BerandaHits
Sabtu, 31 Okt 2025 13:01

Pentaskan Ketoprak untuk Peringati Dies Natalis ke-68, Rektor Undip Jadi Pangeran Diponegoro

Sosok Pangeran Diponegoro (dua dari kiri) diperankan oleh Rektor Undip Prof Suharnomo. (Humas Undip)

Bertajuk Banjaran Diponegoro, ketoprak dalam rangka Dies Natalis ke-68 Universitas Diponegoro mengangkat perjalanan hidup pemimpin Perang Jawa, Pangeran Diponegoro, yang diperankan oleh Rektor Undip Prof Suharnomo.

Inibaru.id - Lampu di sekitar area panggung yang mendadak temaram membuat suasana Gedung Prof Sudarto SH Semarang seolah kembali ke masa lalu, tepatnya saat Pangeran Diponegoro masih menjadi suluh bagi perjuangan melawan kolonialisme Belanda di Tanah Jawa.

Sorak sorai penonton pun menggema di gedung yang berlokasi di pusat Kampus Universitas Diponegoro (Undip), Kecamatan Tembalang, Kota Semarang itu ketika sekelompok dosen dan pimpinan Undip naik panggung dengan bertransformasi menjadi tokoh-tokoh sejarah pada abad ke-18 tersebut.

Begitulah gambaran pergelaran Ketoprak Banjaran Diponegoro yang disutradarai Sunarno dari kelompok kesenian legendaris di Kota Lunpia, Ngesti Pandawa. Pentas yang berlangsung pada Rabu (29/10) malam ini digelar sebagai bagian dari rangkaian Dies Natalis ke-68 Undip.

Nggak hanya menghadirkan nostalgia, produksi yang dipimpin dosen Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Undip Laura Andri itu juga merupakan ajang refleksi nilai perjuangan, nasionalisme, dan kebangsaan; yang menampilkan kisah Pangeran Diponegoro dari kecil hingga memimpin Perang Jawa melawan Belanda.

Rektor Undip sebagai Pangeran Diponegoro

Lakon Pangeran Diponegoro diperankan oleh Rektor Undip Prof Suharnomo yang tampil kharismatik dengan balutan jubah dan surban serba putih khas pahlawan nasional kelahiran Yogyakarta, 11 November 1785 itu.

Di hadapan tribun yang penuh sesak oleh sivitas akademika dan masyarakat umum tersebut, Suharnomo menyampaikan apresiasi mendalam kepada panitia dari Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Undip atas terselenggaranya acara budaya yang spektakuler itu.

“Saya berterima kasih kepada para panitia. Dengan ilmu, hidup menjadi lebih mudah. Dengan agama, hidup menjadi terarah. Dengan seni, hidup menjadi indah," tuturnya filosofis.

Melalui pergelaran ini, guru besar bidang Manajemen SDM berusia 55 tahun itu berharap semangat keluarga besar Undip untuk menghargai dan melestarikan budaya Nusantara semakin kuat dan menjadi karakter dasar di salah satu kampus negeri terbaik di Indonesia ini.

Sementara itu, Dekan FIB Undip sekaligus Ketua Panitia Prof Alamsyah menegaskan bahwa pergelaran ini nggak hanya berfungsi sebagai hiburan, tapi juga sarana edukasi dan refleksi nilai-nilai perjuangan, nasionalisme, serta keluhuran budaya Jawa yang menjadi warisan adiluhung bangsa.

"Kisah Pangeran Diponegoro yang diangkat kali ini merupakan simbol keteguhan moral, keberanian melawan kezaliman, dan pengabdian kepada rakyat; nilai-nilai yang sejalan dengan semangat Universitas Diponegoro," sebutnya.

Jalannya Ketoprak 'Banjaran Diponegoro'

Para pemain dalam pertunjukan ketoprak Banjaran Diponegoro. (Humas Undip)

Malam itu, panggung Gedung Prof Sudarto SH benar-benar berubah menjadi ruang teatrikal yang penuh emosi sejak kemunculan Raden Mas Mustahar kecil (kelak menjadi Pangeran Diponegoro) dari Keraton Mataram yang menyaksikan penderitaan rakyat akibat penindasan pajak.

Terlahir dari pasangan Gusti Raden Mas Suraja (Hamengkubuwono III) dan RA Mangkarawati, dia tumbuh dengan perangai cerdas, rendah hati, dan religius; yang kemudian dikenal sebagai Ontowiryo setelah beranjak dewasa, yang digambarkan menolak ajakan keluarganya untuk hidup di istana.

Pangeran Diponegoro memilih tinggal di Tegalrejo, hidup bersama rakyat dan menentang penindasan kolonial. Konflik mencapai puncaknya ketika Residen Belanda Hendrik Smissaert bersekongkol dengan Patih Danurejo yang membangun jalan yang menembus makam leluhur, yang memicu konflik.

Pertempuran pun pecah. Pasukan Belanda di bawah Jenderal De Kock menghadapi pasukan Diponegoro yang dipimpin para pengikutnya seperti Sentot Prawirodirjo, Kiai Mojo, dan Pangeran Mangkubumi. Setelah pertempuran di Tegalrejo, Diponegoro mundur ke Goa Selarong dan bersumpah untuk terus berjuang.

Sadumuk batuk sanyari bumi ditotohi pecahing dodo wutahing ludiro, ditohi tekan pati (Sejengkal tanah pun akan diperjuangkan sampai tetes darah terakhir)!” seru Diponegoro dalam pentas, yang segera disambut tepuk tangan para penonton.

Diperankan Sejumlah Guru Besar

Selain rektor, sejumlah guru besar Undip dan sivitas akademika juga turut ambil peran dalam pergelaran ketoprak Banjaran Diponegoro ini. Berikut adalah para pemeran ketoprak tersebut:

  • Prof Edy Rianto sebagai Buminoto
  • Prof Mohamad Nasir sebagai Pangeran Adinegoro
  • Prof Endang Larasati S sebagai Gusti KRA Ageng
  • Prof Agus Indarjo sebagai Kiai Mojo
  • Prof Heru Susanto sebagai Sentot Prawirodirjo
  • Prof Mohammad Djaeni sebagai Jenderal De Kock
  • Prof Adian Fatchur Rochim sebagai Purboyomangkubumi
  • Wijayanto sebagai Raden Mas Mustahar (Ontowiryo)
  • Prof Purwanto sebagai Raden Mas Surojo
  • Prof Bambang Waluyo Hadi Eko P sebagai Residen Hendrik Smissaert

Suasana panggung pun semakin hidup dengan kehadiran dua bintang tamu, yakni Gareng dan Said "Bajaj Bajuri" yang memancing gelak tawa lewat improvisasi khas mereka.

Buat yang kemarin sempat nonton ketoprak ini, akting mereka di atas panggung gimana, nih? Sudah oke atau mending menjadi pengajar saja, Gez? Ha-ha. Anyway, selamat ulang tahun, Undip; dirgahayu! (Siti Khatijah/E10)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Rampcheck DJKA Rampung, KAI Daop 4 Semarang Pastikan Layanan Aman dan Nyaman Jelang Nataru

4 Des 2025

SAMAN; Tombol Baru Pemerintah untuk Menghapus Konten, Efektif atau Berbahaya?

4 Des 2025

Ketua DPRD Jateng Sumanto Resmikan Jalan Desa Gantiwarno, Warga Rasakan Perubahan Nyata

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: