Inibaru.id – Tinggal hitungan hari, kita akan merayakan hari raya Iduladha 2024. Pada hari tersebut dan beberapa hari setelahnya, biasanya stok daging akan melimpah di dapur. Kamu juga akan lebih mudah menemukan tusuk satai di sana.
Omong-omong soal tusuk satai, ada satu wilayah di Kabupaten Jepara, Jawa Tengah yang sudah populer jadi produsen tusuk satai. Wilayah tersebut adalah Desa Kendengsidialit, Kecamatan Welahan. Salah seorang produsen tusuk satai yang bisa kamu datangi di sana adalah Bonasih.
Ketika memasuki halaman rumah perempuan berusia 50 tahun tersebut, bakal terlihat cukup banyak potongan bambu yang tengah dijemur. Begitu melirik dekat dengan dinding rumahnya, kamu bakal melihat ribuan tusuk satai berjejer dengan berbagai variasi ukuran.
Tusuk-tusuk satai ini dia garap sendiri dari awal. Potongan bambu dia gergaji agar jadi batang yang lebih tipis. Setelah itu, dia memotong-motongnya dengan golok dan pisau menjadi tusuk sate yang tipis namun cukup kuat untuk ditusukkan ke daging. Proses penjemuran tusuk satai yang sudah dia garap sebelumnya bakal membuat kadar air di dalam tusuk satai berkurang dan akhirnya membuatnya jadi lebih kuat.
Biasanya, Bonasih hanya membuat dua ribu atau tiga ribu tusuk satai dalam sehari. Tapi, dalam beberapa hari terakhir, dia menambah produksi satai tusuknya hampir 100 persen.
“Permintaan tusuk satai menjelang Iduladha naik. Akhirnya saya kebut per hari empat ribu tusuk,” ujarnya sebagaimana dilansir dari Murianews, Sabtu (8/6/2024).
Sebagaimana hukum ekonomi, seiring dengan meningkatnya permintaan, harga dari suatu barang juga akan ikut naik. Hal inilah yang dirasakan Bonasih. Jika biasanya dia hanya bisa mendapatkan harga Rp6.500 sampai Rp7.000 untuk setiap seribu tusuk satai yang dia jual, kini dia bisa menjualnya sedikit lebih mahal.
“Di hari biasa Rp6.500, kalau lagi mahal Rp7 ribu. Tapi jelang Iduladha ini, saya jual Rp8 ribu,” lanjutnya.
Selain kuat, ada hal lain yang bikin tusuk-tusuk satai buatan Bonasih terus dicari, yaitu bisa dipakai untuk menusuk berbagai macam makanan seperti sempolan dan bakso. Oleh karena itulah tusuk satainya nggak hanya dicari saat stok daging melimpah seperti Iduladha sekarang ini.
Tusuk-tusuk satai ini dia jual di pasar desa. Meski begitu, banyak pula orang yang datang langsung ke rumah untuk membelinya. Yang pasti, meski pekerjaannya cukup menguras tenaga dan waktu, Bonasih bahagia karena tusuk-tusuk satainya nggak pernah sepi pembeli. Kamu sudah ada stok tusuk sate belum, Millens? (Arie Widodo/E10)
