BerandaHits
Kamis, 10 Mei 2023 08:00

Menengok Seni Rupa Kontemporer Semarang di Pameran 'Client is Dead'

Karya Valentino Febriyanto dari bahan kulit ini keren banget, ya. (Inibaru.id/ Rizki Arganingsih)

Kelompok seniman seni rupa terapan yang tergabung dalam Yuhu Prjct mengadakan pameran seni rupa kontemporer di Art Tan Space Semarang untuk mendekatkan seni kontemporer ke masyarakat.

Inibaru.id - Gerimis sore itu, saya bersama beberapa teman mengunjungi pameran seni rupa kontemporer di Tan Art Space yang terletak di Jl Papandayan No 11 Semarang.

Ruangan pameran yang terletak di area Tandhok kafe itu nampak ramai oleh pengunjung. Terhitung ada 14 karya seni rupa kontemporer 2D dan 3D yang dipajang di sana. Uniknya, media yang digunakan para artist itu sangat beragam, mulai dari kayu, resin, whiteboard, seragam sekolah bahkan kulit.

Disudut pojok ruang pameran, duduk seorang pemuda berperawakan tinggi dengan kaus hitam panjang. Dialah YP. Fai Rosario Ahwandita Y atau yang lebih dikenal dengan Yepe Rosario.

Yepe, panggilan akrabnya, adalah salah seorang seniman yang berpartisispasi dalam pameran yang diadakan pada 30 April-12 Mei 2023 itu.

Yepe Rosario dan dua karya buatannya. (Inibaru.id/ Rizki Arganingsih)

“Ranah seni rupa kontemporer di Semarang itu masih kurang dilirik, mbak. Bahkan kalau ada pameran seni gitu yang datang juga sama-sama pelaku seni,” terang Yepe menumpahkan keresahannya.

Sambil memberikan katalog pameran, lelaki yang bekerja sebagai ilustrator sekaligus desainer grafis itu menyampaikan bahwa tujuan dari pameran ini adalah mengenalkan seni kontemporer ke seluruh kalangan masyarakat.

“Kami ingin membuat orang-orang di sekitar kami itu lebih melek terhadap seni rupa kontemporer. Karena biasanya pameran seperti ini digelar di galeri-galeri nasional saja,” tutur lelaki berumur 24 tahun itu.

Karya berjudul 'No one is taking calls there' ini dipajang di sudut ruang pameran Client is Dead. (Inibaru.id/ Rizki Arganingsih)

Nggak heran, Tan Art Space, ruangan pameran di area kafe Tandhok itu dipilih sebagai lokasi pameran. Menurut Yepe, selain agar lebih bisa dinikmati berbagai kalangan masyarakat secara cuma-cuma, tempat pameran ini juga banyak didatangi anak muda.

Yepe menambahkan, pelaksana pameran yakni Yuhu Prjct juga ingin belajar bersama orang sekitar tentang seni rupa kontemporer dan bagaimana mengapresiasai karya seni yang baik.

Tentang Yuhu Prjct

Karya berjudul 'Miracle in Recycle' ini dibuat oleh Valentino Febriyanto. (Inibaru.id/ Rizki Arganingsih)

Yuhu Prjct, pelaksana pameran ini, adalah sekumpulan seniman Semarang yang terbentuk pada 2022 dan beranggotakan Yepe Rosario, Ferdinandus Erdin, Aglis Dhamarhapsara, dan Febriyanto Valentino.

Dengan latar belakang seniman industri seni rupa terapan yang mengutamakan keinginan klien untuk berkarya, mereka merasa tertantang untuk mencoba membuat pameran ini.

“Kami berempat itu ketemu karena suatu proyek, mbak. Terus kami merasa tertantang untuk membuat karya sesuai hati kami tanpa brief dari klien,” jelas Yepe.

Untuk itu, tema yang dipilih adalah “Client is Dead” yang berarti keberadaan klien dalam rutinitas berkarya seni itu ingin dihentikan dulu sementara waktu.

Ferdinandus Erdin membuat karya ini dengan media akrilik, spidol dan bebatuan di atas kanvas. (Inibaru.id/ Rizki Arganingsih)

Yepe mengaku sangat senang dan nggak menyangka dengan antusias para pengunjung pameran. Terlebih, ketika pembukaan pameran yang dihadiri banyak orang.

“Senang banget, mbak. Apalagi waktu pembukaan pameran itu yang datang banyak, responnya juga sangat baik. Benar-benar di luar ekspektasiku,” pungkasnya.

Sama seperti yang dirasakan Yepe, saya pun senang karena bisa memanjakan mata ini dengan melihat karya-karya unik dan menginspirasi. Nah, kamu yang merupakan penyuka seni rupa kontemporer, datanglah ke pameran ini, Millens! Selain bisa menikmati hasil karya seni rupa yang masih fresh dan khas anak muda, kamu juga bisa berbincang langsung dengan para kreatornya. (Rizki Arganingsih/E10)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024