Inibaru.id - Gerimis sore itu, saya bersama beberapa teman mengunjungi pameran seni rupa kontemporer di Tan Art Space yang terletak di Jl Papandayan No 11 Semarang.
Ruangan pameran yang terletak di area Tandhok kafe itu nampak ramai oleh pengunjung. Terhitung ada 14 karya seni rupa kontemporer 2D dan 3D yang dipajang di sana. Uniknya, media yang digunakan para artist itu sangat beragam, mulai dari kayu, resin, whiteboard, seragam sekolah bahkan kulit.
Disudut pojok ruang pameran, duduk seorang pemuda berperawakan tinggi dengan kaus hitam panjang. Dialah YP. Fai Rosario Ahwandita Y atau yang lebih dikenal dengan Yepe Rosario.
Yepe, panggilan akrabnya, adalah salah seorang seniman yang berpartisispasi dalam pameran yang diadakan pada 30 April-12 Mei 2023 itu.
“Ranah seni rupa kontemporer di Semarang itu masih kurang dilirik, mbak. Bahkan kalau ada pameran seni gitu yang datang juga sama-sama pelaku seni,” terang Yepe menumpahkan keresahannya.
Sambil memberikan katalog pameran, lelaki yang bekerja sebagai ilustrator sekaligus desainer grafis itu menyampaikan bahwa tujuan dari pameran ini adalah mengenalkan seni kontemporer ke seluruh kalangan masyarakat.
“Kami ingin membuat orang-orang di sekitar kami itu lebih melek terhadap seni rupa kontemporer. Karena biasanya pameran seperti ini digelar di galeri-galeri nasional saja,” tutur lelaki berumur 24 tahun itu.
Nggak heran, Tan Art Space, ruangan pameran di area kafe Tandhok itu dipilih sebagai lokasi pameran. Menurut Yepe, selain agar lebih bisa dinikmati berbagai kalangan masyarakat secara cuma-cuma, tempat pameran ini juga banyak didatangi anak muda.
Yepe menambahkan, pelaksana pameran yakni Yuhu Prjct juga ingin belajar bersama orang sekitar tentang seni rupa kontemporer dan bagaimana mengapresiasai karya seni yang baik.
Tentang Yuhu Prjct
Yuhu Prjct, pelaksana pameran ini, adalah sekumpulan seniman Semarang yang terbentuk pada 2022 dan beranggotakan Yepe Rosario, Ferdinandus Erdin, Aglis Dhamarhapsara, dan Febriyanto Valentino.
Dengan latar belakang seniman industri seni rupa terapan yang mengutamakan keinginan klien untuk berkarya, mereka merasa tertantang untuk mencoba membuat pameran ini.
“Kami berempat itu ketemu karena suatu proyek, mbak. Terus kami merasa tertantang untuk membuat karya sesuai hati kami tanpa brief dari klien,” jelas Yepe.
Untuk itu, tema yang dipilih adalah “Client is Dead” yang berarti keberadaan klien dalam rutinitas berkarya seni itu ingin dihentikan dulu sementara waktu.
Yepe mengaku sangat senang dan nggak menyangka dengan antusias para pengunjung pameran. Terlebih, ketika pembukaan pameran yang dihadiri banyak orang.
“Senang banget, mbak. Apalagi waktu pembukaan pameran itu yang datang banyak, responnya juga sangat baik. Benar-benar di luar ekspektasiku,” pungkasnya.
Sama seperti yang dirasakan Yepe, saya pun senang karena bisa memanjakan mata ini dengan melihat karya-karya unik dan menginspirasi. Nah, kamu yang merupakan penyuka seni rupa kontemporer, datanglah ke pameran ini, Millens! Selain bisa menikmati hasil karya seni rupa yang masih fresh dan khas anak muda, kamu juga bisa berbincang langsung dengan para kreatornya. (Rizki Arganingsih/E10)