BerandaHits
Minggu, 22 Nov 2025 11:01

Seperti Apa Cara Australia Melarang Anak di Bawah Umur Punya Media Sosial?

Australia menerapkan aturan anak di bawah 16 tahun nggak boleh punya media sosial. (Globalnews)

Bukan hal sulit bagi anak-anak untuk membuat akun media sosial. Lantas, gimana ya cara pemerintah Australia memastikan aturan melarang anak di bawah 16 tahun memiliki akun bakal berhasil?

Inibaru.id - Mulai 10 Desember, Australia bakal melakukan langkah yang cukup berani. Anak di bawah 16 tahun nggak boleh punya akun media sosial. Bukan sekadar imbauan, tapi aturan resmi yang wajib dipatuhi platform besar macam Instagram, TikTok, Facebook, sampai Twitch.

Buat sebagian orang tua, kebijakan ini rasanya seperti angin segar. Tapi buat sebagian lainnya, muncul pertanyaan seperti kenapa harus seketat itu, dan bagaimana sebenarnya aturan ini dijalankan?

Mengapa Australia Melarang Anak Punya Medsos?

Sebagaimana dinukil dari Bbc, Sabtu (21/11/2025), data pemerintah Australia menunjukkan hal yang cukup bikin miris: 96% anak usia 10–15 tahun aktif di medsos. Dari angka itu, tujuh dari 10 anak sudah pernah terpapar konten berbahaya, mulai dari video kekerasan, konten misoginis, promosi gangguan makan, sampai materi soal bunuh diri. Belum lagi soal grooming dan perundungan siber yang dialami sebagian besar anak.

Pemerintah menilai banyak fitur medsos memang “dirancang” membuat pengguna betah berlama-lama. Buat orang dewasa mungkin masih bisa memilah, tapi buat anak-anak? Dampak psikologisnya bisa jauh lebih besar.

Makanya, larangan ini muncul sebagai upaya mengurangi tekanan, risiko kesehatan mental, dan paparan konten yang tak sesuai usia. Pemerintah ingin anak-anak tetap punya kehidupan digital, tapi yang lebih aman dan tidak beracun.

Begini Cara Australia Menegakkan Aturan Baru

Verifikasi usia bakal diterapkan agar anak nggak bisa dengan mudah bikin akun media sosial. (Thenextweb/Shutterstock)

Yang menarik, hukuman nggak diberikan kepada anak atau orang tua. Yang wajib bertanggung jawab untuk memastikan aturan ini berjalan ternyata perusahaan media sosialnya.

Pemerintah mewajibkan platform melakukan “langkah yang masuk akal” untuk mencegah anak membuat akun. Artinya, perusahaan tersebut harus:

Memverifikasi usia

Metodenya bisa macam-macam seperti memakai ID resmi, pengenalan wajah atau suara, sampai age inference alias teknik yang menebak usia berdasarkan pola aktivitas pengguna. Pemerintah Australia bahkan mendorong platform menggabungkan beberapa cara sekaligus.

Menghapus akun anak yang sudah terlanjur dibuat

Gara-gara ketetapan yang akan diberlakukan Australia ini, Meta sudah ancang-ancang bakal menutup akun-akun media sosial milik para remaja lebih awal. Kalau nantinya ada akun orang dewasa yang tanpa sengaja ikut kena “sapu bersih”, mereka bisa memverifikasi ulang lewat ID atau video selfie untuk mengembalikan akunnya.

Siap menanggung denda besar

Kalau ketahuan melakukan pelanggaran berat atau berulang, platform media sosial bisa didenda hingga 32 juta dolar AS. Meski begitu, sejumlah pengamat menilai jumlah itu mungkin belum cukup membuat perusahaan raksasa kapok.

Pemerintah juga menetapkan aturan yang bikin data untuk verifikasi usia hanya boleh digunakan untuk tujuan tersebut dan harus dimusnahkan setelahnya. Ini untuk meredam kekhawatiran soal pelanggaran privasi.

Akankah Cara ini Efektif?

Jawabannya masih tanda tanya besar karena belum diterapkan dan belum diketahui seperti apa efeknya. Soalnya teknologi verifikasi usia sering kali tidak akurat untuk remaja. Sementara itu, anak-anak sudah banyak yang mencari celah dengan cara memakai usia palsu, menggunakan akun milik orang tua, sampai mengandalkan VPN.

Meski begitu, pemerintah Australia sadar betul kebijakan besar selalu “berantakan” di awal. Yang penting, ada upaya nyata melindungi anak-anak dari sisi gelap media sosial. Soal hasil akhirnya, kita tunggu saja bagaimana aturan ini berjalan dalam beberapa bulan ke depan.

Kalau menurut perkiraanmu? Mungkin nggak sih kebijakan ini bakal berhasil diterapkan di Australia, Gez? (Arie Widodo/E07)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: