BerandaHits
Sabtu, 16 Sep 2022 11:00

Mengapa Banyak Biduan Dangdut dari Jawa Timur?

Via Vallen, salah satu biduan dangdut dari Jawa Timur. (Trans7)

Coba deh kamu sebutkan biduan dangdut yang kamu kenal? Lalu, hitung ada berapa biduan yang berasal dari Jawa Timur? Pernah terpikir nggak mengapa banyak biduan dangdut dari sana?

Inibaru.id – Coba sebutkan nama-nama biduan dangdut yang kamu kenal sekarang ini, Millens? Via Vallen, Nella Kharisma, Inul Daratista, atau bahkan Dewi Perssik? Apa kesamaan dari mereka? Yap, mereka semua dari Jawa Timur. Pertanyaannya, mengapa banyak biduan dangdut dari Jawa Timur, ya?

Sebenarnya, tidak hanya biduan dangdut yang banyak berasal dari Jawa Timur. Orkes Melayu atau OM juga banyak yang berasal dari provinsi tersebut. Sebut saja Sonata, Lagista, Sera, New Pallapa, New Kendedes, dan lain-lain. Bisa dikatakan, dangdut memang sangat merakyat di sana.

Banyak OM yang diundang untuk acara hajatan. Ada juga yang dipesan untuk tampil di acara-acara pesta rakyat atau acara pemerintahan. Lagu-lagu mereka sering dimainkan di tempat makan, angkot, bus kota, hingga di ponsel-ponsel. Penggemarnya juga nggak mengenal kelas sosial. Semua suka dan menikmati lagu-lagunya!

Dilansir dari Kompas, Kamis (20/6/2022), perkembangan dangdut dimulai pada dekade 1950-an dan 1960-an. Akarnya adalah musik Melayu yang dipengaruhi musik dari wilayah Hindustan dan Arab. Oleh karena itulah, grup musik yang memainkan lagu dangdut sampai sekarang disebut sebagai Orkes Melayu.

Setelah dipopulerkan oleh Ellya Khadam, dangdut mencapai puncak kepopuleran berkat kemunculan Raja Dangdut Rhoma Irama. Setelahnya, generasi-generasi penyanyi dangdut lainnya pun bermunculan seperti Meggy Z, A. Rafiq, Vety Vera, hingga ke generasi terbaru seperti Via Vallen dan Nella Kharisma.

Dangdut Koplo Muncul di Jawa Timur

Orkes Melayu mempopulerkan dangdut koplo. (k2911fm.indramayukab.go.id)

Kepopuleran musik dangdut memunculkan banyak genre-genre baru di daerah, salah satunya adalah dangdut koplo yang muncul di Jawa Timur pada awal 2000-an. Dangdut koplo bisa dikenali dengan irama ketukan gendang yang lebih cepat dari dangdut biasa. Selain itu, lagu-lagu dangdut koplo tetap asyik dipakai bergoyang meski liriknya terdengar menyedihkan.

Ada dua versi penamaan dari genre musik ini. Yang pertama, saat musik ini dimainkan, penikmatnya bisa merasakan sensasi nge-fly sebagaimana saat mengonsumsi pil koplo.

Selain itu, ada juga yang menyebut istilah koplo bisa diartikan sebagai bodoh dalam Bahasa Jawa. Soalnya, mereka yang menikmatinya bisa menghilangkan stres sejenak dari berbagai kegilaan akibat kondisi ekonomi, sosial, dan politik Indonesia yang masih tidak stabil pasca-Reformasi.

Penyebaran lagu-lagu dangdut koplo di Jawa Timur cukup masif lewat radio, kaset, serta CD-CD bajakan di sekitaran Pantai Utara (Pantura). Ditambah dengan aksi panggung OM dan biduannya yang selalu heboh, penampilan mereka pun selalu dinantikan masyarakat.

Sempat Meredup, Namun Kemudian Populer Kembali

Biduan dangdut banyak yang populer di Jawa Timur. (GNFI/D'zen kreatif media)

Menukil Narasisejarah, (13/6/2022), pada awal hingga pertengahan dekade 2010-an, popularitas dangdut koplo sempat meredup karena masuknya budaya Korea dan Jepang. Meski begitu, OM-OM masih tetap kebanjiran pesanan manggung di berbagai daerah.

Momentum kebangkitan dangdut koplo dimulai pada 2013 saat sejumlah penyanyi lokal dari Jawa Timur seperti Via Vallen, Wiwik Sagita, serta Eny Sagita diundang untuk tampil di acara televisi. Sejak saat itu pula, dangdut koplo sering dikombinasikan dengan musik lain seperti rock, hip-hop, reggae, anime, dan lain-lain.

Jadi, jika ada pertanyaan mengapa banyak biduan dangdut berasal dari Jawa Timur? Hal ini disebabkan oleh popularitas dangdut di sana yang cukup tinggi. Pesanan manggung OM-OM di sana yang tinggi pun membuat banyak penyanyi dangdut cepat naik daun. Apalagi jika mereka punya suara yang bagus atau aksi panggung yang ciamik.

Omong-omong, siapa nih biduan dangdut favoritmu, Millens? (Arie Widodo/E05)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Siswa di Jawa Tengah akan Belajar Mandiri selama Ramadan 2025; Bukan Libur, lo!

28 Jan 2025

Berkaca dari Hup Teck, Pabrik Kecap Legendaris yang Memilih 'Tutup Usia'

28 Jan 2025

Musim Telur Menetas, Waspada Ular Masuk Rumah!

28 Jan 2025

Jadi Umpatan Populer di Drakor, Seberapa Kasar Kata 'Shibal' bagi Orang Korea?

28 Jan 2025

Berkaca dari Insiden di Pantai Drini, Begini Tips Selamat saat Terseret Ombak

28 Jan 2025

Sejarah Tradisi Petik Angpao di Pohon saat Imlek, Sesi Seru yang Ditunggu

28 Jan 2025

Gapeka 2025 Berlaku, Perjalanan Kereta di Daop 4 Semarang Lebih Cepat 466 Menit

28 Jan 2025

Kisaran Gaji Ketua RT di Jawa Tengah; Semarang Masih Tertinggi

29 Jan 2025

Ngrancasi, Upaya Petani Mawar di Sumowono Mempersiapkan Panen Raya menjelang Lebaran

29 Jan 2025

Begini Cara Nonton Drakor 'The Trauma Code: Heroes on Call' Sub Indo Termudah

29 Jan 2025

Perihal Imlek yang Selalu Identik dengan Hujan

29 Jan 2025

Indonesia-India Perkuat Kerja Sama Digital, Siap Bersaing di Pasar Global

29 Jan 2025

Mengapa Orang Rela Terjebak Macet Berjam-Jam Demi Liburan?

29 Jan 2025

Satu Abad Rumah Dinas Gubernur Jawa Tengah: Puri Gedeh Semarang

30 Jan 2025

Proyek Mendulang Oksigen di Bulan, Sejauh Mana?

30 Jan 2025

Kontroversi Penggunaan Kecerdasan Buatan di Film 'The Brutalist'

30 Jan 2025

Perayaan Imlek dan Isra Mikraj, Lestari Moerdijat: Cermin Keberagaman yang Makin Kuat

30 Jan 2025

Sampai Kapan Puncak Musim Hujan di Jawa Tengah Berlangsung?

30 Jan 2025

Maraknya Pembunuhan Bermotif Sepele: Mengapa Masyarakat Kian Impulsif?

30 Jan 2025

Kampanye Darurat Gadget, Kampung Budaya Piji Wetan Perkenalkan Dolanan Tradisional

31 Jan 2025