BerandaHits
Rabu, 28 Okt 2025 11:01

Korea Utara Larang Warganya Ngomong 'Oppa'

Kata 'oppa' dilarang diucapkan warga Korea Utara karena dianggap sebagai bagian dari bahasa negara boneka (Korea Selatan). (Cnn/AFP/Kim Wonjin)

Bagi Korea Utara, panggilan 'oppa' nggak lebih dari sekadar sampah bahasa dari negara boneka! Kok bisa sih?

Inibaru.id – Kalau kamu penggemar drama Korea, pasti nggak asing dengan panggilan manja “oppa” yang sering diucapkan tokoh perempuan kepada laki-laki yang lebih tua. Di Korea Selatan, kata itu terdengar romantis dan akrab. Tapi jangan coba-coba pakai kata ini di Korea Utara, ya! Soalnya, panggilan “oppa” justru dianggap sebagai “sampah bahasa dari negara boneka.”

Yap, kamu nggak salah baca. Menurut Naver, Kamis (9/10/2025) lalu, pemerintah Korea Utara secara resmi melarang penggunaan kata “oppa” lewat Undang-Undang Perlindungan Bahasa Budaya Pyongyang yang diberlakukan sejak 2023. Dalam undang-undang itu, memanggil lawan jenis dengan sebutan “oppa” disebut sebagai sesuatu yang "nggak pantas diucapkan,” karena dianggap berasal dari budaya dan bahasa Korea Selatan yang mereka sebut “negara boneka.”

Nggak berhenti di situ, pasal 22 undang-undang yang sama bahkan menyoroti cara bicara orang Korea Selatan. Aksen khas mereka disebut “lemah, manja, dan menjijikkan,” terutama karena kebiasaan menyeret nada suara ke atas di akhir kalimat. Kalau kamu sering mendengar gaya bicara lembut nan mendayu di drama Korea, bayangkan saja di Korea Utara itu bisa dianggap sebagai tindakan “tidak beradab.”

Larangan ini semakin ditegaskan dalam artikel terbaru majalah Joseoneomun, terbitan Penerbit Ensiklopedia Sains Korea. Dalam artikel berjudul “Kebenaran Ide Pemimpin Terkasih Kim Jong-un tentang Penghapusan Unsur Bahasa Asing dalam Kehidupan Berbahasa,” profesor Kim Young-yun dari Universitas Kim Il-sung menulis bahwa seluruh warga negara harus berbicara berdasarkan bahasa standar Pyongyang Munhwa-eo atau “Bahasa Budaya Pyongyang.”

Selain kata 'oppa', sejumlah istilah dan intonasi yang dianggap asing juga dilarang diucapkan di korea utara. (Straittimes)

Menurut Kim, Bahasa Pyongyang dianggap sebagai warisan ideologis yang mencerminkan semangat juche, falsafah kemandirian yang diusung Korea Utara. Ia menilai penggunaan istilah atau intonasi “asing” bisa menurunkan martabat penutur dan menghambat terbentuknya budaya berbahasa yang luhur dan beradab.

Buat orang luar, kebijakan ini tentu terdengar ekstrem. Tapi bagi pemerintah Korea Utara, menjaga kemurnian bahasa dianggap sama pentingnya dengan mempertahankan ideologi negara. Itulah sebabnya, sejak undang-undang ini diterapkan, warganya diimbau, atau bisa dibilang diwajibkan untuk menyingkirkan seluruh unsur bahasa “asing,” termasuk yang berasal dari Korea Selatan.

Bahkan, mereka yang nekat meniru logat Seoul atau menggunakan istilah gaul populer dari Korea Selatan bisa terkena hukuman berat, lo!

Lantas, kalau “oppa” dilarang, warga Korea Utara memanggil laki-laki lebih tua pakai apa dong? Ada kemungkinan mereka menggunakan kata “orabeoni,” istilah lama yang dulu juga dipakai di Korea era kerajaan dan punya makna yang sama persis. Jadi, kalau di sana kamu memanggil seseorang “orabeoni,” bukannya terdengar romantis seperti drama modern, justru mungkin terasa seperti sedang berakting di drama kolosal.

Siapa sangka ya, Gez, kata sapaan seperti "oppa" bisa menjadi hal yang dilarang diucapkan di sebuah negara. (Arie Widodo/E07)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: