BerandaHits
Sabtu, 28 Nov 2025 11:01

Mengintip Tren Baru Anak Muda Korea Menjalankan Agama; Lebih Santai, Lebih Digital

Salah seorang biksu menjalankan ceramah digital lengkap dengan avatar yang menarik. (Koreaherald/Chzzk)

Ada gereja di dekat tempat nongkrong populer di Seoul, ada juga biksu yang sering live streaming dengan avatar lucu. Unik banget deh praktik beragama yang dilakukan Gen Z Korea.

Inibaru.id - Kalau kamu membayangkan praktik beragama di Korea Selatan itu selalu khusyuk, tradisional, dan jauh dari hiruk-pikuk budaya pop, mungkin kamu perlu update info. Di kalangan anak muda Gen Z Korea, tren beragama justru lagi berubah banget. Ibadahnya jadi lebih digital, lebih kasual, dan pastinya lebih dekat dengan dunia yang mereka akrabi seperti K-pop, meme, hingga nightlife.

Fenomena ini muncul karena semakin banyak anak muda Korea yang memilih tidak terikat agama tertentu. Menurut sebuah survei nasional pada 2024, mayoritas warga Korea berusia 20-an mengaku tidak punya afiliasi agama. Tapi bukan berarti mereka kehilangan rasa spiritual sama sekali.

Menyadari adanya perubahan ini, komunitas keagamaan di Korea Selatan pun kini ramai-ramai berinovasi biar tetap nyambung dengan generasi yang tumbuh bersama media sosial.

Dari Vtuber Biksu Sampai Ritual untuk Bias K-pop

Salah satu tren paling unik datang dari komunitas Buddhis. Kamu mungkin susah membayangkan biksu tampil sebagai avatar dua dimensi ala anime, tapi itulah yang dilakukan seorang biksu muda bernama Bulbeob. Ia muncul di platform streaming dengan avatar digital berwajah lembut dan jubah melayang, lengkap dengan ekspresi yang bergerak secara real time.

Dalam sesi livestream-nya yang berisi ceramah keagamaan, komentar-komentar kocak sering bermunculan. Ada yang bertanya, “Ini ceramah beneran nggak sih? Bisa aku kasih lihat ke nenekku?” dan avatar sang biksu menjawab santai, “Bener kok. Silakan dibagi.”

Dalam wawancara singkat, Bulbeob mengaku idenya muncul setelah melihat meme dari film animasi K-pop. “Waktu lihat orang-orang bikin altar untuk idol fiksi, aku mikir, ‘Kenapa nggak kita bikin versi Buddhisnya?’” ujarnya sebagaimana dinukil dari Koreaherald, Sabtu (15/11/2025).

Ritual untuk bias yang dilakukan biksu Bulbeob. (Koreaherald/Chzzk)

Biar semakin relate dengan kehidupan anak muda, Bulbeob bahkan pernah mengadakan ritual jenaka untuk bias kesayangan. Walaupun terdengar nyeleneh, pendekatan ini dianggap berhasil bikin ajaran agama terasa lebih dekat.

“Tujuanku sederhana: bikin orang merasa bahwa biksu pun bisa didekati, diajak ngobrol santai,” tambahnya.

Gereja Rasa Tempat Nongkrong di Tengah Hongdae

Perubahan juga terjadi di kalangan Kristen. Di distrik Hongdae, area yang identik dengan bar, tempat nongkrong, dan keramaian malam, ada sebuah gereja yang berlokasi di eks sebuah klub. Lucunya, lampu kelap-kelip, pengeras suara, hingga atmosfer layaknya konser kecil tetap dipertahankan di lokasi tersebut.

“Aku ingin gereja ada di tempat di mana anak muda menikmati hidup. Kalau mereka nyaman nongkrong di Hongdae, ya ke sanalah kami pergi,” ucap Pendeta Nam Been, pendiri gereja tersebut.

Ia sadar metode gerejanya dianggap terlalu “sekuler” oleh sebagian kalangan. Tapi ia menegaskan bahwa pesan yang disampaikan tetap sama, dan yang berubah cuma cara penyampaiannya.

Seorang jemaat muda pun menceritakan pengalamannya saat hadir di gereja tersebut, “Rasanya kayak datang ke gig kecil, tapi pulang-pulang dapat sesuatu buat direnungkan.”

Spiritual Tapi Tidak Formal

Baik biksu virtual maupun gereja “eks-klub” itu sama-sama menunjukkan satu hal: anak muda Korea belum kehilangan spiritualitas, mereka hanya ingin cara yang lebih autentik dan dekat dengan keseharian mereka. Makanya, banyak dari mereka kini menyebut diri sebagai kaum SBNR yang bermakna spiritual but not religious.

Meski anak-anak muda ini nggak memutuskan untuk menganut agama tertentu bahkan setelah mendengarkan ceramahnya, biksu Bulbeob mengaku nggak masalah. Dia hanya ingin ceramahnya bisa membantu anak-anak muda ini hidup dengan tenang.

“Kalau kalian merasa gelap, cukup biarkan aku mendorong sedikit agar kalian melihat cahaya,” ungkapnya di salah satu sesi livestream-nya.

Nggak nyangka banget ya, Gez, ternyata tren beribadah kaum Gen Z di Korea Selatan bisa seunik dan sesantai ini. (Arie Widodo/E07)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: