BerandaHits
Sabtu, 21 Nov 2025 19:22

Rafflesia hasseltii, Hadiah dari Hutan Sumatra Setelah 13 Tahun Penantian

Penampakan Rafflesia hasseltii. (via RRI)

Penantian panjang selama 13 tahun akhirnya terbayar ketika tim ilmuwan Universitas Oxford bersama pemandu lokal menemukan Rafflesia hasseltii di pedalaman hutan Sumatra.


Inibaru.id - Di tengah rimbunnya hutan Hiring Batang Somi, Sumpur Kudus, Sumatra Barat, sebuah momen langka akhirnya terwujud pada 18 November 2025. Setelah 13 tahun pencarian tanpa henti, tim ilmuwan yang dipimpin Dr. Chris Thorogood dari Universitas Oxford berhasil menemukan Rafflesia hasseltii, salah satu spesies bunga paling sulit dijumpai di dunia. Tangis haru Deki, pemandu lokal yang selama ini menjadi penggerak pencarian, terekam jelas dalam unggahan Instagram @oxford_uni.

“Selama 13 tahun. Saya sangat beruntung,” katanya lirih, menandai keberhasilan yang terasa lebih sebagai kemenangan emosional daripada sekadar penemuan ilmiah.

Penemuan ini mengingatkan kita bahwa hutan Indonesia masih menyimpan misteri yang bahkan teknologi modern pun tak bisa memaksakan diri untuk membuka. Rafflesia hasseltii, salah satu dari sekitar 40 spesies Rafflesia, dikenal sebagai tumbuhan parasit obligat. Ia nggak punya daun, batang, atau akar. Ia hidup menumpang sepenuhnya pada inang dari genus Tetrastigma. Karena itu, keberadaannya sangat bergantung pada kesehatan ekosistem hutan yang menjadi rumahnya.

Dari penampilannya, Rafflesia hasseltii mudah dibedakan dari kerabatnya. Warnanya merah darah cerah, dengan bintik-bintik putih bulat yang tersebar rapi di permukaan tenda bunga. Dibandingkan Rafflesia arnoldii yang lebih oranye kecoklatan, R. hasseltii tampil lebih dramatis. Ia seolah tahu bahwa kemunculannya sangat jarang, maka setiap mekar harus mencuri perhatian. Bagian diafragmanya, dengan warna dan pola khas, membuatnya semakin mudah dikenali oleh peneliti maupun pemburu foto alam.

Deforestasi menjadi salah satu penyebab langkanya flora ini. (Pixabay)

Kelangkaan bunga ini bukan sekadar mitos. Habitatnya hanya di hutan hujan tropis Sumatra, pada lingkungan yang masih utuh. Ketergantungan total pada inang tertentu membuatnya sulit dibudidayakan, bahkan oleh kebun raya. Siklus hidupnya panjang, pemekarannya singkat, sekitar 5 hingga 7 hari dan peluang penyerbukannya sangat kecil. Deforestasi, fragmentasi hutan, serta hilangnya inang Tetrastigma membuat keberadaannya makin terancam. Setiap satu bunga mekar yang ditemukan sesungguhnya adalah kemenangan kecil melawan laju kerusakan alam.

Lalu, apakah bunga ini juga berbau busuk? Ya, seperti kebanyakan Rafflesia lainnya, R. hasseltii mengeluarkan aroma daging membusuk. Bau ini bukan cacat; ini strategi. Senyawa volatil yang diproduksinya meniru aroma bangkai untuk menarik lalat Calliphoridae dan Sarcophagidae, penyerbuk alami yang menyukai tempat seperti itu untuk bertelur. Lalat yang masuk ke dalam bunga membawa serbuk sari dan secara nggak sengaja membantu kelangsungan hidup spesies ini.

Penemuan Rafflesia hasseltii bukan hanya pencapaian ilmiah. Ia adalah pengingat bahwa alam Indonesia masih penuh keajaiban, namun juga rapuh. Deki butuh 13 tahun untuk menemukannya. Semoga kita nggak butuh waktu selama itu untuk menyadari pentingnya menjaga hutan tempatnya bernaung.

Ikut senang ya dengan penemuan flora istimewa ini, Gez?! (Siti Zumrokhatun/E05)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: