Inibaru.id – Pernyataan Presiden Prabowo saat menggelar konferensi pers bersama dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron pada Rabu (28/5/2025) di Istana Merdeka, Jakarta, memicu kontroversi. Maklum, dia menyebut Indonesia mengaku bakal membuka hubungan dengan Israel jika negara Palestina diakui oleh Israel.
“Begitu negara Palestina diakui oleh Israel, Indonesia siap untuk mengakui Israel dan kita siap untuk membuka hubungan diplomatik dengan Israel,” ungkap Presiden Prabowo kala itu.
Lebih dari itu, Presiden Prabowo juga memastikan bahwa Indonesia konsisten mendukung two state solution alias solusi adanya dua negara, yaitu Israel dan Palestina yang hidup berdampingan dengan damai di sana.
Pernyataan ini sontak mendapatkan pro dan kontra di media sosial. Banyak yang menyayangkan pernyataan Presiden Prabowo nggak tepat, yaitu saat puluhan ribu rakyat Gaza sudah tewas akibat terus dibombardir milisi Israel dalam dua tahun belakangan.
Salah satu yang menyayangkan ucapan presiden tentang adanya kemungkinan Indonesia membuka diplomasi dengan Israel ini adalah Imam Ali, warga Kabupaten Semarang yang mengaku memilih Prabowo sebagai presiden pada Pemilu 2024 lalu dan bahkan merekomendasikannya ke murid-murid dari tempat pengajiannya yang sudah memiliki hak pilih.
“Saya kecewa pernyataan itu muncul saat masyarakat Palestina sedang sangat menderita seperti ini. Padahal jutaan warga Indonesia sudah tegas mendukung kemerdekaan Palestina dan memprotes aksi genosida di sana. Ada yang sampai repot-repot memboikot produk yang dianggap mendukung Israel, lo,” ungkap Imam pada Kamis (29/5/2025).
Imam mungkin hanyalah masyarakat biasa yang merasa berhak mengkritik presidennya karena dulu memilihnya dalam kontestasi Pilpres tahun lalu. Namun, dia nggak sendirian, karena banyak pengamat politik yang juga menyayangkan pernyataan itu.
Salah satunya adalah Nur Hidayat Sardini, pakar politik dari Universitas Diponegoro Semarang. Dia juga menilai pernyataan Presiden Prabowo untuk membuka peluang Indonesia menjalin hubungan dengan Israel sebagai hal yang terlalu dini.
Alasannya, Nur Hidayat menyebut Israel bukan negara yang bisa dipegang komitmennya atau menunjukkan niat baik untuk menjaga perdamaian. Dia juga menyebut sejak 1948, Israel sudah merampas tanah Palestina dan terus melakukan pelanggaran hak-hak asasi manusia terhadap rakyat Palestina.
“Israel itu nggak bisa dipegang kata-katanya, selalu ingkar janji. Bahkan, PBB yang sudah mengeluarkan resolusi berkali-kali nggak diindahkan juga,” ucap Nur Hidayat sebagaimana dinukil dari Kompas, Kamis (29/5).
Ketimbang membuat pernyataan membuka peluang menjalin hubungan diplomatik terhadap Israel, Nur Hidayat menyarankan pemerintah untuk menunggu dulu.
“Jangan sampai Indonesia memberikan celah dukungan, sekecil apa pun, yang bisa dimaknai sebagai dorongan ke arah yang belum tentu sesuai dengan kepentingan nasional dan prinsip politik luar negeri Indonesia,” sarannya.
Menurutmu, bagaimana pernyataan Presiden Prabowo yang membuka peluang hubungan diplomatik Indonesia dengan Israel jika Palestina diakui kemerdekaannya ini, Millens? (Arie Widodo/E10)
