BerandaHits
Kamis, 23 Nov 2022 09:46

Piala Dunia Qatar 2022: Pesta yang Dibayangi Tudingan Perbudakan Modern

Meski sudah berlangsung, kontroversi Piala Dunia Qatar 2022 masih terjadi. (Getty Images/Matthias Hangst)

Piala Dunia Qatar 2022 sudah dimulai dengan meriah. Drama pertandingan sepak bola pun sudah bermunculan. Sayangnya, gegap gempita kompetisi ini masih diselimuti dengan kontroversi dan isu perbudakan modern.

Inibaru.id – Karena hanya berlangsung setiap 4 tahun, wajar jika Piala Dunia selalu menyedot atensi dunia. Apalagi, negara-negara yang bertanding berasal dari semua benua. Ditambah dengan drama-drama di dalam dan luar pertandingan, sorotan pada ajang sepak bola paling wah sejagat ini pun semakin tajam.

Sayangnya, sorotan pada Piala Dunia Qatar 2022 juga diiringi dengan berbagai kontroversi. Memang, cerita tentang pertandingan bersejarah seperti kemenangan Arab Saudi atas Argentina pada Selasa (22/11/2022) tetap bisa kamu temui di ajang ini. Namun, isu-isu di luar pertandingan seperti LGBTQ terus menggema. Apalagi, isu tentang tudingan perbudakan modern yang dilakukan Qatar saat membangun stadion dan infrastruktur lainnya seperti tak terselesaikan.

Wartawan senior Zen RS di akun Twitternya @zenrs mengungkap bahwa jika dibandingkan dengan negara-negara lain yang menyelenggarakan Piala Dunia, Qatar memang terkesan lebih ngoyo. Bagaimana nggak, mereka harus membangun 7 stadion baru, lengkap dengan kota-kota pendukung ajang ini.

Mengingat populasi Qatar hanya 2,7 juta orang per 2020 lalu, mereka pun membutuhkan tenaga kerja asing (TKA) untuk menyukseskan pembangunan berbagai macam infrastruktur Piala Dunia. Nah, dari inilah tudingan perbudakan modern dimulai.

Sistem Kafala

Isu perbudakan para pekerja pembangunan infrastruktur Piala Dunia Qatar 2022. (AP Photo/Hassan Ammar)

Mojok, (14/5/2022) menulis, Human Rights Watch menyebut tenaga kerja asing di Qatar mencapai 2 juta orang. Satu juta di antaranya khusus dipekerjakan di bidang konstruksi, tepatnya pembangunan stadion dan infrastruktur Piala Dunia lainnya.

Untuk mengakomodasi banyaknya kebutuhan tenaga kerja asing tersebut, Qatar menggunakan Sistem Kafala. Sistem ini memungkinkan individu atau perusahaan-perusahaan dari Qatar menjadi sponsor untuk mendatangkan tenaga kerja dari luar Qatar.

Para sponsor inilah yang menyiapkan biaya logistik dan akomodasi, termasuk tempat tinggal bagi para tenaga kerja asing saat bekerja di Qatar. Terkesan tidak masalah, ya? Sayangnya, praktiknya tidak semulus itu, Millens.

Nyatanya, para sponsor ini justru berperan seperti majikan semena-mena dan memperlakukan para tenaga kerja asing ini sebagai budak. Para pekerja harus tunduk pada aturan-aturan ketat yang dibuat saat menandatangani kontrak kerja seperti tidak boleh berganti pekerjaan, berhenti dari pekerjaannya, atau meninggalkan Qatar.

Boikot Piala Dunia 2022 Menggema

Para pemain sepak bola melakukan protes pelanggaran Hak Asasi Manusia. (VOI/Antara)

Dampaknya fatal. Menurut laporan The Guardian, setidaknya ada 6.750 pekerja asing dari India, Pakistan, Sri Lanka, Bangladesh, Nepal, dan negara-negara lain yang meninggal selama proses pembangunan infrastruktur Piala Dunia. Mereka meninggal karena jam kerja yang berlebihan, gaji yang rendah, dan perlindungan yang minim saat bekerja, khususnya saat cuaca ekstrem atau di lokasi kerja yang berbahaya.

Dari laporan-laporan itulah, boikot Piala Dunia 2022 menggema sebelum ajang ini digelar. Banyak negara yang menganggap Qatar telah melanggar Hak Asasi Manusia (HAM) kepada para pekerja migran tersebut. Apalagi, protes dari keluarga para pekerja yang meninggal atau tidak mendapatkan haknya juga terus bermunculan di berbagai media.

Memang, sejumlah pemain atau offisial dari negara-negara yang bertanding di Piala Dunia tetap mengumandangkan protes atas hal ini. Denmark, misalnya, sengaja memakai jersey polosan yang menunjukkan protes akan pelanggaran tersebut. Selain itu, bek Inggris Erik Dier juga sempat mengaku antusiasmenya berkurang saat bertanding di ajang ini saat masalah-masalah tersebut belum terselesaikan.

“Kami kehilangan banyak (kegembiraan) itu. Tapi kami tidak bisa menyembunyikannya, akan salah jika mengabaikannya,” ucapnya sebagaimana dilansir dari Goal, (20/11/2022).

Tapi, nyatanya euforia Piala Dunia lebih kuat dari protes-protes tersebut. Laga-laga tetap berlangsung dengan meriah. Drama-drama sepak bola bakal terus membanjiri lini masa media sosial, dan akhirnya, protes-protes tersebut akan meredup dengan sendirinya saat ajang ini berakhir akhir Desember 2022 nanti. (Arie Widodo/E10)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: