BerandaHits
Rabu, 28 Feb 2023 09:16

Saat Indonesia 'Dijajah' Prancis; Singkat Namun Meninggalkan Luka Dalam

Secara nggak langsung, Indonesia dijajah Prancis selama sekitar 3 tahun. (Wikipedia/Kompas)

Pada 1808 sampai 1811, secara nggak langsung Indonesia 'dijajah' Prancis yang saat itu menguasai Belanda. Meski singkat, saat itu penderitaan masyarakat Nusantara sangat berat, khususnya saat masa kerja rodi pembangunan Jalan Anyer-Panarukan.

Inibaru.id – Kalau melirik buku sejarah, biasanya tertulis Indonesia pernah dijajah Portugis, Spanyol, Belanda, Inggris, dan Jepang. Tapi, kamu tahu nggak kalau dulu Nusantara secara nggak langsung pernah dijajah oleh Prancis?

Namanya dijajah, pasti nggak enak ya, Millens. Hal inilah yang juga dulu dirasakan masyarakat Nusantara selama berabad-abad. Tapi, cerita penjajahan nggak langsung dari Prancis ini cukup unik. Selain itu, ada sejumlah peninggalan dari masa penjajahan tersebut yang masih bisa kita tilik langsung pada masa sekarang, lo.

Berdasarkan keterangan Kompas, (11/2/2020) yang mengutip buku berjudul Sejarah Indonesia Modern buatan Mc Ricklefs yang terbit pada 2016 lalu, keterkaitan antara Nusantara dan Prancis bermula dari serbuan Prancis di bawah pimpinan Napoleon Bonaparte ke Belanda pada Desember 1794 sampai Januari 1795.

Hanya dalam tempo nggak sampai dua bulan, Belanda jatuh. Pemerintahan baru pun dibentuk di Belanda sesuai dengan komando yang dikeluarkan oleh Prancis. Salah satunya adalah pembubaran De Heeren XVII, komite yang mengendalikan VOC di Hindia Belanda pada 1796.

Empat tahun kemudian, tepatnya 1 Januari 1800, VOC bahkan resmi dibubarkan karena korupsi yang luar biasa yang menyebabkan krisis keuangan parah. Sejak saat itu pula, Pemerintah Hindia Belanda langsung memegang kendali penuh semua kegiatan perdagangan dan politik.

Adik Napoleon, Louis Bonaparte kemudian ditunjuk sebagai Raja Belanda di pemerintahan yang disebut dengan Kingdom Of Holland pada 5 Juni 1806. Dua tahun kemudian, Louis menunjuk Herman Willem Daendels untuk menjadi Gubernur Jenderal Hindia Belanda. Daendels memang hanya memimpin Hindia Belanda dari 14 Januari 1808 sampai 15 Mei 1811, tapi peninggalannya masih tersisa hingga sekarang.

Herman Willem Daendels, Gubernur Hindia Belanda di bawah kendali Prancis. (Voi/Wikimedia Commons)

Yang paling populer tentu saja adalah pembangunan De Grote Posweg (Jalan Raya Pos) dari Anyer sampai Panarukan yang dikenal sebagai Jalur Pantura pada masa sekarang. Jalan sejauh kurang lebih 1.000 kilometer ini dibangun dalam waktu satu tahun saja dari 1807 sampai 1808. Banyak masyarakat lokal yang dipaksa melakukan kerja rodi untuk membangun jalan tersebut sampai meninggal dunia, Millens.

Di Batavia, Daendels memindahkan pusat pemerintahan Hindia Belanda dari Old Batavia atau Kota Tua ke Weltevreden, lokasi yang kini dikenal sebagai Gambir. Dia juga berencana membangun istana pemerintahan di Paradeplaats atau yang kini dikenal sebagai Lapangan Banteng.

Sayangnya, rencana tersebut gagal total karena terjadinya gejolak politik dan peperangan di Eropa serta ketidakmampuannya membangun armada militer kuat di Hindia Belanda.

Pengaruh Napoleon semakin berkurang usai mendirikan First French Empire pada 1810. Negara-negara yang awalnya menjadi sekutunya berbalik melawannya, termasuk Inggris. Sejumlah wilayah di bawah kendali Prancis seperti West Indies dan Mauritius melakukan pemberontakan dan berhasil lepas pada 1810 dan 1811.

Melihat hal ini, Inggris mengambil kesempatan untuk melakukan invasi ke Jawa pada Agustus 1811. Invasi tersebut berhasil dan membuat Inggris yang sebelumnya sudah menguasai sejumlah pulau di Maluku pun mulai menjalankan kolonialisme di Nusantara di bawah kepemimpinan Thomas Stamford Raffles.

Meski nggak secara langsung, ternyata sejarah mencatat Indonesia pernah dijajah Prancis di bawah kepemimpinan Napoleon Bonaparte. Cerita ini cukup menarik, ya, Millens? (Arie Widodo/E10)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: