BerandaHits
Sabtu, 23 Agu 2024 16:30

Mengenal Nenek Reza Rahadian: Fransisca Fanggidaej, Sang Pejuang yang Diasingkan

Mengenal Nenek Reza Rahadian: Fransisca Fanggidaej, Sang Pejuang yang Diasingkan

Fransisca Fanggidaej (duduk di kursi), saat tinggal di Belanda dan bertemu anak-anaknya. (Bbc)

Ternyata, nenek Reza Rahadian adalah seorang pejuang yang berjasa dalam masa perang mempertahankan kemerdekaan. Nama sang nenek adalah Fransisca Fanggidaej.

Inibaru.id – Keberadaan Reza Rahadian yang ikut aksi unjuk rasa dan bahkan ikut berorasi menolak revisi UU Pilkada di depan gedung DPR menarik perhatian banyak orang. Apalagi, setelahnya sang aktor papan atas sempat diwawancarai media dan kemudian kembali ke lapangan untuk ikut Aksi Kamisan di depan Istana Negara.

Tapi, ternyata ada alasan mengapa Reza bisa ikut terjun menyuarakan kegelisahannya. Di tubuhnya ternyata ada darah pejuang yang diwariskan neneknya, Fransisca Fangidaej. Kita mungkin nggak banyak yang mengenalnya. Wajar, meski Fransisca punya banyak jasa untuk negara, di separuh hidupnya hingga akhir hayat, dia justru dicampakkan oleh pemerintah negeri ini.

FYI aja nih, Reza Rahadian Matulessy adalah putra dari Abdur Rahim asli Persia dan Pratiwi Widantini Matulessy. Nah, ibunya adalah keturunan dari Fransisca Fanggidaej, perempuan kelahiran Noel Mina yang punya keluarga besar asli Pulau Rote, Nusa Tenggara Timur.

Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya persis sehari setelah Fransisca genap berusia 20 tahun. Tapi, di usia semuda itu, dia sudah ikut berjuang mempertahankan kemerdekaan. Caranya dengan menjalankan siaran radio Gelora Pemuda di Madiun, Jawa Timur demi melawan propaganda NICA yang pengin kembali menguasai Indonesia.

Kegigihannya berjuang lewat media membuat namanya melambung sampai ke dunia internasional. Dia diundang untuk ikut Konferensi Pemuda di Praha pada 1947. Di sana, Fransisca membacakan pidato dengan tema “Solidaritas Bersama Rakyat yang Terjajah”. Sepuluh tahun kemudian, Fransisca pun menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong (DPR-GR) dan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS).

Nggak hanya aktif di sektor legislatif, Fransisca mendapatkan kepercayaan penuh oleh Presiden Sukarno. Makanya, dia jadi penasehat sang presiden saat Konferensi Asia Afrika II yang digelar di Aljazair pada 1964. Sayangnya, kedekatannya dengan Sang Putra Fajar juga yang jadi penyebab dia diasingkan dari Tanah Air.

Fransisca Fanggidaej bersama dengan Fidel Castro. (X/BonnieTriyana)

G30S/PKI terjadi pada September 1965, tepat saat Fransisca sedang melakoni tugas negara di Helsinki dan Chile. Meninggalkan 7 anaknya di Indonesia, dia dituding punya kedekatan dengan partai komunis sampai-sampai suaminya, Supriyo ditangkap begitu saja dan dihukum penjara tanpa pengadilan. Fransisca sendiri tiba-tiba dicabut paspornya oleh rezim yang berkuasa setelahnya yang dipimpin Suharto tanpa alasan yang jelas, selain hanya karena diduga terkait dengan PKI.

Sekitar 12 tahun setelah dipenjara, kakek Reza Rahardian dibebaskan. Tapi, tetap saja sang nenek, Fransisca, menjadi eksil yang terusir dari negeri asalnya. Sempat tinggal di Kuba, dan Tiongkok, dia akhirnya melanjutkan hidupnya di Belanda setelah diberi paspor sementara dari Fidel Castro, pemimpin revolusioner Kuba.

Sebagai seorang ibu, saya meninggalkan anak-anak saya yang waktu itu masih kecil. Ini bukan demi saya, tapi untuk keselamatan mereka,” ucap Fransisca dalam buku Pesindo, Pemuda Sosialis Indonesia 1945-1959 tulisan Norman Joshua Soelias.

Perjuangannya dalam ikut membantu mempertahankan kemerdekaan Indonesia memang dihapus oleh pemerintah Orde Baru. Tapi, catatan-catatan sejarah bagaimana dia aktif melawan propaganda NICA lewat radio, ikut dalam Kongres Pemuda Indonesia I pada November 1945, hingga jadi perwakilan negara di berbagai acara dan konferensi dunia menegaskan bahwa Fransisca sebenarnya adalah seorang pahlawan.

Pada 2003, barulah Fransisca Fanggidaej bisa pulang ke Indonesia setelah Presiden Gus Dur mengizinkan para eksil pulang ke Tanah Air. Dia akhirnya bisa kembali bertemu dengan keluarganya secara utuh, termasuk melihat cucunya, Reza Rahadian. Sepuluh tahun kemudian, Fransisca tutup usia. (Arie Widodo/E10)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Mengenal Getuk Kethek, Apakah Terkait dengan Monyet?

13 Apr 2025

Di Balik Mitos Suami Nggak Boleh Membunuh Hewan saat Istri sedang Hamil

13 Apr 2025

Kisah Kampung Laut di Cilacap; Dulu Permukiman Prajurit Mataram

13 Apr 2025

Mengapa Manusia Takut Ular?

13 Apr 2025

Nilai Tukar Rupiah Lebih Tinggi, Kita Bisa Liburan Murah di Negara-Negara Ini

13 Apr 2025

Perlu Nggak sih Matikan AC Sebelum Matikan Mesin Mobil?

14 Apr 2025

Antrean Panjang Fenomena 'War' Emas; Fomo atau Memang Melek Investasi?

14 Apr 2025

Tentang Mbah Alian, Inspirasi Nama Kecamatan Ngaliyan di Kota Semarang

14 Apr 2025

Mengenal Oman, Negeri Kaya Tanpa Gedung Pencakar Angkasa

14 Apr 2025

Farikha Sukrotun, Wasit Internasional Bulu Tangkis yang Berawal dari Kasir Toko Bangunan Kudus

14 Apr 2025

Haruskah Tetap Bekerja saat Masalah Pribadi Mengganggu Mood?

14 Apr 2025

Grebeg Getuk 2025 Sukses Meriahkan Hari Jadi ke-1.119 Kota Magelang

14 Apr 2025

Tradisi Bawa Kopi dan Santan dalam Pendakian Gunung Sumbing, Untuk Apa?

15 Apr 2025

Keindahan yang Menakutkan, Salju Turun saat Sakura Mekar di Korea Selatan

15 Apr 2025

Mereka yang Terlibat dalam Suap Putusan 'Onslag' Kasus Korupsi Minyak Goreng

15 Apr 2025

Harus Bagaimana Agar Ambulans Nggak Lagi Kena Tilang ETLE?

15 Apr 2025

Warga Semarang Sambut Gembira Penghapusan Denda Pajak Kendaraan

15 Apr 2025

Berasal dari Tradisi Eropa, Kelinci Paskah Jadi Simbol Kesuburan

15 Apr 2025

Alasan Sejumlah Asosiasi Jurnalis Menolak Program Rumah Subsidi Wartawan

16 Apr 2025

'Burning'; Ketika Ending Sebuah Film Justru Bikin Bingung Penontonnya

16 Apr 2025