BerandaHits
Selasa, 14 Mar 2022 11:30

Kisah Pendiri Sop Ayam Pak Min Klaten, Dulunya Juru Masak di Masa Perang!

Kisah Pendiri Sop Ayam Pak Min Klaten, Dulunya Juru Masak di Masa Perang!

Sop Ayam Pak Min Klaten, kuliner legendaris yang cabangnya sudah ada di mana-mana. (YouTube/Grab Indonesia)

Bicara soal sup ayam, yang terpikir pastilah warung Sop Ayam Pak Min Klaten yang melegenda dan punya cabang di mana-mana. Nah, kamu tahu nggak sejarah dari warung ini? Pendirinya, Pak Tugimin, ternyata adalah veteran perang kemerdekaan yang bertugas sebagai juru masak, lo!

Inibaru.id – Kalau bicara soal kuliner sup ayam, yang kali pertama terpikir pasti adalah Sop Ayam Pak Min Klaten. Maklum, cabangnya ada di mana-mana dengan spanduk penanda yang khas. Rasanya juga dikenal bikin puas. Namun, kamu tahu nggak seperti apa sejarah dari Sop Ayam Pak Min Klaten ini?

Pak Min sebenarnya nama panggilan dari Tugimin, sang perintis usaha kuliner ini. Asalnya, tentu saja dari Klaten, Jawa Tengah. Nah, ternyata, Tugimin ini memiliki pengalaman yang nggak biasa, Millens. Bagaimana nggak, dia dulu sempat jadi juru masak di masa perang kemerdekaan, lo.

Tugimin memang dikenal luas pintar masak sejak kecil. Karena alasan inilah saat perang kemerdekaan dan agresi militer Belanda pasca-kemerdekaan, dia nggak diminta angkat senjata, melainkan pemasok logistik bagi para pejuang. Tugimin nggak hanya memasak, namun juga ikut mengantarkan makanan di sekitar Klaten.

Anak keempat dari Tugimin, Tukiman, menceritakan tentang perjuangan ayah dan ibunya, Wagiyem dalam merintis usaha kuliner sup ayam ini. Jadi, kedua orang tuanya memulai usaha ini pada tahun 1960-an. Mereka nggak memulainya dengan membuka warung atau kedai, melainkan dengan memikul barang dagangannya dan berkeliling di Klaten.

Pak Tugimin dan Bu Wagiyem, pasangan pendiri Sop Ayam Pak Min Klaten. (Solopos.com/Taufiq Sidik Prakoso)

“Awalnya bapak saya itu berkeliling menjajakan sup ayam. Kelilingnya bukan pakai gerobak, tapi dipikul,” cerita anak bungsu yang sering dipanggil dengan Pak Ragil itu di rumahnya yang ada di Desa Sekarsuli, Klaten Utara, Rabu (23/2/2022).

Rutenya biasanya adalah dari kampung ke kampung dan diakhiri dengan berjualan di Terminal Klaten Lama yang lokasinya ada di dekat Masjid Raya Klaten. Pembagian tugas antara Wagiyem dan Tugimin sangat jelas. Wagiyem menyiapkan bahan seperti nasi, isian sup, dan ayam yang sudah diberi bumbu, sementara Tugimin berjualan dari pagi sampai sore.

Saking beratnya pikulan yang harus dibawa, terkadang Pak Min sampai terkena tumpahan kuah sup yang panas. Dulu, dagangannya juga nggak habis terjual. Namun, pasangan ini mampu bertahan hingga akhirnya pada 1980-an, bisa membuka warung pertamanya yang berlokasi di Pasar Gede Klaten.

Lokasi yang strategis ditambah dengan rasa sup ayam yang lezat membuat sup ayam Pak Min laris-manis. Keluarga ini pun akhirnya berani membuka cabang sejak 1999 di Jalan Mayor Kusmanto Klaten. Empat anak-anaknya yang mengurus warung tersebut.

