BerandaHits
Sabtu, 13 Agu 2021 11:57

Semakin Banyak Spesies Serangga Punah, Semakin Dekat Menuju Kiamat

Kunang-kunang, salah satu spesies serangga yang mulai punah dan jarang ditemui. Bisa jadi hal ini mengarah ke kiamat, lo. (Flickr/ ZoranCto)

Sadar nggak, hewan seperti kunang-kunang, capung, atau kupu-kupu kini semakin jarang ditemui? Padahal, jika sampai serangga punah, kita bisa semakin dekat pada kiamat, lo. Kok bisa?

Inibaru.id – Millens, kamu pernah nggak memperhatikan apakah di dekat tempat tinggal kamu masih ada capung, kupu-kupu, lebah, atau kunang-kunang?

Kalau diperhatikan, hewan-hewan ini jadi semakin jarang ditemui, ya? Apalagi di kawasan padat manusia. Masalahnya, kalau banyak serangga punah, para ahli menyebut kita bakal lebih dekat ke kiamat, lo. Hm.

Menurut sebuah jurnal berjudul Worldwide Decline of the Entomofauna: A Review of Its Drivers” yang terbit pada 2019 lalu, disebutkan bahwa populasi serangga telah menurun drastis hingga bisa dianggap sedang menuju kepunahan. Bahkan, peneliti Fransisco Sanchez-Bayo dari University of Sidney, Australia, serta Kris Wyckhuys dari China Academy of Agricultural Sciences menyebut populasi serangga di seluruh dunia sedang sangat terancam.

Biological Conservation bahkan menyebut setidaknya lebih dari 40 persen spesies serangga di seluruh dunia bakal punah dalam beberapa puluh tahun ke depan. Masalahnya, jenis-jenis serangga ini sangat penting bagi alam kita seperti Lepidoptera yang meliputi kupu-kupu dan ngengat, Hymenoptera yang meliputi tawon, lebah, dan semut, serta kumbang kotoran.

Penyebab utama punahnya hewan-hewan ini adalah hilangnya habitat asli mereka. Pemicunya sebagian besar adalah alih fungsi lahan menjadi pertanian atau permukiman. Selain itu, semakin banyak pertanian yang memakai pestisida serta pupuk sintetis yang membuat para serangga mati dalam jumlah banyak.

Yang cukup mengejutkan, perubahan iklim, yang sebagian besar juga disebabkan oleh ulah manusia, juga membuat mereka lebih mudah punah.

Di sejumlah negara seperti Inggris, Jerman, Puerto Rico, dan sejumlah negara di Amerika Utara atau Eropa, sudah terjadi kemerosotan populasi serangga dalam jumlah besar. Nah, di negara-negara lain, termasuk di kawasan Asia, diduga jauh lebih parah namum terkendala data dan penelitian yang belum lengkap.

Serangga penting untuk penyerbukan, tumbuhnya buah, dan kelestarian alam. (Flickr/daniela_naturephotography)

Tanpa kita sadari, keberadaan serangga sangat penting bagi keseimbangan alam kita. Serangga adalah hewan yang membantu penyerbukan yang terkait dengan kelestarian tumbuhan. Serangga adalah pengendali hama serta pengelola limbah, termasuk limbah yang dibuang manusia. Serangga juga jadi makanan berbagai macam hewan seperti burung, ikan, mamalia, dan lain-lain.

Bayangkan kalau mereka benar-benar menghilang? Pengaruhnya nggak hanya ke kelestarian tumbuhan, banyak hewan juga bakal kehilangan makanannya. Tumbuhan dan hewan-hewan lain bakal punah dan lambat laun akan berimbas pula pada manusia.

“Kalau manusia tidak mengubah cara memproduksi makanan, spesies serangga akan menuju kepunahan dalam beberapa dekade ke depan,” terang Sanchez-Bayo dan Wyckhuys.

Apa yang perlu kita lakukan demi mencegahnya? Para ahli menyarankan kita untuk mengurangi penggunaan pestisida dengan drastis dan menggantinya dengan teknik pertanian yang lebih ramah lingkungan. Kita juga disarankan lebih banyak menanam bunga dan tumbuhan lainnya yang bisa jadi tempat serangga bernaung.

Sanchez-Bayo dan Wyckhuys bahkan meminta setiap negara menerapkan cagar alam yang bebas dari sentuhan manusia demi memastikan masih ada tempat bagi serangga hidup.

Ingat, Millens, tanpa serangga, kita bisa menghadapi kiamat lebih dekat, lo. Yuk, mulai jaga kelestarian alam demi mereka dan anak cucu kita. (Tir, Kom/IB09/E05)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024