BerandaHits
Selasa, 5 Feb 2018 09:59

Tahun Baru Imlek: Barongsai yang Mampu Satukan Perbedaan

Barongsai dalam perayaan Imlek. (Tribunnews.com)

Setelah pemerintah mengizinkan perayaan Imlek pada 9 April 2001 dan resmi jadi Hari Libur Nasional pada 2003, perayaan Imlek menjadi salah satu tradisi di Indonesia yang paling banyak menyedot perhatian masyarakat, kendati isu SARA belum bisa benar-benar hilang. Seni dan budayalah yang kemudian diandalkan sebagai pemersatu. Mampukah?

Inibaru.id – Kalau hidup pada Zaman Orde Baru (1968-1999), mungkin kamu nggak bakal kenal meriahnya Tahun Baru Imlek seperti sekarang ini, Millens. Yap, waktu itu budaya Tionghoa memang dilarang, termasuk perayaan pergantian tahun masyarakat Tionghoa tersebut.

Namun, itu dulu. Sejak Presiden Gus Dur mencabut Inpres Nomor 14/1967 pada 2000 dan mengeluarkan Kepres No 19/2001 pada 9 April 2001, Imlek mulai bisa dirayakan di Indonesia. Bahkan, Presiden Megawati menjadikan Imlek sebagai Hari Libur Nasional mulai 2003. Masyarakat pun kini bebas merayakan pergantian tahun tersebut.

Nggak hanya masyarakat keturunan Tionghoa yang heboh, warga setempat yang nggak merayakannya pun turut menikmati keriuhannya.

Nah, menjelang perayaan Tahun Baru Imlek seperti sekarang ini, pernak-pernik Imlek bisa dipastikan sudah dipajang. Sementara, kelenteng juga terlihat telah melakukan persiapan, termasuk penampilan barongsai yang selalu identik dengan tradisi yang biasanya digelar hingga berminggu-minggu tersebut.

Eh, kendati identik dengan budaya Tionghoa, atraksi barongsai nggak semuanya dimainkan warga "keturunan" lo, Millens. Tradisi itu kini semakin melebur ke masyarakat. Jadi, wajarlah kalau ada banyak warga "pribumi" yang juga tertarik bermain barongsai.

Baca juga:
Menguak Misteri di Balik "Rock Balancing"
Tim-tim yang Akan Bertarung di Semifinal Piala Presiden 2018

Roni Trisandi, misalnya. Pemain barongsai yang merupakan pelajar SMK Dr Cipto Semarang ini mengaku tertarik bermain barongsai karena gerakan barongsai yang dinilai atraktif. Jadi, nggak ada hubungannya dengan ras, keturunan, atau kepercayaan yang dia anut. 

Liukan barongsai di atas tonggak dengan iringan genderang menggugah minat Roni untuk mempelajarinya. Dia pun mulai menggeluti salah satu cabang olahraga yang masuk dalam PON XIX ini sejak kelas 7 SMP.

Sejatinya, Roni sudah niat bergabung dengan para pemain barongsai sejak SD, tapi nggak diizinkan. Orang tua Roni takut anaknya cedera. Namun, dia akhirnya bisa meyakinkan orang tuanya. Setelah diizinkan, Roni pun bergabung dengan Sasana Koi Suci Semarang.

Berbaur dengan komunitas yang didominasi masyarakat Tionghoa membuat Roni harus menyesuaikan diri, termasuk saat ada ritual keagamaan sebelum tampil.

“Kalau masalah ritual ya saya ikut ritual ke kelenteng tapi saya berdoa sesuai agama saya,” ujar laki-laki kelahiran 1999 itu.

Bagi Roni, ini nggak masalah. Dia menghormati tradisi yang ada dalam permainan barongsai. Menurutnya, barongsai adalah olahraga sekaligus seni yang harus dijaga. Nah, karena itu dia nggak mempermasalahkan bila terlibat dengan tradisi Tionghoa yang menjadi asal muasal barongsai.

Pelatih Sasana Koi Suci Semarang, Herry Chandra Irawan, pun sependapat dengan Roni. Dia nggak pernah menyoal siapa yang akan bergabung dengan tim barongsai yang dia latih. Menurutnya, barongsai adalah sebuah kesenian, jadi nggak cuma untuk masyarakat Tionghoa.

“Masyarakat kita salah kaprah memaknai barongsai adalah milik kami, padahal barongsai itu salah satu kesenian sekaligus cabang olahraga,” ujar pria yang dikenal sebagai pemerhati barongsai tersebut.

Baca juga:
Deteksi Dini Penyakit pada Sapi dengan Pemindai Wajah Sapi
Tembus 3 Juta Penonton, Sekuel "Dilan" Akan Tayang Tahun Depan

Disambut Baik

Keikutsertaan Roni dan masyarakat lokal dalam komunitas barongsai juga disambut baik wakil ketua Sasana Koi Suci, Gunawan Herry Chandra. Gunawan mengungkapkan, pihaknya nggak mempermasalahkan suku, ras, maupun agama untuk bergabung dalam komunitas.

“Kami membuka pintu lebar-lebar bagi semua orang yang pengin ikut barongsai,” kata laki-laki kelahiran Semarang tersebut. Hm, syahdu!

Ya, begitulah. Jika kita terus memperdebatkan perbedaan dari dua hal berbeda itu, jurang perbedaan tentu bakal terus menganga. Namun, kalau ada satu saja kesamaan dan terus kita pupuk keberadaannya, perbedaan keduanya itu pastilah nggak bakal ada artinya. Setuju, Millens(IF/GIL)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: