Inibaru.id – Kalau melirik buku sejarah, biasanya tertulis Indonesia pernah dijajah Portugis, Spanyol, Belanda, Inggris, dan Jepang. Tapi, kamu tahu nggak kalau dulu Nusantara secara nggak langsung pernah dijajah oleh Prancis?
Namanya dijajah, pasti nggak enak ya, Millens. Hal inilah yang juga dulu dirasakan masyarakat Nusantara selama berabad-abad. Tapi, cerita penjajahan nggak langsung dari Prancis ini cukup unik. Selain itu, ada sejumlah peninggalan dari masa penjajahan tersebut yang masih bisa kita tilik langsung pada masa sekarang, lo.
Berdasarkan keterangan Kompas, (11/2/2020) yang mengutip buku berjudul Sejarah Indonesia Modern buatan Mc Ricklefs yang terbit pada 2016 lalu, keterkaitan antara Nusantara dan Prancis bermula dari serbuan Prancis di bawah pimpinan Napoleon Bonaparte ke Belanda pada Desember 1794 sampai Januari 1795.
Hanya dalam tempo nggak sampai dua bulan, Belanda jatuh. Pemerintahan baru pun dibentuk di Belanda sesuai dengan komando yang dikeluarkan oleh Prancis. Salah satunya adalah pembubaran De Heeren XVII, komite yang mengendalikan VOC di Hindia Belanda pada 1796.
Empat tahun kemudian, tepatnya 1 Januari 1800, VOC bahkan resmi dibubarkan karena korupsi yang luar biasa yang menyebabkan krisis keuangan parah. Sejak saat itu pula, Pemerintah Hindia Belanda langsung memegang kendali penuh semua kegiatan perdagangan dan politik.
Adik Napoleon, Louis Bonaparte kemudian ditunjuk sebagai Raja Belanda di pemerintahan yang disebut dengan Kingdom Of Holland pada 5 Juni 1806. Dua tahun kemudian, Louis menunjuk Herman Willem Daendels untuk menjadi Gubernur Jenderal Hindia Belanda. Daendels memang hanya memimpin Hindia Belanda dari 14 Januari 1808 sampai 15 Mei 1811, tapi peninggalannya masih tersisa hingga sekarang.
Yang paling populer tentu saja adalah pembangunan De Grote Posweg (Jalan Raya Pos) dari Anyer sampai Panarukan yang dikenal sebagai Jalur Pantura pada masa sekarang. Jalan sejauh kurang lebih 1.000 kilometer ini dibangun dalam waktu satu tahun saja dari 1807 sampai 1808. Banyak masyarakat lokal yang dipaksa melakukan kerja rodi untuk membangun jalan tersebut sampai meninggal dunia, Millens.
Di Batavia, Daendels memindahkan pusat pemerintahan Hindia Belanda dari Old Batavia atau Kota Tua ke Weltevreden, lokasi yang kini dikenal sebagai Gambir. Dia juga berencana membangun istana pemerintahan di Paradeplaats atau yang kini dikenal sebagai Lapangan Banteng.
Sayangnya, rencana tersebut gagal total karena terjadinya gejolak politik dan peperangan di Eropa serta ketidakmampuannya membangun armada militer kuat di Hindia Belanda.
Pengaruh Napoleon semakin berkurang usai mendirikan First French Empire pada 1810. Negara-negara yang awalnya menjadi sekutunya berbalik melawannya, termasuk Inggris. Sejumlah wilayah di bawah kendali Prancis seperti West Indies dan Mauritius melakukan pemberontakan dan berhasil lepas pada 1810 dan 1811.
Melihat hal ini, Inggris mengambil kesempatan untuk melakukan invasi ke Jawa pada Agustus 1811. Invasi tersebut berhasil dan membuat Inggris yang sebelumnya sudah menguasai sejumlah pulau di Maluku pun mulai menjalankan kolonialisme di Nusantara di bawah kepemimpinan Thomas Stamford Raffles.
Meski nggak secara langsung, ternyata sejarah mencatat Indonesia pernah dijajah Prancis di bawah kepemimpinan Napoleon Bonaparte. Cerita ini cukup menarik, ya, Millens? (Arie Widodo/E10)