanpa ada proses tanya jawab.

Proses belajar mengajar di sekolahnya terbilang ringkas.

"Kalau penjelasan materinya nanti di kasih video, dikirim lewat aplikasi Google Classroom," ungkapnya, Minggu (5/4).

Dibanding sistem daring, Vian lebih menyukai belajar secara konvensional. "Kalau di sekolahan lebih jelas kalau dikasih penjelasan, kalau di rumah masih agak bingung," katanya.

Hm, serba sulit ya, Millens. Tapi semoga mereka tetap semangat ya. (Rafida Azzundhani/E05)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024