Ada 40 cabang warung Sop Ayam Pak Min Klaten di Jateng, Jabar, DIY, dan DKI. (korneliusginting.web.id)

Kini, Sop Ayam Pak Min Klaten telah membuka cabang hingga 40 warung dan tersebar hingga lintas provinsi. Nggak heran kalau kamu bisa mendapati warung ini di DI Yogyakarta, Jawa Barat, hingga Ibu Kota Jakarta.

Sebagai informasi, Tukiman sendiri mengelola 10 cabang di Klaten, Jawa Barat, dan DIY. Khusus untuk cabangnya, dia pasti menyematkan tulisan nama Ragil di spanduk Sop Ayam Pak Min sebagai ciri khas. Putra Pak Min lainnya adalah Sihono, Sih Mulyoto, dan Triyono juga menyematkan namanya masing-masing sebagai penanda.

“Kami empat bersaudara berbagi wilayah cabang agar tidak ada persaingan antar-saudara,” terang Tukiman.

Nah, demi menjaga kualitas rasa, keempat bersaudara ini rajin mengecek cabang-cabang warung Sop Ayam Pak Min untuk memastikan rasanya masih terjaga sebagaimana yang diracik Pak Min dulu.

Kamu suka makan di warung Sop Ayam Pak Min juga nggak, nih, Millens? (Tri/IB09/E05)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ihwal Mula Kampung Larangan di Sukoharjo, 'Zona Merah' yang Pantang Dimasuki Bumiputra

12 Apr 2025

Lagu "You'll be in My Heart" Viral; Mengapa Baru Sekarang?

12 Apr 2025

Demi Keamanan Data Pribadi, Menkomdigi Sarankan Pengguna Ponsel Beralih ke eSIM

12 Apr 2025

Bikin Resah Pengguna Jalan, Truk Sampah Rusak di Kota Semarang Bakal Diperbaiki

12 Apr 2025

Ketika Pekerjaan Nggak Sesuai Dream Job; Bukan Akhir Segalanya!

12 Apr 2025

Lindungi Masyarakat, KKI Cabut Hak Praktik Dokter Tersangka Pelecehan Seksual secara Permanen

12 Apr 2025

Mengenal Getuk Kethek, Apakah Terkait dengan Monyet?

13 Apr 2025

Di Balik Mitos Suami Nggak Boleh Membunuh Hewan saat Istri sedang Hamil

13 Apr 2025

Kisah Kampung Laut di Cilacap; Dulu Permukiman Prajurit Mataram

13 Apr 2025

Mengapa Manusia Takut Ular?

13 Apr 2025

Nilai Tukar Rupiah Lebih Tinggi, Kita Bisa Liburan Murah di Negara-Negara Ini

13 Apr 2025

Perlu Nggak sih Matikan AC Sebelum Matikan Mesin Mobil?

14 Apr 2025

Antrean Panjang Fenomena 'War' Emas; Fomo atau Memang Melek Investasi?

14 Apr 2025

Tentang Mbah Alian, Inspirasi Nama Kecamatan Ngaliyan di Kota Semarang

14 Apr 2025

Mengenal Oman, Negeri Kaya Tanpa Gedung Pencakar Angkasa

14 Apr 2025

Farikha Sukrotun, Wasit Internasional Bulu Tangkis yang Berawal dari Kasir Toko Bangunan Kudus

14 Apr 2025

Haruskah Tetap Bekerja saat Masalah Pribadi Mengganggu Mood?

14 Apr 2025

Grebeg Getuk 2025 Sukses Meriahkan Hari Jadi ke-1.119 Kota Magelang

14 Apr 2025

Tradisi Bawa Kopi dan Santan dalam Pendakian Gunung Sumbing, Untuk Apa?

15 Apr 2025

Keindahan yang Menakutkan, Salju Turun saat Sakura Mekar di Korea Selatan

15 Apr 2025