BerandaHits
Senin, 6 Agu 2023 19:00

Sesar Opak, 'Hantu' yang Siap Mengguncang Yogyakarta Kapan Saja

Penampakan Sesar Opak di Bukit Mengger. (Geoparkjogja.jogjaprov)

Sesar Opak jadi biang keladi gempa di Yogyakarta pada 2006 silam. Sayangnya, sesar ini masih aktif dan bisa mengguncang Kota Pelajar kapan saja. Apakah semua pihak sudah siap?

Inibaru.id – Meski sudah tujuh belas tahun berlalu, masyarakat Yogyakarta dan sekitarnya masih ingat betul dahsyatnya gempa yang terjadi pada Sabtu, (27/5/2006) pukul 05.55 WIB. Meski hanya berlangsung sekitar 57 detik, gempa dengan kekuatan 6,4 M itu mampu menghancurkan begitu banyak bangunan dan membunuh 6.234 warga.

Mereka yang sudah tinggal bertahun-tahun di Yogyakarta, termasuk para pelajar yang merantau di sana pasti paham betul kalau wilayah tersebut memang rentan terkena gempa. Di Samudra Indonesia yang ada di sisi selatan, terdapat area subduksi lempeng Indo-Australia dan Eurasia yang bisa saja menyebabkan gempa kapan saja. Bahkan, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) sempat menyebut adanya potensi gempa dengan kekuatan maksimal 8,7 M dari lokasi tersebut.

Tapi, itu hanya satu dari sekian penyebab ancaman gempa di Kota Pelajar. Hanya belasan kilometer di sisi timur Kota Yogyakarta, ada Sesar Opak yang terus mengintai. Sayangnya, kebanyakan masyarakat Yogyakarta nggak menyadari keberadaannya. Bahkan, masih banyak yang nggak tahu kalau gempa pada 2006 berpusat di sesar tersebut, bukannya di lautan.

Sesar Opak memanjang dari utara ke selatan sejauh 45 kilometer. Kalau kamu kebetulan mampir ke Bukit Mengger, Kalurahan Trimulyo, Kapanewon Jetis, Bantul, bisa dengan mudah melihat keberadaan sesar ini. Terdapat patahan bukit dengan ketinggian yang sangat mencolok.

Yang jadi masalah, meski sudah pernah menyebabkan gempa di Yogyakarta pada 2006, ancaman gempa besar di sesar tersebut masih ada. BMKG bahkan menyebut angka maksimal dari gempa yang bisa kapan saja muncul di masa depan, yaitu 6,6 M.

Pihak BMKG sendiri mulai mengeluarkan peringatan terkait dengan sesar ini karena sudah melihat adanya peningkatan aktivitas kegempaan di sana.

“Gempa kecil masih sering terjadi di jalur Sesar Opak. Tapi karena magnitudonya kecil, nggak dirasakan warga. Masalahnya, aktivitas kegempaan ini sangat aktif dan intensif,” ungkap Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono sebagaimana dikutip dari BBC, Sabtu, (5/8/2023).

Sesar Opak jadi penyebab gempa Yogyakarta pada 2006. (Dongenggeologi.wordpress)

Lantas, apakah mungkin gempa besar seperti pada 2006 bisa kembali muncul? Soal itu, Ahli geologi dari UGM Wahyu Wilopo menyebut gempa dengan kekuatan sebesar itu memang bisa kembali muncul. Sayangnya, hingga sekarang belum ada teknologi yang memungkinkan untuk mendeteksi kapan hal itu akan terjadi.

Apakah warga Yogyakarta dan sekitarnya siap jika sewaktu-waktu gempa kembali datang? Kalau menurut pendapat Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari, di Yogyakarta sudah ada lebih dari 300 desa tangguh bencana. Di desa-desa tersebut, warga diberi edukasi terkait dengan pentingnya mitigasi bencana, termasuk gempa.

Dalam edukasi tersebut, warga diberi tahu harus melakukan apa saja agar bisa selamat saat gempa datang, termasuk jika saat berada di dalam bangunan atau saat berada di luar ruangan. Mereka juga diberi tahu tentang ke mana harus melakukan evakuasi atau harus membawa apa saja ke tempat evakuasi.

Sayangnya, sebagaimana di tempat-tempat lain di Indonesia, belum ada kontrol yang jelas tentang kualitas bangunan yang ada di Yogyakarta dan sekitarnya. Tidak ada yang tahu pasti, apakah jutaan bangunan yang ada di sana bisa menahan gempa untuk beberapa waktu atau nggak sehingga memberikan kesempatan penghuninya untuk menyelamatkan diri.

“Sudah ada perbaikan dari sisi mitigasi dan kesiapsiagaan. Dari sisi bangunan juga sudah jauh lebih baik. Tapi tentu saja, kita tidak bisa mengontrol semuanya,” ungkap Abdul Muhari.

Yap, karena kita tidak bisa mengontrol semuanya, termasuk kapan gempa kembali datang dari Sesar Opak, ada baiknya memang yang warga meningkatkan kewaspadaan dan persiapan mitigasi yang tepat. Setuju, Millens? (Arie Widodo/E10)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024