BerandaHits
Minggu, 19 Apr 2025 16:20

Mengapa Kita Lebih Mudah Melihat Kesalahan daripada Kebaikan yang Pernah Diterima?

Ilustrasi membenci. (via Amanat)

Mengapa kita cenderung lebih cepat mengingat kesalahan seseorang dibandingkan kebaikan yang pernah ia berikan? Tulisan ini mengajak kita merenungkan bias dalam menilai orang lain dan pentingnya menjaga keadilan hati dalam relasi.

Inibaru.id - Pernahkah kamu merasa kecewa karena seseorang yang pernah kamu bantu justru lebih mudah mengungkit kesalahanmu daripada mengingat kebaikanmu? Atau sebaliknya, pernahkah kamu begitu fokus pada kesalahan orang lain, hingga lupa bahwa ia pernah hadir dalam hidupmu dengan kebaikan yang nyata?

Manusia memang cenderung memiliki bias negatif yaitu suatu kecenderungan psikologis di mana otak lebih cepat menangkap dan menyimpan pengalaman buruk dibandingkan pengalaman baik.

Ini adalah bagian dari mekanisme bertahan hidup: mengenali bahaya lebih penting demi keselamatan. Tapi dalam hubungan sosial, bias ini sering kali membuat kita tidak adil.

Kebaikan kadang nggak meninggalkan jejak sekuat luka. Ketika seseorang menyakiti kita, walau hanya sekali, rasa kecewa atau marah bisa menutupi ingatan akan semua kebaikan yang pernah ia lakukan. Kita terfokus pada satu titik gelap, lalu lupa pada cahaya yang pernah menyinari.

Namun, apakah adil menilai seseorang hanya dari kesalahannya? Apakah kesalahan itu benar-benar menghapus semua nilai baik dalam dirinya?

Pernah ditolong, tapi mengapa membenci karena hal sepele? (Freepik)

Merenungkan hal ini penting. Karena jika nggak, kita akan terus terjebak dalam siklus penghakiman. Kita akan mudah menuduh, sulit memaafkan, dan nggak punya ruang untuk menghargai proses tumbuh dan belajar dalam diri orang lain termasuk diri kita sendiri.

Cobalah untuk berhenti sejenak ketika rasa kecewa datang. Tanyakan pada diri sendiri: apakah aku menghakimi karena aku benar-benar terluka, atau karena aku lupa bahwa orang ini juga manusia, sama sepertiku, yang bisa berbuat salah dan benar?

Mengingat kebaikan nggak berarti menoleransi kesalahan, tetapi itu adalah cara untuk menjaga hati tetap jernih dalam menilai. Dan barangkali, dengan begitu, kita bisa memperlakukan orang lain seperti yang kita harapkan saat kita sendiri melakukan kesalahan: dengan pengertian, bukan penghakiman.

Karena pada akhirnya, ukuran kedewasaan bukan hanya tentang seberapa cepat kita bisa menemukan kesalahan orang lain tapi seberapa jauh kita bisa menghargai kebaikannya, meski di tengah kecewa. (Siti Zumrokhatun/E05)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: