BerandaHits
Kamis, 21 Feb 2018 19:19

Erupsi Bertubi-tubi Sinabung setelah “Tidur” Panjang

Letusan Gunung Sinabung pada Senin (18/2/2018) mencapai berkilo-kilo meter di atas puncak gunung. (Reuters.com)

Gunung Sinabung pernah “tidur” panjang lebih dari 400 tahun. Namun, setelah bangun, ia kini terus "mengamuk". Yang terakhir, gunung jenis stratovolcano itu menyemburkan isi perutnya hingga beberapa kilometer tingginya.

Inibaru.id – Letusan dahsyat Gunung Sinabung pada Senin (18/2/2018) lalu membuat seluruh dunia terpana. Abu vulkanik menyembur tinggi, membumbung dari kawah letusan dengan ketinggian hingga lebih dari lima kilometer. Letusan yang terjadi pada pukul 08.53 WIB itu juga disertai luncuran awan panas hingga 4,9 kilometer ke arah selatan dan tenggara serta 3,5 kilometer ke arah tenggara dan timur.

Awan panas bersuhu antara 600-800 derajat Celsius juga terlihat menuruni lereng gunung. Saat itu, angin bertiup ke barat dan selatan. Letusan selama 607 detik itu disertai suara gemuruh kencang yang terdengar hingga ke kota tetangga, di antaranya Brastagi.

Baca juga:
Bambang Pamungkas Akan Menyanyikan Tembang Pucung dalam “Srikandi Nekat”
"Yowis Ben", Film Bayu Skak yang Bakal Bikin Kamu Kenal Kota Malang

Kepala Pusdatin Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho menyatakan bahwa ini merupakan kali pertama sejak 2015, Gunung Sinabung mengeluarkan letusan disertai gemuruh. Letusan tersebut bahkan sempat membuat sejumlah kecamatan di sekitar Sinabung gelap gulita laiknya malam hari.

(Gettyimages.com/Endro Rusharyanto)

Begitu pekatnya abu vulkanik yang dimuntahkan Sinabung sehingga mentari pagi itu bahkan nggak mampu menembusnya. Setidaknya ada lima kecamatan yang mengalami kegelapan sementara tersebut. Nggak cuma gelap, kelima kecamatan di Kabupaten Karo itu juga dihujani abu dengan parah.

“Jarak pandang hanya sekitar 2-5 meter. Yang paling parah ya di 5 kecamatan itu,” ujar Martin Sitepu, Kepala BPBD Karo, seperti ditulis Viva.co.id, Selasa (20/2), "Kelimanya adalah Kecamatan Simpang Empat, Payung, Tiga Nderket, Naman Teran, dan Munthe."

Selain gelap, lanjut Martin, batuan kecil juga menghujani kecamatan tersebut. Namun, lantaran sudah dikosongkan sebelum situasi memburuk, nggak ada korban jiwa di sana.

"Tapi, pada siang hari warga sudah mulai beraktivitas kembali," terangnya.

Tidur Panjang

Sinabung yang tetiba menggeliat pada 2010 lalu sempat menggegerkan Indonesia. Bersama Gunung Sibayak di dekatnya, gunung setinggi 2.451 meter itu memang berstatus gunung berapi aktif. Namun, gunung yang berlokasi di Dataran Tinggi Karo, Kabupaten Karo, Sumatera Utara, tersebut sudah nggak pernah meletus sejak 1600. 

Inilah yang membuat Sinabung dikategorikan sebagai gunung strato tipe B. Nggak ada yang menyangka Sinabung pada akhirnya bangun dari tidur panjangnya pada 27 Agustus 2010. Letusannya kala itu dikategorikan dalam tipe freatik yang diikuti jatuhan abu vulkanik. Nah, karena terus-menerus aktif, status Sinabung pun kemudian diubah menjadi tipe A.

Anak-anak sekolah dasar memandangi awan raksasa dari letusan gunung. (Ap.org/Sarianto)

Anak-anak SD memandangi awan raksasa dari letusan gunung. (Ap.org/Sarianto)

Letusan terakhir Sinabung sebelum Senin lalu terjadi pada September 2013. Letusan pertama terjadi pada 15 September dini hari, disusul letusan pada sorenya. Kemudian, pada 17 September kembali terjadi dua kali letusan pada siang dan sore hari. Baru pada 29 September status Sinabung diturunkan dari Awas menjadi Waspada.

Baca juga:
Cara Bermedsos yang Menguntungkan
Untuk Kali Pertama Film Korea Raih Penghargaan BAFTA

Seperti ditulis Liputan6.com (2/10/2017), dari 2013 hingga Oktober 2017, setidaknya sudah ada 2.314 kali erupsi terjadi, dengan letusan tertinggi kolom abu mencapai 11 kilometer. Secara keseluruhan, sebanyak 28 jiwa meninggal dunia akibat awan panas Sinabung.

Dari 2017 hingga kini erupsi Sinabung juga masih terus terjadi, termasuk yang terakhir pada Senin lalu dengan kekuatan cukup tinggi.

Jadi, Sinabung, kapan kau bakal tidur lagi? (AYU/GIL)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: