Inibaru.id – Masyarakat di berbagai daerah di Indonesia punya kearifan lokalnya sendiri-sendiri. Nah, khusus untuk nelayan di Kendal, Jawa Tengah, mereka memiliki kemampuan unik yang bisa membantu mereka mendapatkan ikan saat melaut. Kemampuan tersebut adalah mendengar suara ikan. Kok bisa ya?
Para nelayan yang tinggal di Dusun Bulusan, Desa Gempolsewu, Kecamatan Rowosari, Kendal, secara turun-temurun memiliki kemampuan luar biasa ini. Soalnya, mereka masih menangkap ikan dengan metode tradisional, tepatnya memakai jaring. Demi memastikan ikan yang tertangkap cukup banyak, mereka pun belajar untuk mendengarkan ikan.
Salah seorang nelayan dari daerah tersebut, Kusnadi, menyebut hanya segelintir nelayan dari daerah tersebut yang memiliki kemampuan unik tersebut. Dia adalah salah seorangnya dan mulai bisa mendengarkan ikan sejak usianya 25 tahun.
“Awalnya itu ngikut. Nggak nyangka bisa mendengar suara ikan. Saya dari mulai kelas 1 SD sudah ikut melaut. Tidur di kapal. Berarti, sejak tahun 90-an. Sudah hampir 30 tahun (jadi nelayan). Mulai bisa dengar suara ikan itu (usia) 25 tahun,” ujarnya, Oktober 2021 lalu.
Dia mengaku mulai mempelajari suara ikan saat menabur jaring. Tak hanya tahu kalau ikan sudah menempel pada jaring, dia juga tahu setiap jenis ikan punya suara yang berbeda-beda. Contohlah, yang paling sulit didengar adalah ikan kembung. Dia baru bisa mendengarkannya kalau ikan ini sedang bergerombol.
“Kalau ikan yang paling kenceng (suaranya) itu ikan legon, gilig, suaranya ‘totot totot’ kayak orang kentut. Ada juga ikan cruwa yang paling bising, tapi ‘totot’nya beda,” terang Kusnadi.
Dia mengaku harus berada di dekat ikan-ikan tersebut untuk mendengarkannya, setidaknya di jarak 200 atau 300 meter. Selain itu, dia juga harus mampu mengikuti pergerakannya. Namun, dia nggak bisa mendengar ikan kalau ada banyak kapal di sekitarnya. Suara ikan jadi tersamarkan sehingga membuatnya kesulitan.
“Untuk dengar ikan paling telinga di dalam air saja. Paling nggak kalau cuaca tenang, 200-300 meter udah dengar. Oh itu ikannya di arah sana,” ceritanya.
Dia terbiasa melaut dengan dua orang rekan lainnya. Tugasnya adalah sebagai ‘juru arus’ alias orang yang menentukan di mana jaring harus ditabur. Kusnadi biasanya pergi melaut dari pagi dan baru pulang pada siang hari. Setidaknya, sekali melaut bisa mendapatkan 10 kg ikan, Millens.
Sayangnya, pendapatannya dari menjual hasil ikan tangkapannya belum tentu bagus. Jika sedang mujur, dia bisa mendapatkan hasil kotor Rp 600 ribu untuk setiap kali melaut. Tapi, kalau sedang nggak beruntung, bisa jadi Kusnadi hanya bisa membawa pulang Rp 20 ribu.
Menarik juga ya kemampuan mendengarkan ikan oleh nelayan dari Kendal ini, Millens. (Det/IB09/E05)