BerandaHits
Minggu, 28 Mar 2020 09:10

Menyemangati Para Pahlawan Pandemi Corona Bermesin Jahit

Para siswa menjahit pakaian APD di Gedung BLK Disnaker Kota Semarang. (Inibaru.id/ Audrian F)

Fela bersama puluhan siswa pelatihan BLK lain berjibaku menjahit APD. Meski ini juga dinilai ujian, tapi jauh di dalam lubuk hati mereka perasaan bangga karena dapat berkontribusi di tengah wabah corona membahana.

Inibaru.id - Perempuan muda itu tengah asyik menjahit Polypropylene Spundbond. Bahan itulah yang dianggap paling tepat untuk membuat Alat Pelindung Diri (APD). Ya, perempuan bernama Fela Lulu itu bersama puluhan rekannya di Balai Latihan Kerja sedang "merakit" baju pelindung untuk para dokter dan perawat.

Dia mengaku sudah ikut pelatihan di BLK yang beralamat di Jalan Slamet Riyadi ini sejak Februari. Baginya, pembuatan APD ini sama sekali nggak terduga. Maklum, sebelum corona melanda Fela dan siswa lainnya hanya dilatih menjahit baju-baju biasa.

“Sebetulnya nggak lebih susah sih. Lebih gampang menurut saya,” kata Fela, Jumat (27/3).

Proses menjahit pakaian APD. (Inibaru.id/ Audrian F)<br>

Karena termasuk materi luar biasa, saya bertanya mengenai upah yang akan didapat Fela dari menjahit APD. Nggak disangka, jawaban perempuan ini membuat saya salut.

"Kami niatnya belajar. Tata busana kan memang bikin baju, kebetulan ada Covid-19. Jadi, kami ujian sekaligus membantu membuat APD ini,” terangnya.

Fela dan rekan-rekannya bekerja di bawah pengawasan pembimbing. Mereka mulai dengan mencetak dan memotong bahan. Ada dua ukuran yang menjadi standar yaitu L dan XL. Meski baru mulai menjahit APD sejak Selasa (24/3), mereka tampak piawai.

Kata Kepala Dinas Tenaga Kerja Sutrisno, pihaknya selalu mengawasi pekerjaan para siswa. Semua harus sesuai ketentuan agar nggak sia-sia.

Dari 6 gulungan bahan berbagai warna yang ada, sudah 137 APD yang jadi. "Totalnya mungkin 224," ucapnya.

Rozikin mencoba memberi bimbingan kepada peserta untuk mencetak pakaian APD. (Inibaru.id/ Audrian F)<br>

Saya lalu mendekati Rozikin, sang pembimbing. Dia sedang memberi arahan kepada seorang siswa yang hendak mencetak pola APD.

“Itu juga desain yang sesuai standar nasional," kata Rozikin "Setelah dapat desain dan saya praktikkan, akhirnya saya terangkan kepada para peserta pelatihan."

Laki-laki ini menjelaskan ketika gulungan datang langsung dicetak membentuk pola. Dalam satu gulungan jumlah polanya pun nggak tentu. Bisa mencapai 39 sampai 50 tergantung ukuran dan bagian APD yang diinginkan.

Selain sarung tangan dan masker, semua bagian APD dibuat di sini seperti pelindung badan, topi dalam dan luar serta pelindung sepatu. Nggak kebayang bagaimana rasanya memakai atribut APD lengkap selama 8 jam seperti para dokter dan perawat.

Salah seorang peserta pelatihan BLK yang sedang menjahit pakaian APD. (Inibaru.id/ Audrian F)<br>

“Bisa dibilang pekerjaan ini lumayan berat. Soalnya pakaian APD ini termasuk besar. Ditambah deadline waktu juga,” ungkap Rozikin.

Meskipun cukup berat, Rozikin dan siswa bimbingannya harus rela jika APD dibuang setelah dipakai sesuai anjuran yang berlaku.

Seenggaknya inilah yang bisa orang-orang di BLK lakukan untuk membantu melawan corona. Untuk mereka, mari angkat topi! (Audrian F/E05)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024