BerandaHits
Rabu, 21 Des 2021 19:23

Lamun Sumelang, Pulung Gantung, dan Mitos Bunuh Diri di Gunung Kidul

Ilustrasi: Mitos bunuh diri di Gunung Kidul berupa pulung gantung dijabarkan di film Lamun Sumelang. (Flickr/ Chad Cooper)

Film Lamun Sumelang menjabarkan tentang mitos bunuh diri di Gunung Kidul, yakni pulung gantung, cahaya merah yang disebut-sebut sebagai pemicunya. Jika warga melihatnya, lesung dan kentongan bakal ditabuh bertalu-talu demi mencegahnya mencari korban yang bisa saja tanpa diduga mengakhiri nyawanya sendiri.

Inibaru.id – Pada Minggu (19/12/2021), Racavana Films dan sejumlah pemerhati film Indonesia membahas soal sebuah film pendek yang membahas tentang pulung gantung dan mitos bunuh diri di Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Film itu berjudul Lamun Sumelang.

Film yang bisa dilihat di YouTube ini kemudian ramai diperbincangkan warganet karena mengungkap tema yang sangat nggak biasa. Realitanya, masalah bunuh diri di Gunung Kidul memang jadi hal yang cukup diperhatikan warga lokal. Apalagi, ada mitos bunuh diri berupa keberadaan pulung gantung yang kerap dianggap sebagai salah satu pemicunya di sana.

Per Juli 2021 lalu saja, setidaknya sudah 32 kasus bunuh diri dilaporkan di Gunung Kidul. Angka ini bahkan sudah melebihi 29 kasus dari rotal angka bunuh diri sepanjang 2020 lalu. Hal ini tentu sangat meresahkan, bukan?

Di Lamun Sumelang, diperlihatkan bahwa tokoh utama menanti pulung gantung, semacam bola api terbang berwarna merah yang terbang di dekat permukiman warga. Dia pun segera berlari ke arah pulung gantung tersebut. Kabarnya, di mana ada pulung gantung, di sanalah ada orang melakukan bunuh diri.

Bagi warga Gunung Kidul yang melihatnya, mereka akan segera menabuh kentongan atau lesung untuk mengusir pulung gantung. Tujuannya? Demi mencegah kasus bunuh diri. Bahkan, anak-anak dilarang keluar rumah karena kabarnya kalau sampai melihatnya, bisa membuat mereka memiliki keinginan untuk melakukan bunuh diri.

Pulung gantung di film Lamun Sumelang. Cahaya inilah mitos bunuh diri di Gunung Kidul. (Twitter.com/ravacanafilms)

“Bentuknya seperti gayung, warna merah, seperti cahaya lampu, perkiraan saya jam 9 atau 10 malam, warga memukuli kentongan dan lesung, langsung pulungnya hilang,” ujar Yatemo, warga Desa Planjang, Kecamatan Saptosari, Gunung Kidul pada Mei 2017 lalu.

Yatemo bahkan yakin bahwa sudah beberapa kali pulung gantung mendatangi desa tempat dia tinggal. Satu orang pun pernah bunuh diri. Hanya saja, sebagaimana banyak mitos di Indonesia, belum bisa dijelaskan bagaimana dan apa itu sebenarnya pulung gantung dan mengapa bisa sampai membuat orang ingin melakukan bunuh diri.

Masyarakat Gunung Kidul percaya pulung gantunglah pemicu tingginya kasus bunuh diri di sana. Ada sejumlah korban yang nyaris bunuh diri namun berhasil ditolong dan saat ditanya apa alasan mereka melakukannya, jawabannya hanya tidak tahu. Mereka mengaku seperti nggak sadar melakukannya.

Masalah Kesehatan Jiwa di Gunung Kidul Tinggi?

Aktivis Wage Dhaksinarga dari LSM Inti Mata Jiwa (Imaji) membenarkan kalau pulung gantung sangat dipercaya warga Gunung Kidul. Setiap kali ada laporan bunuh diri, muncul pula isu pulung gantung terlihat sebelumnya. Meski begitu, Wage menyebut pemicunya sepertinya justru karena depresi.

“Saya hitung dari 29 kasus, 16 kasusnya terkait depresi,” ujar Wage terkait total kasus bunuh diri sepanjang 2020 lalu.

Hal yang sama juga diungkap Wakil Bupati Gunung Kidul Immawan Wahyudi. Dia menyebut faktor sosial dan ekonomi jadi salah satu penyebabnya. Bagi warga usia lanjut yang kesepian, mereka lebih rentan mengalami depresi dan kemudian bunuh diri.

Kemiskinan, depresi, dan masalah sosial jadi penyebab tingginya angka bunuh diri di Gunung Kidul. (Beritagar/ Pito Agustin Rudiana)

Pemkab Gunung Kidul nggak bisa asal mengenyahkan mitos pulung gantung karena memang kadung dipercaya banyak orang. Namun, mereka mencoba membuat kebijakan tentang penanggulangan bunuh diri. Salah satunya adalah dengan adanya Satuan Tugas (Satgas) Berani Hidup.

Satgas ini terdiri atas tenaga kesehatan, ahli agama, budayawan, hingga perwakilan dari organisasi non-pemerintah. Mereka memetakan sekaligus mengidentifikasi masalah bunuh diri di Gunung Kidul. Selain itu, sejak 2018, layanan psikolog juga disediakan di puskesmas-puskesmas di sana. Sejumlah daerah seperti Wonosari, Semanu, dan Karangmojo, tiga kecamatan dengan angka bunuh diri tinggi, jadi prioritas untuk mendapatkannya.

Wage juga menyebut edukasi kepada masyarakat untuk mengenali tanda-tanda orang depresi atau ingin bunuh diri perlu digencarkan di Gunung Kidul. Jadi, kalau ada warga yang berisiko melakukannya, keluarga atau warga sekitar bisa mendampingi atau setidaknya memberikan informasi ke tenaga kesehatan terdekat sehingga bisa ditolong.

Kalau kamu, sudah pernah mendengar soal mitos bunuh diri dan pulung gantung di Gunung Kidul nggak, Millens? Kalau penasaran, bisa kok melihat film Lamun Sumelang dulu. (Bbc, Lip, Mer /IB09/E05)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024