Inibaru.id – Sebagai warga Kota Semarang yang dikenal jarang dilanda gempa, pengalaman merasakan goyangan gempa Cianjur yang terjadi pada Senin (21/11/2022) pukul 13:21 WIB cukup membuat saya merasa ngeri. Apalagi, saya sedang berada di lantai 12 sebuah gedung bertingkat.
Kursi yang saya duduki bergerak maju dan mundur, sejumlah gantungan terlihat bergoyang, lalu, sejumlah rekan berteriak karena melihat adanya retakan kecil pada tembok. Kami kemudian berlarian menuju tangga darurat untuk keluar gedung bersama dengan ratusan orang lainnya.
Apa yang kami lakukan sepertinya sudah cukup benar. Tapi, jika kita menilik ke prosedur penyelamatan diri saat gempa, ternyata salah. Yap, ternyata berlarian dan memenuhi tangga darurat untuk keluar gedung saat ada gempa sangat tidak disarankan.
“Ini salah kaprah. Orang kalau ada gempa langsung turun ke tangga darurat. Padahal, struktur tangga darurat didesain untuk kebakaran, bukannya antisipasi gempa,” ujar pemerhati konstruksi Endy Budyanto sebagaimana dilansir Detik, Kamis (3/8/2009).
Sementara itu, Ketua Dewan Pembina Ahli Konstruksi Indonesia (HAKI) Davy Sukamta menyarankan pemilik atau otoritas gedung nggak langsung meminta penghuni melakukan evakuasi begitu ada gempa. Alih-alih evakuasi, dia menyarankan penghuni gedung mencari perlindungan seperti di bawah meja dan menunggu guncangan gempa selesai.
“Tidak semua orang bisa bergegas berlarian ke tangga. Bagi para lansia misalnya, bisa jadi mereka akan terjatuh atau bahkan terkena serangan jantung jika harus melakukannya,” ucap Davy sebagaimana dilansir dari Kompas, Jumat (28/1/2022).
Nggak hanya itu, ternyata tangga adalah salah satu bagian dari bangunan dengan konstruksi paling lemah dari gedung. Jika ratusan orang berada pada tangga saat gempa berguncang, bisa jadi tangga tersebut akan ambruk karena beban yang berlebihan. Hal ini tentu akan memakan korban, bukan?
“Seharusnya tetap di tempat sampai gempa berhenti, baru keluar gedung,” saran Endy.
Tidak Semua Orang Memahami Sesar-Sesar Gempa Aktif
Dari pemahaman tentang prosedur penyelamatan diri saat gempa saja, terlihat jelas jika kita, termasuk saya, masih memiliki pemahaman yang rendah. Padahal, kita tinggal di negara dengan frekuensi gempa yang cukup tinggi di dunia. Yang lebih ironis, kebanyakan orang di Tanah Air sepertinya juga baru kali ini mengerti tentang Sesar Cimandiri, sesar yang menjadi pemicu gempa yang menurut laporan Solopos, Selasa (22/11) dini hari sudah memakan korban jiwa 162 orang tersebut.
“Diduga (gempa Cianjur) merupakan pergerakan dari Sesar Cimandiri,” ucap Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati sebagaimana dilansir dari Detik, Senin (21/11).
Kebanyakan orang yang tinggal di Pulau Jawa berpikir jika potensi gempa dan tsunami hanya bakal terjadi di pesisir selatan saja. Padahal, gempa-gempa darat berpotensi terjadi dan memicu kerusakan sebagaimana yang terbukti di Cianjur dan sekitarnya.
Masalahnya, apakah masyarakat Jawa Barat sebelumnya sudah tahu keberadaan Sesar Cimandiri yang memanjang dari Pelabuhan Ratu sampai Padalarang ini? Selain itu, apakah warga Bandung dan sekitarnya juga tahu tentang Sesar Lembang yang juga berpotensi menyebabkan gempa besar di kemudian hari?
Memang, selepas gempa Cianjur menerjang, Badan Nasional Penanganan Bencana (BNPB) mengeluarkan imbauan kepada warga untuk segera melakukan pengecekan struktur bangunan demi mencegah kerusakan parah andai gempa kembali lagi. Tapi, sampai kapan imbauan ini bakal diseriusi dengan cara pembuatan aturan yang tegas?
Apalagi, sejumlah pakar sudah memastikan bahwa dua kota besar di Jawa, yaitu Bandung dan Jakarta, dilewati sesar yang menyimpan bom waktu yang bisa meledak kapan saja, yaitu Sesar Baribis dan Sesar Lembang. Tanpa adanya edukasi, mitigasi, serta persiapan yang tepat, bisa jadi skala kerusakan yang terjadi dan jumlah korban yang berjatuhan bakal mengerikan jika gempa yang dikhawatirkan tersebut benar-benar terjadi.
Gempa besar bukan hal yang jarang terjadi di Tanah Air. Bahkan, bisa dikatakan, setiap tahun kita mengalami hal ini. Sudah saatnya pemahaman tentang bencana ini perlu diseriusi semua pihak, karena pada tahun-tahun yang akan datang, gempa siap kembali menerjang tanpa permisi. (Arie Widodo/E10)