BerandaHits
Kamis, 15 Des 2021 10:04

Makin Banyak Kasus Oknum Polisi, Dari Mana Sih Awal Penyebutan Istilah Oknum?

Kasus oknum polisi seperti Bripda Randy yang membuat Novia Widyasari bunuh diri makin banyak. ( Detik/Dok Polda Jatim)

Makin hari makin banyak saja kasus oknum polisi dan oknum-oknum lainnya. Tahu nggak sih kamu dari mana awal dari istilah onum ini?

Inibaru.id – Dalam beberapa waktu belakangan, kasus polisi makin banyak saja. Ada yang sampai membuat Novia Widyasari bunuh diri, ada yang menghamili istri tersangka yang ada di bui, ada yang nggak mau mengurus laporan perampokan, dan lain-lain. Satu hal yang pasti, setiap kali ada kasus yang menyeret polisi atau orang-orang berseragam lainnya, akan muncul istilah oknum.

Maksud dari oknum tentu saja tujuannya adalah menunjukkan kalau ada satu atau sedikit orang yang nggak mengikuti aturan sebagaimana seharusnya. Kalau dalam hal ini adalah polisi, seharusnya mereka adalah penegak hukum, eh kok malah ada yang melanggar hukum. Jadilah muncul sebutan oknum demi tujuannya nggak mencoreng keseluruhan polisi.

Masalahnya, banyak warganet yang memprotes istilah oknum ini. Maklum lah, kasus pelanggaran hukum yang dilakukan makin banyak, belum lagi soal adanya isu-isu arogansi terhadap masyarakat sipil. Pasti deh, kamu pernah melihat warganet yang menyebut oknum di negara ini sudah terlalu banyak.

Kalau kita membahas istilahnya di Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), oknum punya banyak makna lo. Menariknya, istilah pertama justru berasal dari agama Katolik. Di sini, oknum disebut sebagai penyebut diri Tuhan. Berikutnya, oknum juga disebut sebagai orang atau perseorangan meski tentu saja dalam artian yang kurang baik.

Intinya sih, tujuan dari dimunculkannya istilah oknum demi memisahkan seseorang atau sejumlah orang dari institusi atau kelompok tertentu. Apalagi jika seseorang atau sejumlah orang itu melakukan tindakan yang percuma, Millens.

Istilah oknum mulai banyak disebut di masa Ordew Baru (Antara/Adiwinata Solihin)

Penulis dan sastrawan Seno Gumira Ajidarma pada 19 Mei 2014 sempat menulis artikel berjudul Oknum Dalam Politik Bahasa. Dalam artikel yang diterbitkan Majalah Tempo ini, dia menyebut istilah oknum mulai populer di masa Orde Baru. Saat itu, media massa sering membiaskan masalah yang sebenarnya jauh lebih besar dan struktural dalam institusi kenegaraan menjadi masalah individual.

Tujuannya? Ya demi menjaga nama baik. Karena alasan inilah oknum ini sering diikuti dengan institusi-institusi kenegaraan seperti oknum TNI, oknum polisi, oknum PNS, dan lain-lain.

Di era Orde Baru, memang terjadi politik bahasa dengan menggunakan eufiemisme atau menghaluskan sejumlah kata-kata yang dianggap tabu. Jadi, contohlah, ada aturan yang kemudian diikuti oleh media massa di masa itu untuk menyebut pejabat negara yang melakukan korupsi atau tindakan kekerasan lainnya menjadi oknum saja.

Masalahnya, terkadang tindakan-tindakan tercela itu sebenarnya cerminan dari masalah struktural yang lebih besar. Nggak percaya? Tuh lihat kasus korupsi yang seperti sampai mengakar dari institusi paling tinggi di tingkat negara sampai yang terkecil di tingkat desa. Banyak juga masyarakat yang menganggap kasus-kasus arogansi dan unjuk kuasa dari orang-orang berseragam sebagai rahasia umum yang seperti nggak bakal terselesaikan.

Kalau menurutmu, sebaiknya istilah oknum seperti oknum polisi ini tetap dipakai nggak sih, Millens? (Tem/IB09/E05)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ganti Karangan Bunga dengan Tanaman Hidup, Imbauan Bupati Temanggung Terpilih

19 Feb 2025

Perjalanan Kasus Korupsi Wali Kota Semarang sebelum Resmi Jadi Tersangka KPK

20 Feb 2025

Tiongkok Buka Lowongan 'Pasukan Pertahanan Planet': Cegah Asteroid Hantam Bumi

20 Feb 2025

Mudik Gasik, Kebiasaan Unik Warga Kampung Satai di Boyolali Sambut Sadranan

20 Feb 2025

Operasi Pasar GPM Digelar Pemerintah Jelang dan Selama Ramadan 2025

20 Feb 2025

'Kabur Aja Dulu' adalah Autokritik untuk Kebijakan yang Lebih Baik

20 Feb 2025

Profil Sukatani, Band Purbalingga yang Tarik Lagu karena Dianggap Singgung Polisi

21 Feb 2025

Tidak Ada Lagi Subsidi BBM pada 2027, Klaim Luhut Binsar Pandjaitan

21 Feb 2025

Mengapa Huruf N pada Tulisan Nutella Berwarna Hitam?

21 Feb 2025

Polda Jateng Gelar Ramp Check di Mangkang: Uji Emisi dan Cek Fasilitas Keselamatan

21 Feb 2025

Di Masjid Sheikh Zayed Solo Kamu juga Bisa Cari Jodoh!

21 Feb 2025

Serunya Menonton Pesawat Lepas Landas dan Mendarat di Gardu Pandang YIA Kulon Progo

21 Feb 2025

UMKM Perlu Prioritaskan Pajak dan Legalitas untuk Hindari Risiko Kerugian

21 Feb 2025

Faceless Content: Solusi bagi Introvert yang Ingin Menjadi Kreator

21 Feb 2025

Sejarah Kode ACAB yang Kembali Populer setelah Klarifikasi Sukatani

22 Feb 2025

Viral Band Sukatani Minta Maaf dan Tarik Lagu, Polda Jateng Klaim Menghargai Kebebasan Berekspresi

22 Feb 2025

Warteg Warmo, Lokasi yang Jadi Inspirasi Lagu 'Begadang' Rhoma Irama

22 Feb 2025

Memahami Rasa Trauma dan Duka Mendalam lewat Film 'The Graduates'

22 Feb 2025

Sejarah Nama Kawasan Kalibanteng di Kota Semarang

22 Feb 2025

Janji Bupati; Rembang Fokus Tingkatkan Layanan Kesehatan, Kendal Lanjutkan Pembangunan

22 Feb 2025